Seketika sudut-sudut mata Rachel merebak.
"Mendadak aku paham kenapa El dan yang lain menjadi seperti ini, terutama Anyelir," ujar Rachel dalam hati.
Rachel beringsut maju, mendekat ke arah kepala El, lututnya menempel di bagian samping tubuh laki-laki itu.
Gadis itu memperhatikan bekas luka di pipi El yang juga mengingatkannya pada bekas luka di pipi Anyelir. Kemudian, ia sedikit mencondongkan kepala untuk melongok wajah El.
"El," ucap Rachel sedikit parau.
El menggumam lembut.
"Kenapa Madam Golda melakukan itu semua pada kalian?" tanya Rachel dengan suara yang sedikit bergetar.
El menghela napas dalam, lalu mengedikkan bahu.
"Aku nggak tahu dengan pasti. Hanya saja, setelah dewasa aku menebaknya, dan itu dilakukan karena keuntungan," balas El datar.
"Keuntungan? Keuntungan gimana?" kejar Rachel penasaran.
El kembali menghela napas dalam, ia masih terus menatap pada satu titik yang sama.