Rachel menghela napas dalam.
"Kenapa juga di hari pertama ini, dia yang pertama kali kutemui, kayak nggak ada yang lain aja di seluruh kampus ini," gerutu Rachel dalam hati.
Gadis yang ada di belakangnya menepuk pundak Rachel.
"Kalau dengar, noleh, dong! Bukan patung 'kan Kamu? Lehermu sakit?" sindir Sylvia.
Rachel bergeming, tak kunjung menolehkan kepala.
"Menolehkan kepala juga butuh alasan, dan Kamu bukan salah satu dari alasan-alasan itu," balas Rachel bersikeras.
"Ihh! Belagu banget!" seru Sylvia.
Gadis itu berjalan memutar dan berhenti tepat di depan Rachel. Lalu, dia memandang gadis yang berdiri dengan tak acuh di depannya dengan pandangan remeh. Ia mengarahkan pandangannya mulai dari sepatu, celana, baju dan tas punggung yang dikenakan Rachel.
Sedangkan, Rachel melakukan hal yang sama. Ia melihat sepatu high heel, rok selutut dengan kemeja fancy, tas yang ia tahu semua berstatus branded dan mahal.