El menghela napas panjang.
"Rachel!" seru Anyelir menyela begitu mendengar suara gadis itu.
Rachel meneteskan air mata melihat Anyelir yang dengan santai melambai ke arahnya.
"He! Kenapa menangis? Kalau nggak ingin tinggal bersama laki-laki itu, kabur aja!" seloroh Anyelir, kemudian terkekeh jahil.
"Heh!" protes El sambil menutup video call itu.
El Thariq meletakkan telepon genggam itu diranjang dengan kasar. Kemudian ia menatap Rachel yang sedang menyusut air matanya.
"Rachel, aku bukan menawan temanmu itu. Dia jenis yang akan bisa keluar dengan caranya sendiri. Aku hanya menjamunya sebentar, dan jika mungkin menghindarkan dia dari wanita yang memiliki penciuman setajam serigala," jelas El dengan tenang.
"Nah! Sekarang makanlah!" bujuk El lembut.
Rachel bergeming sambil menatap El dengan pandangan tak percaya.