Rachel mengalihkan pandangan ke arah Anyelir.
Gadis ramping dengan luka di pipi itu mengedikkan bahu. Tapi, ekspresi di wajahnya menampilkan kebalikan dari gerakan bahu penanda tak mengerti itu.
"Bukan awak medianya yang salah, tapi beritanya mungkin dibuat sebelum kecelakaan itu terjadi," jawab Anyelir dengan enteng.
"Heh?!" seru Rachel terperanjat.
Gadis itu bergidik.
"Yang Kamu bilang bukan dicomot dari teori konspirasi 'kan?" cetus Rachel sambil mengusap-usap lengannya.
Anyelir tersenyum penuh arti.
"Itu bisa saja bagian dari teori konspirasi yang berubah menjadi fakta konspirasi," sahut Anyelir enteng.
"Hihh! Serem banget!" komentar Rachel dengan cepat.
"Beneran itu bisa saja terjadi? Di kota ini?" imbuh Rachel menegaskan.
Anyelir mengangguk. Kemudian, ia mengambil telepon genggam milik Rachel dan mengutak-atik layarnya. Beberapa detik kemudian, menunjukkan bagian depan telepon genggam itu ke arah Rachel.
"Lihat ini!" instruksi Anyelir datar.