Seketika El membuka matanya, mata dengan tatapan elang itu menatap tajam satu titik dalam kamarnya.
"Kenapa aku melupakan sesuatu," gumamnya lirih.
Laki-laki tinggi tegap itu beranjak duduk, lalu bersandar di headband ranjangnya yang berukuran besar.
"Ada yang janggal di sini," ucapnya dalam benak.
"Zavier meneleponku untuk memberitahu hasil penyelidikannya. Dan aku yakin ketika bunyi letusan pistol itu terdengar, Zavier masih menggenggam telepon itu. Tapi, ketika aku menjumpainya terkapar di belakang gudang kosong itu, aku tak menemukan telepon itu." El memicingkan mata.
"Itu artinya ada orang yang mengambil telepon Zavier," simpul El Thariq singkat.
Kemudian sudut-sudut matanya menyempit.
"Mungkinkah telepon itu diambil oleh si penembak? Tapi, kenapa telepon Zavier diambil?" Pertanyaan-pertanyaan itu mulai kembali mengarah ke jalan buntu.
"Dan-" Satu pikiran kembali tercetus dalam benak El Thariq.