Rachel menatap sinis. Tapi, El membalas kesinisan gadis itu dengan mencium-cium pipi Rachel seolah gadis itu adalah anak balita.
"El Thariq!!" seru Rachel berang.
Laki-laki tinggi tegap itu mundur, mengangkat kedua telapak tangannya sebagai tanda menyerah, kemudian kembali mengambil sendoknya.
"Ya, aku akan membiarkan mu sarapan dengan damai," ucap El Thariq mengalah.
"Oh Tuhan...," desah Rachel lelah.
Mereka berdua menyelesaikan sarapan dengan ditemani dengan suasana pagi yang hangat.
Setelah selesai, Rachel masuk ke dalam kamar. Dan El buru-buru mengikuti langkah gadis itu, tak membiarkan gadis itu jauh tiga langkah darinya.
"Kok nggak ada tanda-tanda laki-laki ini bakal pergi," pikir Rachel heran.
Rachel menatap El dengan sorot penuh tanya sambil berjalan ke sofa yang ada di dekat ranjangnya.
El bergerak mendekat ke sofa itu.
"Kenapa Kamu nggak pergi?" tanya gadis itu lugas.
El Thariq mengedikkan bahu.
"Kenapa aku harus pergi?" balasnya santai.