Kelopak mata Rachel membuka lebar, wajahnya memerah dengan gurat-gurat tipis menonjol di pelipis, sedang dua tangannya mencengkeram kuat.
"Dokter Dreana!" seru Rachel tidak bisa mengendalikan amarah.
"Anda nggak tahu bahwa saran Anda itu sangat nggak masuk di akal saya?!" seru Rachel berang.
Seketika dokter Dreana mengangkat kedua telapak tangannya di depan kedua bahunya.
"Kenapa saya harus capek-capek ke sini untuk mendengar sesuatu yang nggak masuk akal!" gerutu Rachel sambil beranjak berdiri.
"Tunggu!" seru dokter muda itu dengan nada cepat.
Dokter Muda itu sedikit beranjak, mengulurkan tangannya untuk mencegah Rachel pergi.
"Sabar, Rachel! Tolong dengarkan aku dulu sampai selesai, oke?" pinta dokter cantik itu memohon.
Rachel menatap lekat dokter muda yang sedang memegang tangannya dengan lekat, amarahnya masih membayang di wajahnya.
"Please," ucap dokter cantik itu dengan melekatkan kesungguhan di wajahnya.