Chereads / Istana Pasir / Chapter 5 - Rendah diri

Chapter 5 - Rendah diri

Tak lama setelah Brama keluar dari mobil,

"Bu, sebenarnya Ibu sama Pak Bram itu cocok loh.."

Cetus Rudy, yang segera ditepis Nindy.

"Ssttt... Kamu tu ya Rud, kalau ngomong suka asal deh... Ibu Ica itu sudah punya pacar, Pacarnya Ibu Ica itu tak kalah ganteng loch dari Pak Bram "

"Maksud kamu, Pak Bram itu kurang ganteng?"

"Hahahh...Ya, ganteng juga sich..."

Nindy terkekeh geli sendiri.

Ica yang mendengar percakapan Nindy dan Rudy di kursi belakang, menoleh sesaat kemudian tersenyum.

"Kalian berdua ini...ngegosip ya..."

Ujarnya.

"Berapa Pak??"

Tanya Brama, pada Bapak penjaga konter.

"50 ribu Mas"

Brama mengeluarkan selembar uang 100ribu dan segera memberikannya pada sang Bapak.

"Ini kembaliannya Mas,"

"Oh iya, terimakasih banyak ya Pak"

Brama segera menyimpan sekeping kartu perdana yang baru saja dibelinya kedalam saku bajunya, lalu kembali ke mobil.

"Udah??"

Tanya Ica ketika baru saja Brama masuk kedalam mobilnya.

"Eh...Udah, sorry ya jadi nunggu, kita jalan lagi ya..."

Brama kembali memacu mobilnya bergerak menuju kantor.

"Kita makan dulu kali ya ? Laper gak Nin, Rud?"

Tanya Brama.

"Ehm...Laper sih Pak, apa lagi kalau di traktir iya kan Nin?"

Jawab Rudy mentoel bahu Nindy.

"Ah...itu sih maunya Elu Rud...tapi saya juga mau sih...hehhehe"

"Huuu...dasar...lu..."

Rudy menarik rambut ikal Nindy.

Sementara Ica hanya diam tanpa ekspresi.

Sesampainya disebuah kafe dipinggir jalan,

"Oke, pesan aja Nindy, Rudy..Ehm...Ica, mau makan apa?"

"Beneran kita ditraktir nih Pak?"

Tanya Rudy.

Brama tersenyum dan mengangguk menanggapi pertanyaan Rudy. Sementara Ica sibuk dengn ponselnya, sesekali terlihat senyum manisnya seolah ponselnya sedang mengajak Ica bercanda.

"Hei... kamu lagi chat sama siapa? seru banget kayaknya?"

Tanya Brama.

"Eh..ini lagi chat sama Bayu, besok katanya Dia ada kerjaan keluar daerah.. makanya malam ini kita mau ketemu, buat ngisi amunisi cadangan rindu"

Ica bicara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.

Wajah Brama berubah masam,

"Oh... Berapa lama?"

"Tiga minggu,"

Jawab Ica singkat, yang ditanggapi anggukan berulang dan senyum miring dari Brama.

Beberapa saat, Brama terlihat sedang berpikir dan didetik yang sama Brama memainkan alisnya dan tersenyum tipis.

"Kamu kenapa?"

Ketika Ica tak sengaja memergoki senyum dari wajah Brama.

"Eh ... Enggak kok, yuk makan.."

Alih Brama ketika disaat yang bersamaan pelayan kafe membawa pesanan mereka.

Nindy dan Rudy mulai menyeruput minuman didepan mereka, dengan saling menatap dan melempar senyum menyaksikan 2 atasan yang duduk didepan mereka.

"Kalian berdua kenapa senyam senyum gitu?"

Tanya Brama.

"Eh..Ehm... Pak Bram dan Bu ica itu cocok menurut Saya Pak, serasi...hehhe"

Cetus Rudi sedikit canggung.

Mendengar itu, Brama mengalihkan pandangannya pada Ica yang jadi salah tingkah.

"Kamu dengar sendirikan Ca?"

Ujar Brama dengan mengulas senyum nakal pada Ica.

Sementara Nindy yang tak mendukung pendapat Rudi hanya ikut Mesem-mesem tanpa komentar.

Selepas Makan, mereka bergegas menuju Mobil dan kembali kekantor.

****************

Selepas Magrib Ica yang masih berada di dalam kamarnya mendengar suara tamu datang, dengan senyum lebar Ica menghadap cermin memastikan wajahnya cerah, merapikan kembali rambutnya yang ia biarkan terurai, memulaskan kembali sapuan tipis bedak, demi untuk menemui tamu spesial yang sedang ia tunggu-tunggu.

Namun begitu keluar, Ica harus menelan kekecewaan, ternyata yang datang bukanlah orang yang Dia tunggu.

"Eh..Itu Ica..."

Mama Sarah menoleh pada Ica yang berdiri mematung tak jauh dari ruang tamu.

"Oh..Kamu Bram...!"

Ujar Ica dengan tangan melipat didada.

"Emang kamu pikir siapa yang datang Ca?"

Tanya Mama Sarah dengan mata menyorot tajam kearah Ica.

"Kirain Bayu Ma, soalnya Bayu bilang mau kesini."

Jawab Ica malas.

"Ica !!!"

Hardik Mama Sarah.

Ica yang menerima hardik dari Mama Sarah, menghela nafas dalam-dalam.

"Gak apa-apa Tante, emang benar kok, tadi Ica juga sudah bilang Bayu mau kesini juga. Saya kesini karna kangen sama Cika Tante, Cikanya mana tante?"

Tanya Brama dengan wajah berseri.

"Lagi sama Bundanya, sebentar ya Bram. Cika...Cika sini sayang, ada Om Bram..!!"

Panggil Mama Sarah pada Cucu kesayangannya.

Terlihat Cika berlarian dari dalam kamar menghampiri Mama Sarah, namun ia berhenti tepat di depan Ica, dengan wajah bingung.

"Mana Om Bayu nya Ante....?!"

Cika menggenggam tangan Ica, matanya berkeliling mencari di seluruh ruangan tamu.

"Loh..Cika, tadikan Nenek bilang Om Bram, bukan Om Bayu, sana salim dulu sayang..."

"Oh...Gitu ya Nek"

Jawab Cika malu-malu.

"Cika, sini sayang...Om Bram ada hadiah buat Cika... sini sayang!"

Panggil Brama sembari mengacungkan sebuah paper bag, warna Pink dengan pita biru.

Dalam seketika, mata Cika terfokus pada benda berwarna pink ditangan Brama, ia berjalan mendekati Brama perlahan.

"Apa Ini Om?"

Tunjuk Cika.

"Sini duduk..!"

Ajak Brama sembari menepuk sofa disebelahnya.

Mama Sarah begitu sumringah melihat Cucunya begitu riang menerima hadiah dari Brama.

"Asyik...Ada boneka, totat, pelmen.. Makasih ya Om.."

Cika terlihat begitu gembira, ia memeluk erat boneka beruang pink pemberian Brama, dan mulai mencicipi coklat serta permen yang bertaburan diatas meja.

Mama Sarah mendorong pelan tubuh Ica agar duduk di sebelah Brama. Dan baru saja Ica duduk,

"Assalamualaikum"

Suara salam dari luar mengalihkan pandangan seisi ruangan pada pintu rumah Ica.

Ica segera beranjak dengan senyum, namun langkahnya segera ditahan Mama sarah.

"Sudah, Kamu disini saja, temani Brama, biar Mama yang buka pintu."

Mama Sarah berjalan cepat menuju pintu dan segera membukanya.

"Selamat Malam Bu, Ica nya ada Bu?"

Dengan sangat sopan, Bayu membungkukkan badan dan menyalami tangan Mama Sarah.

"Oh..Kamu!! Ada, itu lagi ngobrol sama Brama."

Jawab Mama sarah ketus.

Glek!!

Bayu menelan ludah, ia menoleh halaman rumah Ica, matanya menatap sebuah mobil putih mengkilap yang terparkir rapi sungguh kontras dengan sepeda motor jadul yang ada disebelahnya.

"Kenapa Aku gak nyadar dari tadi ya, kalau itu mobil Brama"

Batin Bayu.

"Tunggu disini, Saya panggilkan Ica."

Mama Sarah berbalik meninggalkan Bayu sendiri yang mematung didepan pintu.

"Makasih Bu,"

Jawab Bayu, meski ia tau itu tak dipedulikan Mama Sarah.

"Ca, itu ada Bayu diluar!"

Ujar Mama sarah cuek.

"Loh Ma...kok gak disuruh masuk?"

Tanya Ica yang bergegas keluar menemui Bayu.

"Hai.."

Sapa Ica ketika melihat punggung Bayu yang membelakanginya.

"Hai.., "

Bayu berbalik Badan menghadap asal suara.

Ica meraih tangan Bayu, menariknya lembut mengajaknya masuk.

Seketika semua mata menatap kearah mereka berdua, termasuk Brama yang tengah memangku Cika.

"Oom Bayu...!!!"

Sapa Cika yang kemudian turun dari pangkuan Brama, berlari dan memeluk Bayu.

Bayu berjongkok menyambut peluk hangat dari Cika.

"Halo sayang...haduh...ada Anak cantik ternyata, yah...Om Bayu gak tau kalau ada Cika, Ante Ica gak bilang-bilang soalnya...jadi Om Bayu gak bawa apa-apa deh buat Cika, maafin Oom Bayu ya sayang...."

Sejujurnya Bayu merasa tak enak hati, datang dengan tangan kosong, ditambah Bayu melihat banyak sekali barang berserak diatas meja, yang ia yakin itu semua pemberian Brama buat Cika.

"Ehm...Gak apa-apa Om..Cika juga udah ada banyak tuh..."

Cika menunjuk meja.

Bayu tersenyum mengatupkan rapat bibirnya, sembari mengangguk.

"Itu semua dali Om lama "

Cika menunjuk Brama yang tersenyum penuh kemenangan.

Bayu menjadi semakin canggung, sementara Brama merasa bagai sedang berada diatas angin. Ia merasa menang satu langkah dari Bayu dalam mengambil hati Cika.

Bersambung***