Jumlah orang yang ada di ruangan penerima tamu itu ternyata ada enam. Tujuh orang kalau dihitung dengan Hartawan To sendiri. Wajah orang-orang tersebut hampir mirip. Tampak garang dan masing-masing bola matanya memperlihatkan kekejaman yang sulit untuk dibayangkan.
Bukan saja wajahnya, bahkan bentuk tubuhnya pun hampir mirip. Sama-sama gemuk dan tampak lucu. Tetapi kalau diingat kembali, dibalik kelucuan itu sebenarnya mengandung kekejian yang teramat sangat.
Sebelumnya, ketujuh orang tersebut masih bisa tertawa lantang dengan wajah penuh kegembiraan. Namun sekarang, setelah pintu dijebol orang, mereka hanya bisa memandang dengan tatapan terbelalak. Selain itu, ketika mereka melihat kedatangan Li Yong, orang-orang itu pun langsung terkejut setengah takut.
Mereka terkejut karena tidak menyangka ada orang yang berani mencari masalah dengannya. Mereka juga takut karena tidak percaya bahwa di dunia ini, ternyata ada bola mata yang berwarna kelabu seperti itu.
Kalau hanya warna kelabu saja, mungkin bisa dibilang masih masuk akal. Tapi yang mereka saksikan sekarang, sungguh sangat berada dengan lainnya. Bukan saja mata itu sangat kelabu, bahkan seolah-olah juga mengandung hawa kengerian tersendiri. Sehingga siapa pun tidak ada yang mampu memandangnya berlama-lama.
Tidak kecuali ketujuh orang itu sendiri!
Li Yong memandangi orang-orang itu tanpa berkedip. Dia tetap diam. Tubuhnya tidak bergerak. Persis seperti patung. Namun dalam pada itu, dari seluruh pori-pori tubuhnya keluar hawa pembunuhan yang sangat pekat. Saking pekatnya sampai-sampai keadaan di ruangan penerima tamu itu terasa sesak.
Di posisi lain, Hartawan To sepertinya jauh lebih terkejut dari keenam orang rekannya. Sepasang matanya seolah hendak keluar. Dia tidak menyangka kalau yang melakukan tindakan bodoh tadi adalah pemuda itu.
Lebih tak menyangka lagi kalau ternyata pemuda itu akan pulang lebih cepat dari dugaannya.
"Aih, kiranya engkau, sobat muda," ujarnya menyapa Li Yong. "Kalau kau mau masuk, seharusnya ketuk pintu saja. Jangan seperti ini, kau telah membuat rekan-rekanku terkejut. Mari, mari, silahkan kita minum barang satu dua cawan arak," lanjutnya dengan nada ramah.
Hartawan To sengaja melakukan hal tersebut. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kegugupan dan mengurangi rasa takut yang sempat menyelimuti dirinya.
Orang itu segera menuangkan arak ke dalam cawan. Dia berniat untuk memberikannya kepada Li Yong.
Namun sebelum niat tersebut terlaksana, Li Yong malah sudah berkata lebih dulu.
"Aku tidak ingin arak," jawabnya dengan nada sedingin es.
"Oh? Apakah kau ingin wanita?"
"Juga tidak," ujarnya dalam nada yang sama.
"Kalau begitu, apa yang diinginkan oleh sobat muda?"
"Aku hanya ingin nyawa semua orang yang ada di ruangan ini,"
Li Yong langsung bicara ke inti!
Nada suaranya bertambah dingin. Hawa pembunuhan yang keluar semakin pekat daripada sebelumnya.
"Ah, kau pasti bercanda," kata Hartawan To sambil tertawa canggung.
"Aku tidak bercanda. Aku serius," sahut Li Yong dengan lebih rasa yakin.
"Apa … apa maksudmu sobat muda? Bukankah di antara kita tidak ada perselisihan?"
Hartawan To berkata seolah dia tidak mengerti apa-apa. Pada saat bicara demikian, roman mukanya langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Dia tampak seperti orang yang benar-benar takut.
Sungguh hebat! Keahlian semacam itu, rasanya tidak semua orang mampu melakukannya.
Sementara itu, kemarahan dalam jiwa Li Yong semakin bertambah tebal. Dia sudah tidak mau basa-basi lagi.
"Sebelumnya memang tidak ada. Tapi sekarang ada," jawabnya.
"Kenapa?"
"Karena aku sudah mengetahui semuanya. Aku sudah tahu orang macam apakah dirimu ini,"
Seluruh tubuh Hartawan Lo langsung terasa dingin. Dingin seperti es di Kutub Utara. Perasaannya pun seketika jatuh ke jurang tanpa dasar.
Untuk beberapa saat, Hartawan To tidak tahu harus melalukan apa. Dia hanya bisa berdiri mematung.
Setelah beberapa waktu diam, dia berkata, "Aku, aku sungguh tidak mengerti dengan maksud ucapanmu itu," katanya sambil tersenyum paksa.
Li Yong menarik muka. Dia paling benci terhadap orang seperti Hartawan To ini.
"Tahukah kau, orang macam apakah yang paling aku benci di dunia ini?"
"Aku tidak tahu. Memangnya orang macam apa yang kau maksudkan?"
"Orang seperti dirimu. Sudah tahu salah, tapi masih tidak mengakui. Bahkan dengan wajah polos kau berkata tidak mengerti," Li Yong berhenti sebentar untuk mengambil nafas. Setelah itu, dia kembali melanjutkan, "Dan tahukah kau, apa kebiasaanku yang sudah melekat dan tidak dapat dihilangkan?"
"Aku tidak tahu,"
"Kebiasaanku yang sudah melekat adalah pasti akan mencabut nyawa orang sepertimu,"
Wushh!!!
Segulung angin yang entah datang dari mana tiba-tiba berhembus ke arahnya. Pakaian pemuda itu berkibar dengan gagah.
Hartawan To tidak dapat berkata apa-apa lagi. Dia pun tidak perlu banyak bicara.
Yang dia perlukan saat ini hanyalah bersiap dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi kapan saja.
Meskipun sebelumnya dia merasa takut, tapi sekarang, ketakutan itu mulai bisa teratasi olehnya. Jangan lupa, Hartawan To bukanlah orang sembarangan. Walaupun tubuhnya gemuk seperti bola, tetapi kemampuan silatnya bisa disejajarkan dengan tokoh kelas satu.
Li Yong pun mengetahui akan hal tersebut. Oleh karena itulah dirinya tidak mau bertindak gegabah. Justru karena alasan itu pula dia belum bertindak hingga saat ini.
Kini, keadaan dalam ruangan penerima tamu itu semakin tegang. Enam orang hartawan saling pandang. Tiba-tiba seorang di antara mereka bertepuk tangan tiga kali. Setelah itu, dari arah belakang mendadak muncul lima orang bertubuh kekar dan berwajah sangar.
"Habisi pemuda ini!" katanya memberikan perintah.
Lima orang itu memandang ke arah Li Yong. Mereka saling pandang sesaat, lalu kemudian segera mencabut senjatanya masing-masing.
Wushh!!! Wutt!!!
Lima orang itu langsung menyerang. Lima batang golok tajam berterbangan di tengah udara saling susul menyusul. Seolah-olah mereka sedang berlomba untuk mencapai tubuh Li Yong.
Siapa yang mengenai tubuhnya pertama kali, maka dia lah pemenangnya.
Melihat serangan yang datang, Li Yong hanya tersenyum dingin. Tubuhnya tetap tidak bergerak. Hanya bola matanya saja yang mengkuti ke mana arah serangan lawan.
Begitu kelima batang golok itu hampir mencapai tubuhnya, tiba-tiba dia melakukan sebuah gerakan sederhana. Kedua lengannya dikibaskan ke samping kanan dan kiri.
Gerakan itu walaupun sederhana, namun sebenarnya sangat cepat. Semua penyerangnya tidak mampu menyaksikan dengan jelas.
Belum sempat mereka menyadarinya, tahu-tahu seluruh gerakan langsung berhenti total. Golok yang terbang di tengah udara, kini tiba-tiba berhenti secara mendadak.
Sesaat kemudian, kelima orang itu langsung roboh terkapar di atas tanah.
Mereka telah tewas!
Kejadian ini sungguh diluar dugaan siapa pun. Tujuh hartawan terbengong. Mereka merasa kaget. Lebih kaget lagi hartawan yang baru saja memberikan perintah tersebut.
Bagaimana mungkin anak buahnya bisa mati hanya dalam waktu yang begitu singkat? Apa yang menyebabkan kematian mereka?
Mengingat semua itu, seluruh tubuhnya tiba-tiba berkeringat dingin. Kedua lututnya langsung terasa lemas tak bertenaga.