Chereads / Merajut Tasbih-Tasbih Cinta / Chapter 1 - Laki-laki Misterius Bercaping

Merajut Tasbih-Tasbih Cinta

🇮🇩Yunitasari_123
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Laki-laki Misterius Bercaping

Sang mentari mulai menampakkan sinar pudarlah kegelapan yang menutup pandangan mata, burung-burung mulai beradu suara merdunya membuat suasana menjadi riang, angin yang menghembus pelan membuat badan terasa segar, di pedesaan terdapat sebuah rumah besar yang dipenuhi dengan tanaman berbunga lagi menunjukkan keelokannya dan menyebarkan aroma ke khasannya, terlihat seorang pemuda yang sedang berdiri di samping rumah bertembok warna hijau dan putih yang sedang memberi makan ikan-ikan yang berlarian di kolam tersenyum pemuda itu melihatnya sesekali dia menggerak-gerakkan pergelangan tangannya di air membuat ikan-ikan berwarna-warni itu mendekatinya, ya namanya Fathan Abdullah yang sering dipanggil Fathan oleh warga sekitar, bertutur lembut dan bersahaja membuat tidak sedikit orang-orang yang menyukainya, pandai juga ramah dalam bergaul.

Dari dalam rumah terdengar suara yang memanggil-manggilnya, "Fathan! ... Fathan! Ibu boleh minta tolong!" ya, itu Ibunya yang sangat sayang pada Fathan begitupun sebaliknya, namanya Ayu Harianti yang biasa warga panggil Ibu Ayu.

Fathan yang mendengar panggilan Ibunya tanpa pikir panjang dia berlari dan meletakkan makanan ikan untuk menemui Ibunya tangkut jika Ibunya menunggu lama sambil berlari dia bersuara lantang "Iya Ibu! Fathan bisa." Dengan sedikit nafas mulai tersengal dia mencium tangan kanan Ibunya seraya berkata, "Iya ... Ibu ... Apa yang bisa Fathan lakukan untuk Ibu,"

Sebelum berkata Ibunya tersenyum dan Fathan pun juga membalas senyuman itu.

"Ini Fathan, Ibu kok lupa ya membeli daging padahal tadi sudah terfikirkan mau beli, buat bekal nanti kamu ke pesantren," Sambil membuka-buka bungkusan-bungkusan yang baru dibelinya.

"Iya Ibu, Fathan bisa," sahut Fathan yang terlihat sangat bahagia bisa membantu Ibunya.

"Ini Uangnya, kamu beli dua kilo gram ya," Sambil memberikan uang Ibunya mencium keningnya dan berkata, "Fathan adalah anak Ibu yang hebat tidak pernah membantah Ibu, pasti Ibu akan kangen sama Fathan.

"Hmm ... terimakasih untuk kasih sayang Ibu untuk Fathan sangat luar biasa tidak mungkin Fathan bisa membalasnya, Fathan ingin Ibu selalu bahagia dan pastinya Fathan juga kangen sama Ibu, sama Ayah dan adik Fathan ini," Dengan mengelus perut Ibunya.

Pintu terbuka, "Krieeek."

"Ayah senang sekali memiliki keluarga ini, keluarga yang saling berkasih sayang, inilah surgaku terimakasih untuk semuanya," Ayahnya yang tiba-tiba datang dan memeluk mereka seraya berkata pada Fathan, "Fathan nanti kalau di Pesantren harus taat pada Kyainya, mengikuti aturan pesantren jangan suka menentang para pengurusnya, insya Allah kamu akan menemukan kebahagian dalam menjalani kehidupan ini."

"Iya Ayah, pesan Ayah akan Fathan ingat selalu," sahut Fathan.

"Ya sudah kalau begitu Fathan pergi ke pasar dulu," imbuhnya.

"Iya ... Hati-hati," ujar Ibu Fathan.

"Siap Bu," sahut Fathan kemudian pergi dan tidak lama sudah tidak terlihat.

"Mas, lihatlah ... tidak terasa Fathan sudah tumbuh dewasa, terlihat berjiwa seperti Mas," kata Istri Sambil memotong-motong bahan yang akan dimasak.

Dari belakang suami memeluk tubuh istri sambil berkata, "Hmm ... terimakasih Neneng memang luar biasa, lembut dalam berkata seperti Fathan, ya ... semoga Fathan nanti bisa menjadi orang yang berlilmu dan bisa meneruskan perjuangan Mas dalam berjuang di Desa ini, untuk bisa mengajak orang-orang ke jalan yang lurus kita tahu sendiri bagaimana kehidupan di daerah sini."

"Iya Mas, Amin!," sahut Istri.

"Oh ya lupa, itu tehnya ... keburu dingin," imbuhnya.

"Iya Neng, terimakasih,"

**********

Dalam perjalan Fathan ke pasar tidak sengaja bertemu dengan laki-laki misterius bercaping anyaman bambu yang menyembunyikan jati dirinya.

"Nak! ... kasihanilah saya, saya lapar ... sudah tiga hari saya tidak makan," ujar laki misterius itu terlihat memakai caping yang terbuat dari anyaman bambu dan menundukkan kepalanya sehingga tidak terlihat jelas bentuk wajahnya.

Fathan yang melihatnya tidak tega kalau harus membiarkannya dalam hatinya berkata, "Haduh ... Bagaimana ya ini, saya tidak tega melihat laki-laki ini tapi kalau uang ini saya berikan bagaimana dengan Ibu ya," Diam tidak bergerak berfikir ya itulah yang bisa dilakukan Fathan.

"Kasihanilah saya Nak, saya tiga hari sudah tidak makan rasanya perih perut saya," terdengar lagi rintihan laki-laki itu.

"Ih ... Bagaimana ini, hmm ... tadi Ibu bilang saya disuruh beli daging untuk bekal ke Pesantren, ah gini saja ... biarlah tidak pakai lauk daging yang penting bisa menolong laki-laki ini, kasihan terlihat sangat kelaparan," kata Fathan dalam hatinya.

"Oh, Anak ini memang luar biasa bakal menjadi orang besar, bisa mempengaruhi banyak orang, semoga nanti di Pesantren mendapat banyak pengalaman yang bisa berguna untuk perjuangannya," ungkap laki-laki mesterius dalam hatinya yang memang mengetahui apa yang difikirkannya.

Fathan perlahan mendekati laki-laki mesterius itu lalu mengulurkan tangannya dan memberikan uang itu sambil berkata, "Ini Bapak, ada sedikit uang untuk beli nasi."

Dengan cepat laki-laki itu meraih uang dan berkata, "Terimakasih ya Nak, semoga apa yang kamu dan orang tuamu harapkan bisa terwujud, dan semoga kebaikanmu dibalas dengan sang kholik."

"Terimakasih do'anya," sahut Fathan yang kemudian kembali melangkahkan kaki menuju rumahnya dengan tangan kosong, betapa terkejutnya Fathan dengan mata terbelalak, alis sedikit terangkat saat melihat laki-laki itu kembali ternyata sudah tidak berada ditempat itu, dalam hati, Fathan berkata, "Ha ... kemana laki-laki itu, padahal tidak ada jalur kecuali arah ini dan itu tapi kemana ya ... mustahilkan misa menghilang, tetapi memang tidak ada, ih ... siapa juga laki-laki misterius tadi."

Dengan hati yang selalu bertanya-tanya Fathan melangkahkan kakinya, melewati jalan setapak gang-gang kecil sesekali dia menoleh ke kanan dan ke kiri, tak lama Fathan sampai di rumah.

Ibunya yang melihat Fathan seperti terburu-buru juga tidak membawa apa-apa di tangannya menghampirinya seraya berkata, "Fathan kok tidak membawa apa-apa?"

"Di dalam saja ya Bu, ada Ayah!" kata Fathan yang kemudian memasuki rumah.

"Ada, barusan aja minum teh di ruang tamu," jawab Ibu sambil berjalan.

Kini mereka dalam ruang tamu, duduk di kursyi yang terajut anyaman bambu terlihat juga bunga-bunga plastik yang menghiasi ruangan, dinding berwarna putih yang dihiasi foto-foto ulama' terdahulu dan ayat-ayat Al-Qur'an terukir kaligrafi yang elok, Fathan yang duduk di depan kedua orang tuanya mulai bercerita.

"Ayah, Ibu ... maafkan Fathan tidak jadi beli daging, soalnya ada suatu yang aneh menurut Fathan," Terlihat wajah Fathan tegang sedikit tubuhnya merungkuk ke depan.

"Memang kejadian aneh apa Fathan?" tanya Ayahnya yang penasaran dengan hal itu sesekali dia mengangkat tubuhnya dan kembali ke posisi duduk semula.

"Begini ceritanya, saat Fathan di persimpangan jalan di dekat pohon besar, Fathan bertemu dengan seorang laki-laki yang memakai caping namun tidak terlihat begitu jelas wajahnya, dia merasa kelaparan jadi uangnya Fathan berikan padanya, saat Fathan kembali pulang dan menolehnya tiba-tiba laki-laki itu tidak terlihat lagi, kira-kira siapa ya yah?" tutur Fathan yang hela nafas dalam.

"Ya, mungkin orang safir yang kebetulan lagi lewat, semoga saja itu bisa memberi berkah," ujar Ayahnya.

"Iya Fathan tidak mengapa, kamu bisa beli lagi," terang Ibunya yang sambil memberikan uang padanya.

"Tidak lah Ibu, seadanya saja Fathan sudah bersyukur," sahut Fathan.