Chereads / Legenda Pedang Mata Iblis / Chapter 2 - Bab 1. Pedang Usang

Chapter 2 - Bab 1. Pedang Usang

Dalam keadaan yang begitu genting, Zi Hua tetap berusaha melindungi kitab Naga Dewa yang telah dengan susah payah ia dapatkan. Ia yang tak bisa bela diri karena tubuhnya yang lemah, hanya bisa terus mengelak dari serangan monster berbentuk Naga. Dia lari dari satu arah ke arah yang lain sebisa mungkin agar tak terkena serangannya.

Yue Mi terus melancarkan serangan dengan sisa kekuatan yang ia miliki. Karena sudah tak berstatus sebagai dewi rubah dari alam dewa yang agung, ia tidak bisa meminta bantuan dari senior ataupun temannya. Kini, Dewi malam itu hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri untuk melindungi Zi Hua.

Monster itu terus menyerang dengan membabi buta, menyemburkan api melalui mulutnya, mengibaskan ekor panjangnya sampai membuat Hua terpental jauh dan terluka. Kitabnya ia selipkan di baju bagian dadanya. Yue Mi sudah kehabisan tenaga dalamnya, darah segar keluar dari mulutnya ketika kepakan ekor naga mengenai tubuhnya hingga terpental.

Zi Hua yang melihat Yue Mi terkapar segera berlari menuju tempatnya terbaring, dia menggendong Yue Mi dengan cepat untuk bersembunyi di samping batu besar. Yue Mi bersandar di tangan kanan Hua, nafasnya tak teratur, di mulutnya masih tertinggal cairan warna merah yang memperlihatkan bahwa Yue Mi benar-benar terluka parah.

"Yue Mi, ku mohon bertahanlah." Hua menepuk-nepuk pipi Yue Mi agar ia bisa bertahan.

Dewi malam tersenyum, ia mencoba menyentuh pipi Zi Hua dengan sisa tenaga yang ia punya.

"Sebuah kebahagiaan aku bisa menghembuskan nafas terakhirku di pangkuanmu, melihat wajahmu yang selalu aku rindukan. Sungguh! aku bisa mati tanpa penyesalan."

"Jangan katakan itu, aku yakin kita bisa selamat dari situasi ini."

"Uhuk… uhuk…" Yue Mi terbatuk, cairan darah kembali keluar dari mulutnya.

"Zi Hua, maaf! setelah ini aku tak bisa melindungimu lagi." tangan Yue Mi terlepas dari wajah Zi Hua dengan lemah.

"Ku mohon, bertahanlah! aku akan mencari bantuan untuk menyelamatkanmu." Hua mencoba bangun, namun di tahannya tangan Hua, Yue Mi menatap Zi Hua dengan tatapan memohon.

"Tak perlu kemana-mana Zi Hua, tak ada siapapun di hutan ini. Cukup kau berada di sampingku sebentar lagi, agar aku bisa pergi dengan tenang."

Mendengar perkataan Yue Mi, Zi Hua mengurungkan niatnya untuk beranjak. Sebenarnya ia juga berpikir, di hutan ini siapa yang bisa menolong mereka, tak ada siapapun, hanya ada monster naga dan juga dirinya. Bahkan hewan-hewan yang seharusnya tinggal di sini pun tak nampak sama sekali.

Hua memutuskan untuk menemani Yue Mi sampai nafas terakhirnya. Tak butuh waktu lama, karena memang Yue Mi sudah tak kuat lagi. Dia akhirnya meninggal kemudian tubuhnya secara perlahan lenyap menjadi abu dan terbang ke langit. Sebelum itu, Yue Mi sempat mengatakan kalau ia akan bereinkarnasi 10 tahun lagi dengan wujud asli manusia biasa.

Karena kematian Yue Mi, Hua bertekad akan membalaskan dendamnya pada monster naga. Dia mencoba segala macam cara agar bisa mengalahkan monster itu. Namun, karena kekuatan Zi Hua terbatas dan bahkan bisa di bilang tidak mempunyai apapun untuk melawan, akhirnya ia di lahap oleh monster itu.

Di dalam tubuh Naga, Zi Hua tidak merasakan apa-apa. Dia merasa sudah mati tapi masih bisa bernafas, ia bahkan masih bisa mencium bau anyir dan amis dalam tubuh itu. Ia terus berjalan, lendir-lendir berwarna merah terlihat bergelantungan.

Hua merasa kaget ketika ia melihat banyaknya tengkorak manusia di dalamnya, ternyata rumor itu memang benar adanya, bahwa siapapun yang masuk ke dalam gunung itu tak akan pernah bisa kembali. Itu karena semua manusia yang masuk akan bernasib sama seperti dirinya, di makan dan terjebak di dalam tubuh monster Naga.

Di saat Zi Hua hampir putus asa akan nasibnya, ia di kejutkan dengan gerakan aneh di ujung ekor Naga. Zi Hua mendekat, ia melihat sebuah pedang usang yang tertancap di tubuh yang di penuhi lendir dan darah. Aura pedang itu sangatlah kuat, Zi Hua bisa merasakannya meskipun ia tidak bisa seni bela diri.

Di sentuhnya pedang itu, mendadak tangannya bergetar hebat, terdengar jeritan dari banyaknya manusia yang entah berada di mana. Zi Hua melepaskan pedang itu dan suara jeritan itu tidak terdengar lagi. Merasa aneh, Zi Hua mencoba menyentuh kembali gagang pedang itu, lagi-lagi terdengar jeritan yang sama. Sesaat ia menyadari bahwa suara itu berasal dari pedang usang itu.

Awalnya ingin mengabaikan pedang itu, namun pedang itu bergerak kembali, seolah-olah meminta agar Zi Hua mengambilnya. Dan benar saja, Zi Hua memberanikan diri mencabut pedang itu, seketika tubuhnya oleng. Naga itu menggerakkan ekornya dengan kuat, sampai Hua yang berada persis di bagian ekor terpental kesana kemari. Merasa bahwa Naga itu akan segera mati, Zi Hua berlari dengan sisa tenaga yang ia punya agar bisa mencapai di bagian mulut Naga. Setelah beberapa menit akhirnya Zi Hua bisa keluar dari tubuh Naga yang sudah terkulai lemah.

"Ternyata ini kelemahanmu," gumam Zi Hua menatap pedang yang ia pegang.

Tubuh Naga yang telah mati itu perlahan memudar, menghilang ke udara, menjadi asap hitam yang terus terbang sampai ke langit.

"Aku harus segera kembali," lirih Zi Hua segera bergegas.

Dengan membawa kitab Naga Dewa dan pedang itu, Zi Hua kembali ke desanya, menemui ibu dan ayahnya yang pasti sangat khawatir tentang dirinya.

Sesampainya di rumah, Zi Hua di kejutkan dengan sakitnya sang ibu. Semenjak kepergian Zi Hua, ibunya hampir tak bisa berjalan, ia terus berbaring memikirkan nasib putra satu-satunya. Yang membuatnya khawatir karena rumor yang beredar tentang hutan gunung hantu yang selalu memakan manusia.

Tubuhnya terkulai lemah di samping tempat tidur sang ibu yang hanya beralaskan kayu serta kain tipis yang begitu usang menyelimuti tubuh rapuh itu. Hatinya merasa hancur karena saat ibu yang sangat di cintainya itu terbaring lemah tak berdaya, sementara dirinya tak ada di sampingnya, dan tak bisa melakukan apapun.

"Ayah, sudah berapa lama ibu sakit?" Tanyanya pada Bai Lian, ayah Bai Zi Hua.

"Satu minggu. Setelah kepergianmu, dia langsung jatuh sakit, tak mau makan apapun, hanya terus bergumam tentangmu!" Jawabnya sedih.

Mendengar penuturan sang ayah, Zi Hua menoleh, bola matanya membulat sempurna.

"Apa aku pergi hanya satu Minggu?" Tanyanya tak percaya.

"Apa kau ingin pergi lebih dari itu? Kau bilang hanya! Satu minggu pun sudah cukup membuat ibumu tersiksa," balasnya kesal karena mendengar putranya terlihat meremehkan kepergiaannya yang hanya berlangsung satu Minggu. Dalam waktu sekian itu, sudah membuat dirinya khawatir dan takut, anak itu malah berkata seakan kepergiaannya masih kurang.

Zi Hua hanya diam, namun otaknya masih terus berpikir. Bukan seperti yang di pikirkan ayahnya tentang kurangnya waktu. Namun, ia merasa aneh karena ternyata dirinya hanya pergi selama satu Minggu.

'Tunggu… Kenapa hanya satu Minggu? Bukankah aku ada di dunia aneh itu sangat lama? Bahkan aku merasa seperti berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun? Ada apa ini sebenarnya?'