Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Jatuh Cinta pada Vampier

🇮🇩Rizqyazzam
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.2k
Views
Synopsis
Sore hari seorang wanita bernama Erika yang bekerja magang di sebuah restauran tersesat ketika mengantarkan paket makanan yang di pesan seseorang hingga jauh membawanya ke hutan yang hanya terdapat satu bangunan rumah mewah nan megah namun membuat bergidig. Erika terpaksa masuk melalui pintu pagar rumah depan nya setelah sebelumnya ia memencet bel tidak kunjung ada yang membukakan. Saat perjalanan mendekati rumah itu terdapat sebuah taman. Ia di kejutkan dengan bayangan yang melesat cepat membayangi matanya, hingga ia sadar dengan kehadiran satu sosok di belakangnya yang membuat matanya terbelalak melihat sosok pria yang berdiri tegap dengan bibir yang di penuhi darah dan bertaring kini berada di hadapannya. Apakah yang akan terjadi dengan Erika, siapakah pria yang di maksud itu?
VIEW MORE

Chapter 1 - Pertemuan

Di suatu hari restaurant tempat Erika magang sedang ramai, baik yang langsung berkunjung ke tempat maupun pesanan online.

"Erika, ada pesanan ke daerah x nomer rumah ini, bisa kau antarkan?" Pemilik restauran yang bernama pak Subroto memintaku untuk membantu mengantarkan pesanan online.

"Ada motor satu nganggur, kamu kan bisa makai motor, jadi bisa tolong antarkan"

"Kurir yang lain bagaimana?" tanyaku.

"Kurir lelaki semuanya sibuk sedang antarkan pesanan, paket ini tidak boleh lama apalagi ini daging waghyu grade A harus diantarkan cepat-cepat." Dengan terpaksa akupun meng iyakan permintaan pak Subroto untuk delivery pesenan.

"Kak Intan, bisa tolong gantikan pekerjaanku sebentar, aku mau mengirimkan pesenan ke pelanggan."

"Oke," kak Intan pun langsung mengambil alih pekerjaanku yang lumayan melelahkan mencatat peesanan serta mengantarkan pesenan ke meja pelanggan.

Restauran tempat ku bekerja tergolong restauran elit yang berada di kota ku. Aku beruntung bisa masuk dan magang di restauran ini, walau gaji tak seberapa, setidaknya aku tidak menyusahkan kedua orang tuaku untuk terus meminta kiriman dari mereka hanya untuk sekedar membayar kost an yang aku tinggali.

Segera ku pacu motor dengan kecepatan sedang setelah ku over pekerjaanku kepada kak Intan. Kak intan adalah salah satu senior yang bekerja di restauran Steak pak Subroto, ia bekerja sudah 3 tahun lamanya sejak pertama kali di buka restauran Steak ini. Restauran kami pun tidak hanya menyediakan daging lokal hingga berkualitas, tapi juga menyediakan paket komplit seafood terdiri dari makanan khas jepang dan korea.

"Jalan ini apakah benar yah, kenapa menuju hutan. Duh, mana udah sore memangnya ada rumah menuju sini. Tapi warga bilang ada satu rumah disini, apa jangan-jangan...." Segera ku gelengkan kepala agar fikiranku tetap positif. Hari semakin larut perjalanan menuju rumah tujuan memakan waktu hampir 6 menit menggunakan motor, cukup jauh jika hanya dengan berjalan kaki.

Ku susuri jalan jauh ke dalam dengan kecepatan rendah mengikuti jalur bekas mobil. Hingga akhirnya aku sampai di sebuah rumah megah nan mewah bernuansakan bak rumah-rumah yang ada di Hollywood yang di miliki artis-artis papan atas.

"Wah... besar sekali. Rumahnya dari gerbang jauh lagi," aku mencoba mencari bel yang terdapat di pinggir pintu gerbang utama itu.

Tet...tet...te...t

Ku bunyikan bel itu tiga kali, tapi tak ada jawaban dari dalam. Ku lihat dengan selidik, cukup lama aku menunggu hingga akhirnya hari semakin gelap. Aku sedikit ketakutan dengan berada di luar sendiri, sepi tanpa ada orang lain. Sekedar orang yang mampir untuk pulang dari kebun saja tidak ada.

"Duh, lama banget. Permisi....permisi....saya mau mengantarkan pesanan dari restauran Steak modern. Cukup lama aku menunggu di luar pintu gerbang, berharap akan ada yang membukakan pintu. Tapi ternyata tidak, kulihat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, hari benar-benar gelap.

"Aduh, nih orang gimana apa salah alamat yah. Tapi bener ini alamatnya daerah x rumah nomer ini, tapi kenapa gak ada yang jawab. Apa gak ada penghuninya ya?" Aku mencoba masuk saat ku senggol pintu gerbang dan terbuka.

"Eh, ternyata tidak di kunci. Masuk gak yah, ah bodo amat siapa suruh gak nyaut saat di bunyikan bel." Aku perlahan masuk dengan perasaan tak tentu, hatiku terasa tidak tenang perasaan ku tidak enak. Sesekali ku usap bulu kudukku yang berada di leher, perlahan aku masuk menyusuri jalan sunyi.

Tetiba terdengar suara "srek..." dedaunan kering yang terinjak. Aku sontak melihat sekeliling memberhentikan langkahku, kalau-kalau ada orang atau penjaga rumah ini, akan ku titipkan pesanan nya untuk di berikan ke majikannya.

"Ah, mungkin hanya perasaanku saja." Ku cepati langkahku karena sudah malam, tapi suara daun terinjak dan suara langkah itu terdengar bebarengan dengan suara langkah kakiku. Aku percepat lagi langkahku hingga sedikit berlari, sampai tak terdengar lagi suara yang mengikuti.

"Hah...hah...untung sudah tidak terdengar lagi suara itu, jangan ganggu aku disini hanya untuk mengantarkan pesanan pada yang punya rumah ini,ya." Aku berusaha menenagkan diri dengan meminta ijin kepada penghuni astral yang berada di sekitar tempat itu. Sebenarnya kakiku sudah sulit untuk melangkah, tapi demi pekerjaan dan demi tidak di pecat dari pekerjaan aku kuatkan diri untuk terus sampai di balik pintu rumah itu.

Langkahku semakin cepat ingin segera menyelesaikan semua nya lalu pulang. Tapi terasa ada yang memperhatikankun aku tak berani melihat ke arah pepohonan takut ada yang menggelantung atau duduk sambil tertawa di atas pohon. Hanya membuat nyaliku semakin menciut saja, terpaksa ku balikkan tubuhku ke arah sebelumnya untuk pulang. Sampai ku lihat sosok bayang lewat sekilas di depanku. Aku terdiam, tak berani bergerak selangkahpun aku tak bisa menggerakan kakiku.

Keringat dingin sudah mulai mengucur dari pelupuk keningku, aku mencoba untuk tenang dan menoleh tapi ku pejamkan mata, dengan sekuat hati ku beranikan diri berbalik dan...

"Aaaaaaa.....!" Satu ekor tupai menubruk tanganku hingga terjatuhnya paket yang ku pegang.

"Tupai sialan!" Pekikku hingga membuat tupai itu pergi. Aku membereskan paket yang terjatuh berhamburan.

"Aduh, bagaimana ini paketnya jatuh sampai tercecer dimana-mana. Bisa-bisa bos marah gajiku di potong, atau kalau nggak bisa-bisa aku di berhentikan." Dengan rasa takut dan panik aku membereskan kekacauan yang di buat tupai tadi.

"Bagaimana ini, dagingnya masih aman masih terbungkus. Tapi ini....darah?" Aku tercengang ketika ada satu kantong darah yang ada di paket itu. Fikiranku mulai tidak karuan lagi "Bagaimana kalau yang memesan ini untuk tumbal atau semacam ritual?" Semakin panik saat tupai tadi jatuh terlempar tepat di depan mataku. Satu pasang kaki berjalan menghampiriku tidak menggunakan sendal atau sepatu, dengan kuku panjangnya ia berjalan mendekatiku.

Aku yang menunduk berusaha untuk bangkit memberanikan diri melihat ke arah depanku. Setelah susah payah ku bangkit dari duduk, aku beranikan diri melihat sosok ini dengan berbajukan kemeja berwarna putih. Berawal dari mata kaki hingga kini ku lihat tangannya yang ber urat berkuku panjang, aku menelan ludah saat ku lihat noda bajunya penuh dengan percikan darah sampai ku lihat kini wajahnya. Seorang pria dengan rambut hitam nya yang sedikit panjang,berwajah bule dengan bulu matanya yang lentik dan matanya yang tajam sedang menatapku.

Ia menatapku dengan tatapan tajam hingga menusuk jantungku. Aku terpaku melihatnya, tubuhku tak bisa di gerakan. Aku terdiam mematung menatap wajahnya dengan bibirnyang di penuhi warna darah, ia mendekat aku melangkah mundur. Kini tangannya dengan cepat meraih pinggangku hingga kini tubuhku menyentuh tubuhnya, aku menengadah melihatnya karena dia tinggi.

"Si, siapa kau..." Pria itu mendekatkan wajahnya lalu mengulum bibirku dengan lembut. Sontak aku mendorong tubuh pria itu, tapi tak bergerak sedikitpun. Entah karena aku yang lemah atau memang dia kuat. Tetiba mataku langsung mengantuk, sedikit-sedikit kini mataku mulai menutup hanya nafas dan pejaman matanya yang terakhir ku lihat.

Bruk.....