"Rik...Rika bangun..." Terasa tangan seseorang menepuk nepuk pipiku. Perlahan ku buka mataku melihat sekelilingku kak Intan dan pak Subroto sedang duduk di sampingku, aku tertidur di kursi.
"Apa yang terjadi," Aku bangkit lalu memegang kepala karena masih terasa pusing.
"Kamu tidak apa-apa kan Rika?" Kak Intan mengambilkan air putih untuk aku minum.
"Kamu tidak apa-apa kan Rika, gak ada yang patah kan, maaf kalau tadi bapak memaksamu mengantarkan pesanan, " kini giliran pak Subroto yang menanyaiku dengan wajah yang penuh rasa sesal.
"Aku baik-baik saja, ada apa sebenarnya?"
"Ini, minum dulu airnya. Kamu itu jatuh dari motor," Kak Rika memberikan air putih dan juga teh manis hangat untuk ku minum.
"Jatuh?" Kak Intan mengangguk. Ku coba untuk mengingat apa yang telah terjadi padaku sebelum aku terbaring di kursi, tapi sedikitpun tak ada kejadian yang menempel di otakku untuk bisa mengingat kejadian yang telah terjadi.
"Tadi kamu di antarkan ke sini sama seorang pria, katanya kamu terpelincir jatoh hampir ke jurang. Untung pria itu menemukanmu dalam ke adaan pingsan dan kebetulan melihat kartu pengenal pekerja kamu yang masih terkait di lehernu, jadi ia mengantarkan nya ke sini." Kak Intan menjelaskan.
"Aku, jatoh dari motor?" masih mencoba untuk mengingat dengan apa yang baru saja terjadi sebelum aku tergeletak di kursi ini tetap saja tidak ada satupun memori yang tergambar di fikiranku.
"Tapi..." kak Intan memberhentikan kata-katanya.
"Lain kali, bapak gak akan lagi menyuruh kamu mengantarkan pesanan. Bahaya, bapak tidak mau menanggung resiko lagi," Aku mengangguk lalu pak Subroto pergi pamit pulang setelah ia menyuruh kami untuk membereskan restauran.
"Eh, tapi kenapa kak?" tanya ku penasaran.
"Itu, aneh saja bukannya pria tadi bilang kalau kamu itu tergelincir jatoh dari motor, tapi kok motornya gak ada yang rusak yah." Kak Intan memastikan apa yang ia katakan itu benar, ia menunjukkan padaku bahwa memang motor itu tidak ada bekas goresan apapun, masih utuh dan seperti baru.
"Iya bener, kok bisa?" Aku terkejut setelah kak Intan memperlihatkan kondisi motor yang tadi aku pakai.
"Tapi, mungkin saja kondisi jalanan licin dan bagus jadi motor pak Subroto masih bagus, kalau nggak bisa-bisa kamu di suruh ganti rugi, tau sendiri pak Subroto walaupun punya restauran bagus tetap saja perhitungan, he...he..." Aku merinding ketika kak Intan membahas soal ganti rugi.Tak bisa di bayangkan berapa kerugian yang harus di ganti kalau motor nya bener-bener rusak, membayangkan pak Subroto marah saja sudah membuatku merinding.
"Ya sudah sudah larut, kita pulang saja, kamu tidak apa-apa kan pulang sendiri?" tanya kak Intan memastikan.
"Tidak apa-apa aku bisa pulang sendiri," kak Intan adalah senior yang baik dan perhatian di antara senior lainnya yang bekerja di restauran Steak Pak Subroto. Ia sering membantu saat aku sedang kesusahan menghadapi para pelanggan.
Setelah kami selesai membereskan restauran, kami pun berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Aku pulang ke kost an sedangkan kak Intan pulang ke rumah nya yang tidak jauh dari restauran Steak pak Subroto.
"Kenapa merinding yah," Akupun masuk ke kostan untuk mandi lalu tidur.
***
"Pagi ini cuaca sangat cerah, waktunya untuk pergi ke sekolah. Tidak ada waktu untukku memikirkan hal yang tidak penting seperti kejadian kemarin. Saatnya menyongsong hari penuh asa penuh dengan segala keceriaan. Mungkin saja di sini aku akan mendapatkan pacar idaman yang baik hati, romantis, humoris dan juga kaya. Lumayan kan untuk memperbaiki perekonomian keluarga, tidak apa-apa tidak tampan yang penting isi dompetnya yang banyak," Mataku seakan otomatis muncul angka dollar, tak terasa berjalan ,aku sudah sampai di pintu gerbang sekolah dan....
"Eh, bukannya ini hari senin yah. Kenapa pintu gerbang tertutup?" ku lihat jam di ponselku untuk memastikan jam berapa.
"Bagaimana ini, jam 8.30 pagi. Gak salah...! Aku kesiangan di hari pertamaku masuk sekolah." Aku mendekat ke pintu gerbang ku lihat di area dalam tidak ada satpam yang menjaga. "Mungkin mereka fikir sudah tidak ada murid lagi," gumamku.
Aku berniat untuk memanjat pintu gerbang yang tinggi itu. "Oke, siap," sekali lagi ku pastikan bahwa tidak ada orang selain aku agar tidak ada yang memergoki.
"Go...." Akupun berlari lalu meloncat ke pagar mendaki pagar gerbang itu dan akhirnya kini telah berada di dalam area sekolah.
"Huh...aman," Aku berniat melangkahkan kaki saat berbalik ada yang menarik tasku.
"Aduh duh...lepaskan, siapa kamu!"
"Berani sekali kau masuk ke sekolah melewati pagar, sedangkan pintu gerbang sudah jelas tertutup rapat dan di kunci." Seorang laki-laki menarikku.
Seeet.... kini punggungku menyentuh tubuhnya, ia menarikku melalui tas punggungku.
"Deg...ah, apa ini kenapa?" Tiba-tiba saja jantungku berdegup tak biasanya seperti terkena hentakan. Lelaki itu juga seketika melepaskan cengkramannya pada tas ku. Aku jadikan itu sebagai kesempatan untuk melarikan diri.
"Lepaskan...!" Aku berlari setelah ku goyangkan tanganku untuk lepas seluruhnya dari lelaki itu, kemudian aku berlari ke dalam mencari kelasku.
***
"Hmm... kau jangan gegabah dengan semua perbuatanmu, kau harus tanggung akibatnya." Seorang pria berumur berbicara kepada pria yang menarik tas ku tadi. Ia tak menjawab, hanya saja dari kejauhan menatap Erika yang sedang berlari ke dalam sekolah.
***
"Selamat pagi siswa/siswi baru, selamat datang di sekolah kami sekolah terfavorit di seluruh penjuru kota ini." Pak guru sudah mulai memberikan salam pembukaan.
"Pada hari ini aku adalah.....," Akupun datang pada waktu yang kurang tepat.
"Selamat pagi maaf aku sedikit terlambat, tadi ada masalah kecil jadi, aku, kemari,....," Para murid yang ada di kelas menatapku aneh begitupun dengan pak guru.
"Oh tidak apa-apa, kamu boleh duduk dimanapun masuklah," Pak guru menyuruhku untuk memilih tempat duduk. Kulihat sekitar kelas yang tempat duduknya kosong ada 3 bangku, saat kulihat ada satu siswi yang ku kenal melambaikan tangan, akupun memutuskan untuk duduk di sebelahnya.
"Kenapa bisa kesiangan?" tanya Desi teman sekolah yang ku kenal dulu.
"Nanti aku ceritakan," aku mulai fokus menatap ke depan.
"Baiklah muridku sekalian, bapak akan memperkenalkan diri. Nama bapak adalah Kenadi panggil saja bapak Ken. Bapak disini akan menjadi wali kelas kalian, bapak harap kita bisa bekerja sama dengan baik." Begitulah sambutan yang pak Ken berikan, lalu tak berlangsung lama satu per satu datang guru lain untuk mengenalkan diri sekalian memberikan pelajaran di hari pertama.
"Kenapa bisa telat sih, Rik." Ucap temanku yang bernama Desi. Teman sekelas ku dulu saat sekolah SMP di kampung.
"Entahlah, jam ku tiba-tiba saja tidak berfungsi. Padahal kemarin jam ku masih berfungsi," aku menghela nafas dalam karena kesal atas kejadian tadi pagi.
"Tapi kenapa kamu bisa masuk, kamu telat itu 5 menit. Padahal hanya beberapa murid yang terakhir masuk termasuk aku. Lalu satpam sekolah menutup dan mengunci pintu gerbang," Lena yang penasaran denganku karena bisa masuk ke lingkungan sekolah padahal gerbang dikunci bertanya.
"Aku melompati pagar," jawabku dingin dengan rasa sesalku.