Ayoo cepat lari Samsiah,bawa Anak kita" Teriak Mustofa.
Samsiah hanya menangis ,Ia tak mampu berkata lagi. Hanya tangisnya yang memecah keheningan.air matanya pun jatuh berderai di pipinya.
"Jangan memikirkanku,Aku tidak apa apa,cepat sebelum mereka menemukan kita" Mustofa mendorong tubuh Samsiah ,Namun Samsiah tidak juga bergerak ,dia tidak tega meninggalkan suaminya sendiri dalam keadaan luka parah.
Namun Mustofa terus saja menyuruh istrinya berlari,dengan berat hati serta sisa tenaga yang di miliki Samsiah langsung mendekap anaknya dengan erat dan langsung berlari kencang,lari sejauh mungkin. Nafasnya terengah engah.
"Samsiah bangun Nduk" telinganya lamat lamat mendengar sebuah suara,di barengi tubuhnya di guncang dengan keras.
Samsiah membuka matanya,terlihat jarum jam menunjuk angka 3.
"Oh ternyata hanya mimpi"
Samsiah pun tersadar, Suara orang mengaji masih terdengar dari ruang tamu rumahnya.
"Kamu mimpi ya Nduk?" Tanya Raminah.
"Iya bu"
"Masih dini hari ,kamu tidur lagi yah" Bujuk Raminah pada menantunya.
Samsiah hanya mengangguk,"mimpi yang aneh "gumamnya lirih. Samsiah memejamkan matanya. Berusaha tidur..
Keesokan harinya prosesi pemakaman Mustofa di lakukan dengan hikmat. Samsiah tidak mengantar kepergian Suaminya ke liang lahat, hanya kaum lelaki saja yang ikut ke sana. Di bantu oleh ibu ibu, Samsiah menyibukan diri memasak di dapur. Apalagi saat mendengar suara Ustad Romadlon sebelum keranda di bawa ke makam, Beliau sebagai pemuka agama berpesan kepada para pelayat
"Setelah selesai menguburkan ,saya minta saudara saudara mampir ke rumah duka"
"Iya Pak " Sahut mereka serempak.
Samsiah bersama yang lain pun menyiapkan Nasi tumpeng dan lauk pauk untuk Hidangan para pelayat,sesuai adat di desa.
Sejam kemudian rombongan pelayat sudah berdatangan, Tampak Ustadz Romadlon memasuki ruang tamu. Dia pun menyalami pelayat yang sudah datang duluan, Satu persatu.
Raminah mendekat ke arah Ustadz Romadlon,lantas setengah berbisik dia berkata.
"Pak Ustadz ,mulai saja baca doanya"
"Segini orangnya Bu?"
"Iya " Jawab Raminah singkat.
Setelah pembacaan doa ,nasi tumpeng beserta lauk pauknya dibagikan merata ke orang yang hadir.
Tidak lama kemudian Ustadz Romadlon pun berpamitan
"Kami permisi bu"
"Ya Pak Ustad,terima kasih atas semuanya" Jawab Raminah.
"Saya juga permisi Bu" Susul yang lain mengikuti. Satu persatu mereka pun meninggalkan rumah duka.
Raminah duduk menyandarkan tubuhnya di tembok,menatap kepergian mereka dengan tatapan kosong. Anaknya Mustofa sudah pergi menyusul Bapaknya, praktis kini tidak ada lagi yang menemani hari tuanya. Menantunya Samsiah masih muda lambat atau cepat akan pergi juga bersama lelaki lain yang menikahinya. Berpikir demikian kelopak matanya berkaca kaca, Dia menangis terisak.
"Ibu makan dulu?" Terdengar suara Samsiah dari ruang tengah membuyarkan lamunannya. Raminah langsung menyeka air matanya dengan telapak tangannya.
"Ya sebentar" Sahutnya,lantas hening.
Karena mertuanya tak juga terlihat,Samsiah mendatanginya ke ruangan depan. Tampak Ibu Mertuanya sedang menangis. Samsiah tertegun sejenak,lantas mendekat ke arahnya.
"Ibu,kan saya masih di sini bersama cucu ibu" Hibur Samsiah seperti tahu kerisauan hati mertuanya tersebut.
Raminah mendongakkan kepalanya, lantas tersenyum dan menggenggam tangan Samsiah.
"Benarkah itu Nduk?"
Samsiah menganggukan kepalanya.
"Tentu saja Ibu,setelah acara tahlilan selesai. Kita bisa jualan gorengan seperti biasa"
Raminah tersenyum mendengar penuturan Samsiah. Almarhum suaminya adalah anak tunggal jadi setelah suaminya meninggal, Raminah praktis hidup di desa tersebut tidak punya siapa siapa selain Anaknya. Namun Mustofa sekarang juga barusan di kebumikan,membuat hatinya gelisah.