Mansion Lingga
Kaki akhirnya menapaki lantai marmer, dengan jantung berdebar karena rasa senang berhasil sampai tanpa ketahuan ataupun cidera.
Tuhan mengiringi setiap langkah, berkat keputusan Vian dengan mama dan papa yang mendukungnya untuk menemui Aliysia.
Setidaknya memastikan jika menantu kesayangan baik-baik saja, kata mereka.
Sambil berjalan Vian membuka kembali ikatan plastik yang ada di pinggang, dengan hati-hati pula langkah dibuat sesunyi mungkin, menuju pintu kamar istrinya kemudian mencoba mengetuk beberapa kali.
Tok! Tok! Tok!
Tidak ada jawaban.
Vian mencoba menempelkan telinga di pintu kaca kamar, tapi hanya kesunyian yang didapat.
Ia sampai bertanya-tanya, apakah dirinya salah kamar?
Kembali ia mengetuk pintu kaca di depan, sambil berbisik lirih berharap si empu kamar akan mendengar dan membuka pintu untuknya.
Tok! Tok-
Ceklek!