Chereads / Suddenly Married With Stranger / Chapter 64 - Makan Malam Bertiga

Chapter 64 - Makan Malam Bertiga

Berlin

Berkeliling dan memasuki beberapa ruangan di perusahaan berakhir di pukul lima sore. Yeselen dengan ramah menjelaskan tentang perusahaan tempatnya bekerja, membuat Vian nyaman dan menikmati saat hari terakhir bertemu dengan si asisten di Berlin.

Ya. Ini adalah hari terakhir Vian datang ke perusahaan, begitu juga dengan Mr. Roy yang tidak akan mengantar kesana-kemari lagi. Karena mulai besok, ia akan mengelilingi kota Wilmersdorf secara mandiri bersama Aliysia.

Kalau kalian lupa, ia masih punya hutang bulan madu kepada sang mama, yang artinya ia harus keluar ruangan untuk mengambil foto yang nantinya akan dikirim sebagai bukti.

Waktunya pulang, hari ini Vian masih diantar dengan Mr. Roy yang sudah stand by di samping mobil. Di sampingnya juga ada Yeselen, yang berkata akan mengurus administrasi hotel tempatnya menginap.

Jadi, semua urusan benar-benar selesai tanpa perlu repot memikirkan lagi administrasi atau apapun itu, jelas Yeselen saat berbincang sebelum pulang.

Keduanya menggunakan satu mobil menuju hotel, dengan suasana sunyi karena ketiganya tidak mengeluarkan sepatah katapun. Namun untunglah, bangunan besar tempatnya menginap sudah terlihat.

Bahkan, kini mobil sudah berhenti di teras tempat biasa kendaraan berhenti. Vian turun bersamaan dengan Yeselen dan berjalan bersama menuju meja resepsionis.

"Have a good rest, Sir. Nice to know and talk to you, (Selamat istirahat, Tuan. senang mengenal dan berbicara dengan anda)" ujar Yeselen, ketika keduanya sampai di depan meja resepsionis.

"Nice to know and talk with you too. Thank you very much, (Senang mengenalmu juga. Terima kasih banyak)" balas Vian dengan anggukan kecil.

Ia merasa jika sudah tidak ada lagi urusan dengan sang sekretaris, maka itu bersiap dan membalik tubuh bermaksud meninggalkannya.

Namun, baru saja satu kaki melangkah, panggilan si wanita terdengar menghentikan. Sehingga ia mau tidak mau kembali menghadap belakang, menatap dengan ekspresi bertanya yang dimengerti.

"Mr. Geonandes!"

"Yes?"

"Emh.... Would you like to have dinner with me? (Maukah kamu makan malam denganku)" ajak Yeselen dengan senyum dan pipi tersipu, ada rasa malu, tapi rasa suka serta tidak ingin berakhir membuat si wanita melakukannya.

Ia pikir sekarang atau tidak selamanya, karena ia tidak tahu apakah nanti akan bertemu lagi atau tidak di masa mendatang. Jadi, apapun jawabannya ia akan menerima.

"Um ... I-

"Vian! Sedang apa?"

Pertanyaan dari belakang dengan suara yang dikenali membuat Vian menoleh ke arah belakang, di mana ada Aliysia yang telah berganti pakaian lebih santai, tepatnya tidak mengundang seperti siang saat ia menjemput.

Ya, benar sekali. Pakaian yang siang ini Aliysia pakai membuatnya sulit untuk berkata-kata, hingga ia memilih untuk memalingkan wajah yang merona ketimbang lebih terpesona.

"Liysa," gumam Vian lirih.

Aliysia pun berjalan menghampiri dan berdiri di antara keduanya. Ia memandangi Vian dan si wanita asing bergantian, kemudian menatap suami kontrak sepenuhnya dengan tatapan mata yang diketahui Vian apa artinya.

"Miss Yeselen this is Aliysia and Aliysia this is Yeselen. She is my business partner secretary, (Yeselen ini adalah Aliysia dan Aliysia ini adalah Yeselen. Dia adalah sekretaris mitra kerjaku)" jelas Vian menatap keduanya bergantian.

Ia sengaja tidak menjelaskan lebih tentang Aliysia kepada Yeselen. Bukan karena tidak ingin, ia hanya takut salah menyebut siapa itu Aliysia di hidupnya.

Keduanya pun berkenalan singkat, kemudian setelah selesai Yeselen kembali melihat partner bisnisnya dan menanyakan tentang ajakan di awal sebelum ada wanita yang tidak diketahui siapa.

Namun, melihat dari penampilan dan umur yang ditafsirnya masih muda, ia berpikir mungkin saja adik Vian yang ikut berlibur.

Iya 'kan?

"Mr. Geonandes, how about the dinner? (Tuan Geonandes, bagaimana tentang makan malamnya)"

"Ah! I think-

"Excuse me. May I join with you two? (Permisi. Bisakah aku bergabung dengan kalian)"

Seketika Vian melihat ke arah Aliysia yang menyela ucapannya cepat dengan wajah tidak mengerti. Kemudian ke arah Yeselen yang juga melihat ke arah Aliysia yang justru tersenyum tanpa dosa.

Ya Tuhan.... Padahal niatku tidak seperti ini, batin Vian lelah, ketika melihat Yeselen yang tersenyum kaku.

Sangat berbeda dengan Aliysia, yang memasang senyum bahagia dan berubah seketika saat melihat ke arah Vian.

Senyuman yang tidak ia mengerti artinya apa.

Mengabaikan Vian yang melihatnya, Aliysia dengan mata menelisik menilai bagaimana cantiknya wanita yang mengajak suami kontraknya makan malam. Meski sedikit kesal karena Vian yang mengenalkan tanpa menyebutkan siapa ia kepada si wanita, tapi ia berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa tidak sukanya.

Tentu saja, apa yang aku harapkan. Mengatakan jika aku ini istrinya? Mimpi sekali, batinnya kesal sendiri.

"Erm.... Yeselen, is it okay for the three of us to have dinner together? (Erm.... Yeselen, apa tidak apa-apa kita bertiga makan malam bersama?)" tanya Vian memastikan.

Yeselen tidak segera menjawab, melainkan menatap bergantian keduanya dengan senyum canggung diulas sebagai tanda iya. "Is okay, Mr. Geonandes."

"Call me Vian, we are not in the office," sahut Vian berusaha santai.

Anggukan kalem diterima, Yeselen menerima lebih santai ajakan makan darinya yang ditawar oleh si partner bisnis. "Of course, Vian."

"Hn, then let's just go to the restaurant here, how about it? (Kalau begitu kita ke restaurant di sini saja, bagaimana)"

"Oh! Sure."

Tawaran Vian diangguki segera oleh Yeselen, sedangkan Aliysia yang diam saja merasa seperti obat nyamuk, meski tidak peduli juga dan tetap kalem berdiri di antara keduanya.

"Please," ajak Vian kemudian.

Akhirnya, mereka pun makan bertiga di restaurant hotel sesuai ajakan Vian.

Aliysia sendiri sibuk mengucapkan syukur di dalam hati. Jelas, untunglah pakaian yang dipilih pas dengan keadaan malam ini, sehingga ia tidak perlu merasakan malu ketika duduk berhadapan dengan wanita cantik yang memiliki tahi lalat di bawah bibir, tampak seksi.

Ia menghalihkan rasa iri dengan memilih makanan dan sesekali bertanya kepada Vian yang menjelaskan, hingga menimbulkan tatapan dari Yeselen yang selalu melihat ke arah keduanya dengan pertanyaan yang mengelilingi kepala.

Sepertinya dia suka dengan Vian. Hum, tentu saja siapa yang mampu menolaknya, batin Aliysia menebak.

Sambil menunggu makanan datang, Yeselen mengajak Vian berbincang seputar bisnis mereka. Topik yang sama sekali tidak Aliysia ketahui apa, sehingga ia merasa ada tembok dan tidak bisa memasuki area obrolan keduanya.

Ya, terlebih lagi ia melihat Vian yang seperti menikmati obrolan bersama Yeselen.

Sebal, batinnya.

Bagaimana tidak sebal, keduanya berbicara tanpa henti dengan pembahasan yang tidak dimengertinya.

Apakah tidak ada pembahasan selain bisnis, hei! Ini meja makan, bukan meja kantor, lanjutnya menggerutu, meski masih di dalam hati.

Bersambung