Chereads / Suddenly Married With Stranger / Chapter 4 - Teringat Gadis Muda

Chapter 4 - Teringat Gadis Muda

Apartemen Soho Kota M

Seberkas cahaya matahari tampak mengintip malu dari balik celah hordeng, seorang pria tampak menggulirkan bola mata menatap sekitar dengan lenguhan lirih ketika bangkit dari rebahannya.

Jujur saja, tidurnya kurang nyenyak karena malam ini lagi-lagi bertengkar dengan sang kekasih, membuatnya bingung dengan hubungan yang sedang dijalaninya ini.

Namun, merasa tidak punya waktu untuk memikirkan kehidupan cintanya yang hanya membuat pusing, ia pun memutuskan melupakan dan memilih pula untuk bergegas mandi.

Ia ada pertemuan penting dengan relasi bisnis, jadi tidak boleh sampai gagal fokus atau kesempatan untuk perusahaannya semakin maju gagal.

"Ya, sebaiknya aku mandi."

Maka dengan begitu, ia pun meninggalkan ranjang nyamannya menuju ruangan lembab untuk menyegarkan diri.

Beberapa saat kemudian

Creak!

Pintu terbuka membuat seorang wanita di ruang tamu sana menoleh, menatap pria yang keluar dari dalam kamar sana dengan tatapan kesal. Namun sayang, yang ditatap justru tak acuh dan jalan menuju rak sepatu kemudian memakainya tanpa menoleh sama sekali.

"Vian!"

"Hn?"

Panggilan itu membuatnya bergumam dan melirik, meski tidak menghentikan kegiatan memakai sepatu sampai akhirnya sekali.

"Vian, siang ini temui aku di café, jangan sampai tidak," lanjut sang kekasih.

"Aku tidak janji-

"Datang, pokoknya aku mau kamu datang, ini penting," sela kekasihnya.

Vian menghela napas, kemudian berdiri sambil membalik tubuh menghadap si wanita yang masih menatap kesal dengan pendangan lelah yang kentara. "Fine, kamu bisa tunggu aku ketika makan siang. Sudah puas? Bisakah aku pergi sekarang?" sahutnya mengalah.

"Ya, aku akan menunggumu."

"Hn, aku berangkat."

Setelahnya Vian benar-benar meninggalkan hunian dan menyisakan debaman menemani si wanita yang kini menatap kesal.

"Sebenarnya kamu mencintaiku atau tidak, Vian?" gumamnya lirih.

Kembali kepada Vian yang kini mengendarai mobilnya menuju kantor, kebetulan pula sedang berhenti karena lampu lalu lintas berganti warna. Di jalanan ia melihat keramaian dengan sesekali mengetuk roda kemudi dan sedikit mengernyit kala melihat seorang gadis muda menaiki bis yang sedang melaju.

Bukan dibagian naik bisnya karena itu hal biasa, tapi lebih kepada kelakuan unik ketika menaiki angkutan umum tersebut. Apakah tidak bisa ya menunggu yang masih berhenti, tidak takut jatuhkah?

Sedetik ia menggelengkan kepala, karena akhir-akhir ini merasa selalu melihat gadis muda setelah kemarin sempat ditabrak gadis muda pula.

"Jika aku mengatakan kata muda berulang, aku seperti pria tua yang menyedihkan," gumamnya kesal sendiri.

Lampu berganti, ia pun menginjak gas kembali dan mobil pun melaju membelah jalanan kota M.

Sedangkan di sisi lain, tampak seorang gadis muda sedang duduk di kursi kosong sebuah bis. Ah! Seketika ia menghela napas lega karena akhirnya bisa menghindari kejaran dua pria bertubuh kekar, beruntung pula bis ini bisa dikejar dan dinaikinya di detik-detik terakhir.

Ia menyamankan diri duduk di pinggir jendela, memperhatikan jalanan yang dilalui dan tersentak kecil ketika bahunya ditepuk. Ia kira siapa, tahunya seorang wanita paruh baya yang menanyakan tempat duduk di sampingnya.

Ia tersenyum dan mempersilakan, sebelum akhirnya kembali menghadap jendela sambil mengulas senyum kecil karena ia bebas dari kejaran.

Tak lama kemudian sampai juga ia di area kampus yang menjadi tempatnya mengenyam pendidikan seni, hanya menunggu beberapa bulan lagi ia bisa melanjutkan pendidikan lebih serius di bidang yang diambilnya.

Ketika bus berhenti, ia segera turun dan menginjakkan kaki di halaman kampus sambil menghubungi seseorang, tepatnya sahabatnya yang berkata masih di perjalanan.

Panggilan tersambung, tapi suara sapaan seakan ada di belakang membuatnya menoleh dan mendapati sahabatnya yang berdiri di sana.

"Ck! Sha…."

Decakan si gadis memanggil nama sahabatnya sebal ini membuat si empu nama mengernyit, gagal paham dengan ekspresi itu.

"Ada apa lagi, Lysia?" tanya Sha—Shasa tepatnya sambil menatap penampilan acak-acakan sahabatnya dengan kening bertaut. "Kamu habis marathon?" lanjutnya penasaran.

"Ya! Tepatnya abis marathon dikejar dua Om botak," sahutnya ketus.

"Lagi?"

Dan anggukan Lysia—Aliysia membuat Sahsa tertawa senang, bukannya prihatin karena sahabatnya selalu diajak olahraga.

"Ck! kamu mah begitu," ketus Alysia, sambil melangkah meninggalkan Sasha yang masih asik tertawa dan kini mengejar sambil memanggil namanya.

"Tunggu oy!"

"Isk! Aku ngamuk Sha!" sahut Aliysia, tapi sayangnya Sasha kembali tergelak dan itu semakin membuatnya kesal.

"Ya sudah lah Lysia, anggap aja olahraga loh," tandas Sasha tanpa beban.

Keduanya jalan menuju kelas berada sambil berbincang, tepatnya mengejek Lysia yang dibuat kembali mendengkus kesal.

"Olahraga apa? Yang ada malah betisku bengkak."

"Kamu cari tempat persembunyian baru gih!"

"Caranya?" Aliysia sudah memasang wajah serius, bahkan sudah berhenti dari jalan dan keduanya kini berhadapan tepat di depan pintu kelas.

Sedangkan Sasha sebagai orang yang mengusulkan justru tersenyum lebar, kemudian membisiki Aliysia yang seketika melotot dan mengejar sahabatnya itu sampai memutari kursi di kelas.

"Tinggal sama pria kaya kesepian, jadi bisa sekalian dapat uang tanpa bekerja."

Reseh sekali jadi sahabat, bukannya membantu malah mengusulkan yang tidak-tidak. Namun Aliysia tidak mengambil hati, karena ia tahu ini hanya cara Sasha menghiburnya yang kesal. Terbukti dengan dirinya yang tertawa, ketika berhasil mengejar dan memiting leher sahabatnya sampai mengaduh sakit.

Tak berapa lama kemudian keduanya memulai kelas, ketika seorang dosen memasuki ruangan dengan banyak tugas yang suka cita diberikan.

***

Siangnya

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju salah satu cafe, di daerah yang untungnya tidak jauh dari perusahaan si pengemudi berada, untuk menemui seorang wanita yang kebetulan adalah kekasihnya.

Sesuai janji jika siang ini ia akan menemui di café, entah ingin ada apa lagi, padahal ia sudah katakan jika pekerjaannya sangat banyak.

Tidak lama kemudian, akhirnya sampai juga ia di sebuah parkiran sebuah kafe cukup terkenal dengan nama Moonbuck.

Ia turun dari dalam mobil hasil kerja kerasnya sendiri, dengan kepala menoleh kiri-kanan ketika keramaian sedkit mengundang perhatian, kemudian barulah menutup pintu dengan debaman kecil.

Blam!

Setelah memastikan jika pintu mobil tertutup sempurna, ia kembali melanjutkan langkah dan memasuki area dalam café dengan sedikit jalan cepat.

Kling!

Suasana kafe yang ramai, membuatnya kesulitan untuk mencari keberadaan sang kekasih. Ia menggulirkan bola mata dan menelusuri setiap sudut café, hingga untunglah tak lama kemudian akhirnya ketemu.

Di ujung sana, tepatnya di sudut kafe yang lumayan jauh dari tempatnya berdiri saat ini. ia mengenali melihat punggung sempit milik kekasihnya sedang duduk seorang diri.

Segera ia melangkah, menghampiri dan menepuk bahu sang kekasih pelan sebelum duduk di hadapannya. Ketika bersitatap, ia mendapati wajah yang masih sama seperti pagi ini, sesaat sebelum ia pergi ke kantor.

Namun sayang sekali, ia lagi-lagi tidak ingin bertanya dan membiarkan saja ekspresi itu.

Brugh!

Dan delikan membuatnya ingin berdecak sebal.

Bersambung