Damian dan Kim segera melajukan mobilnya diikuti dua buah mobil di belakang mereka, mereka bergegas menuju ke Dongdaemun Plaza. Selama perjalanan Damian tidak henti – hentinya meminta agar Kim segera melajukan mobilnya lebih cepat lagi. Dia duduk dengan gelisah, cemas memikirkan keadaan Sany dan Chika.
Damian tidak dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka berdua, sehingga mereka tidak dapat di hubungi sama sekali. Damian juga berharap jangan ada sesuatu yang tejadi diantara mereka dan tak henti – hentinya dia berdoa memohon kepada Tuhan agar mereka diberi keselamatan. Damian hanya bisa pasrah.
"Berapa lama lagi Kim kita sampai ke Dongdaemun Plaza?" tanya Damian dengan tidak sabaran.
Dia terus melirik arloji yang melingkar ditangannya.
"Kok lama sekali," gerutunya di dalam hati.
Damian merasa waktu sangat lambat berputar, dan dia ingin segera sampai di hadapan Sany dan Chika sekarang. Akhirnya mereka sampai di Dongdaemun plaza, semua yang turun di lobi plaza membuat pengunjung di sana heran. Kedatangan mereka menarik perhatian seperti seorang Chaebol yang sedang datang ke plaza tersebut. Chaebol adalah keluarga kaya raya yang ada di Korea Selatan. Para pengawal segera turun dan berbaris menunggu mobil Damian sampai. Karena Kim meminta mereka terlebih dahulu melajukan mobilnya dan memotong mobil Damian dan Kim. Akhirnya Damian sampai dan diikuti Kim, semua mata wanita yang berdiri disana langsung menatap Damian dengan mata menggoda. Mereka ingin Damian melirik mereka, tetapi Damian mengabaikannya.
Mereka yakin Damian adalah salah seorang Chaebol melihat mobil yang digunakan Damian serta banyaknya pengawal bersamanya. Selain itu wajah Damian yang tampan menarik perhatian mereka, karena memang Damian adalah seorang anak berdarah blasteran. Ratih Wijaya ibunya adalah blasteran Belanda dan Tionghoa. Wajah Damian lebih kuat menarik gen Belanda, hanya saja kulitnya lebih mirip dengan kulit Tionghoa yang menyerupai kulit orang Korea kebanyakan.
Damian tidak memperdulikan semua mata para wanita itu, dia segera berjalan diikuti Kim sambil mengancingkan jas yang dipakainya. Pikirannya yang kalut membuat dia tidak memikirkan pandangan heran orang lain, biasanya kalau dia ada pertemuan bisnis atau sedang mengunjungi salah satu tempat di Korea Selatan dia tidak pernah membawa pengawal sebanyak ini. Damian tidak ingin menarik perhatian orang lain, kalau karena wajah dia yakin tidak akan menarik perhatian sama sekali. Karena banyaknya wajah tampan dan cantik yang dapat ditemui di sepanjang jalanan membuat Damian yakin mereka m=hanya tertarik karena mereka pikir dia adalah seorang Taipan.
"Kim segera bawa saya dimana kafe itu berada!" perintahnya lagi.
"Baik Tuan," katanya lagi.
Kim memang bisa berbahasa Indonesia dengan baik, tetapi Damian meminta kalau bisa Kim berbicara dengan Sany memakai bahasa Korea, karena dia ingin Sany pandai memakai bahasa itu. Tetapi Sany masih belum bisa menguasainya. Mengapa Damian berharap Sany dapat menguasai bahasa itu? Karena Sany selama di Korea Selatan selalu tidak menginginkan seorang pengawal, dia selalu ingin berjalan sendirian. Kalau ingin berjalan sendirian Damian akan merasa tenang jika dia dapat menguasai bahasa setempat. Sekarang Damian yakin bukan masalah bahasa lagi, ada sesuatu kejadian yang lebih besar sedang terjadi. Hatinya benar – benar kalut.
Akhirnya mereka sampai didalam kafe itu, dan beberapa anak buah Kim segera masuk dan bertanya kepada pemilik kafe. Damian segera meminta Kim berbicara dengannya dimana keberadaan Sany.
Kim meminta foto Sany dari Damian, maka Damian segera membuka ponselnya dan menunjukkan gambar Sany dan Chika yang dia foto secara diam -diam. Kim kembali mendekati pemilik restoran itu, awalnya pemilik restoran itu menolak memberitahukan informasinya kepada mereka. tetapi melihat begitu banyaknya anak buah yang Kim bawa dia tahu dia sekarang sedang berhadapan dengan salah satu Chaebol maka dia akhirnya menyerah kalah dan menunjukkan ruangan dimana keberadaan Sany. Tetapi dia mengatakan tidak melihat Chika sama sekali.
Kim segera mendatangi Damian.
"Tuan pemilik kafe ini mengatakan bahwa hanya Nona Sany saja yang ada di sini. Dia tidak tahu keberadaan Nona Chika sama sekali," katanya kembali.
Deg,
Jantung Damian berdetak dengan cepat, dia seketika lebih mencemaskan keadaan Chika.
"Apa yang terjadi? Kemana Chika? Mengapa mereka berdua terpisah seperti ini?" tanyanya dnegan galau.
"Ayo segera kita ke ruangan itu!" perintah Damian.
"Tunggu Tuan, sebaiknya saya saja yang lebih dulu masuk karena menurut pemilik kafe ini Nona Sany sedang disekap di sana. Ada pengawal yang menjaga dia," kata Kim kembali.
"Apa ada yang menyekapnya? Kurang ajar siapa mereka berani menyekap Sany? Mengapa Chika sampai terpisah dari Sany?" kata Damian dengan marah.
"Baiklah kamu duluan yang masuk!" kata Damian dengan amarah yang tidak tertahankan.
Sebenarnya Damian ingin langsung menghajar orang yang berani menyekap Sanny, tetapi dia tahu kalau dia yang melakukannya sudah pasti Kim merasa dia tidak ada artinya lagi. Damian memang jago berkelahi, kemampuannya berkelahi tidak diragukan lagi. Semasa SMAnya Damian itu memang terkenal berandal.
Kim segera meminta beberapa anak buahnya mengikutinya ke ruangan itu, sementara yang lain berjaga- jaga di depan pintu kafe. Kima meminta dua orang anak buahnya segera masuk ke ruangan itu dan akhirnya dua orang itu masuk serta melihat Sany sedang duduk di sebuah kursi sementara orang yang menyekapnya berdiri tidak jauh dari dirinya. Anak buah Kim segera menyergap orang yang menahan Sany dan mendudukkannya di sekuah kursi. Dia ingin melawan mereka tetapi meliha begitu banyaknya anak buah Kim membuat dia langsung menyerah.
"Tuan Kim!" jerit Sany kemudian.
Sany melihat Kim datang menghampirinya dan bertanya apa dia tidak apa -apa. Sany hanya menggelengkan kepalanya dengan wajah ketakutan.
Kemudian Damian langsung masuk ke dalam ruangan itu. Matanya melotot marah karena dia melihat orang itu menyekap Sany, walaupun Sany tidak apa – apa tetapi dia tidak melihat Chika sama sekali.
"Kaaaakkk!" jerit Sany sambil berlari ke arah Damian dan langsung memeluknya.
"Sany kamu tidak apa – apa?" tanya lagi.
"Aku tidak apa – apa kak. Tetapi Icha…" tangisnya dengan sedih.
"Ada apa dengan Icha? Mana Icha sekarang?" tanya Damian dengan gusar.
"Ayo Sany katakan dimana Icha sekarang!" kata Damian dengan tidak sabaran.
"Icha diculik Kak!" katanya sambil terisak.
"Diculik? Siapa yang sudah menculik Icha?" tanya Damian dengan terkejut.
"Icha diculik oleh orang yang pernah kami jumpai di Incheon kak," kata Sany sambil terisak.
"Orang yang sama yang kalian jumpai di Namsan Tower?" tanya Damian dengan marah.
Sany menganggukkan kepalanya, dia tahu hanya Damian saja sekarang yang bisa menolong Chika sekarang ini. Damian segera berbalik ke arah orang yang menyekap Sany dan matanya menatap tajam, Damian berjalan mendekati orang itu dan menarik kerah bajunya dengan wajah gelap yang tidak terbaca.
"Nuguseyo? Siapa kamu?" tanya dengan marah.