Rion jatuh berlutut dengan kedua tangan bertumpu di tanah. Beberapa detik setelah jarum tertancap di bahunya ia merasa sesak. Jantungnya berdebar-debar dan suhu tubuhnya naik secara drastis seolah ada kobaran api yang membakar dirinya dari dalam. Dari detik ke detik keadaannya semakin buruk, ia mulai berkeringat, kedua telinganya berdengung dan pandangannya mengabur.
Sepuluh meter darinya, dari balik sebuah pohon, seorang gadis bermata ungu memperhatikan.
"Yeah, berhasil. Maafkan aku Kakak, rasanya akan sedikit buruk tapi semua ini demi masa depanku dan masa depan Kerajaan Panthera." Ia tersenyum penuh kemenangan.
"Tuan Putri Anwen?"
"Huh?" Mata dan mulut gadis itu membulat saat mendengar suara dari belakang. "Tri-Trishy? Kau? Hi apa kabar? Hehe."
Anwen tersenyum kikuk dan mulai gugup ketika Trish mengamati penampilannya yang mengenakan seragam prajurit Panthera serta melihat sebuah botol dan alat kecil yang merupakan pelontar jarum yang ia pegang.
"A-aku bisa jelaskan," kata Anwen sambil tersenyum masam.
***
Embun berguguran dari daun saat angin berhembus.
"APA?!" Trish hampir tidak bisa bernapas karena begitu terkejut dengan penjelasan dari gadis 17 tahun yang ada di depannya saat ini.
Ternyata Anwen ikut serta dalam perang melawan Redragon dan mengikuti mereka secara diam-diam sampai ke sini untuk menuntaskan sebuah tugas konyol dari Yang Mulia Cristela, nenek sang raja, untuk memberikan ramuan afrodisiak buatan Anwen sendiri kepada Raja Rion.
Yah, Tuan Putri Anwen, gadis berambut abu-abu dengan potongan sangat pendek yang menyerupai laki-laki itu adalah seorang alkimia amatiran yang suka membuat masalah dengan berbagai penemuan anehnya.
Sialnya, Trish dan Arion sering kali menjadi objek percobaan gadis itu.
Anwen dengan penuh semangat menjelaskan bahwa ramuan afrodisiak yang ia formulasikan dengan serbuk peri memiliki khasiat yang sangat luar biasa, kau hanya perlu setetes maka kau akan berubah menjadi hewan buas.
Tampaknya Yang Mulia Cristela sudah sangat frustrasi memikirkan suksesi tahta Panthera selanjutnya. Bagaimana tidak, semenjak kematian Rose, Rion seperti kehilangan minat pada perempuan.
Setiap kali Yang Mulia Cristela membahas pernikahan maka Rion akan segera menghindar. Hingga di suatu hari, Rion benar-benar muak dengan desakan pernikahan dari sang nenek, ia pun mengeluarkan dekret yang menyatakan bahwa 'Siapa pun yang membahas pernikahan di hadapan Raja Rion akan menerima hukuman potong lidah. Dekret ini brrlaku untuk semua orang TIDAK TERKECUALI YANG MULIA CRISTELA D-PANTHER.'
Sementara itu, alasan mengapa Anwen menerima tugas konyol itu adalah karena dia ingin menyelamatkan dirinya sendiri. Jika Rion tidak juga memiliki keturunan maka sang nenek akan menikahkan Anwen agar bisa melahirkan penerus untuk Panthera dan Anwen sama sekali tidak siap untuk itu. Jadi bagaimanapun caranya, dia akan membuat kakaknya memiliki anak.
"Sekarang tunggu dan lihat, sebentar lagi Rion junior akan lahir." Senyum Anwen mengembang, wajahnya berseri-seri bagai bunga yang baru mekar tetapi kedua hal tersebut memudar saat menyadari tatapan sinis Trish.
"Ke-kenapa kau menatapku begitu?"
"Apa Tuan Putri ingin melihat orang bodoh?" tanya Trish tanpa konteks yang jelas.
"Maksudmu?" Anwen menekuk alisnya, tidak mengerti.
Trish menunjuk bayangan Tuan Putri Anwen di air dengan dagunya, sontak hal tersebut membuat Tuan Putri jengkel tapi Trish tidak peduli.
"Arion junior akan lahir kalau Yang Mulia Raja menemukan wanita… TAPI DI SINI HUTAN! Tidak ada wanita! Hanya ada monyet!" Trish berucap penuh penekanan, dia terlihat sangat gemas dengan gadis yang ada di depannya tersebut.
Anwen cegukan.
Aih… benar juga, di sana hutan, tidak ada wanita hanya ada monyet.
Hadeuh! Astaga!
Napasnya terhentak, matanya membulat dan dahinya membiru. Dia baru saja terpikirkan sesuatu yang menyeramkan.
"Tri-Trishy, ba-bagaimana kalau kakakku melakukan itu dengan monyet lalu, lalu ... monyet itu hamil?"
"Omong kosong."
"Ma-manusia dan monyet satu spesies, kan, jadi ... itu bisa terjadi ...." kata Anwen pelan sambil menggigit ujung jarinya.
Glug.
Trish menelan ludah. Pewaris Raja Arion D-Panther yang perkasa adalah ... setengah monyet? Ah, jantungnya tidak kuat menerima kenyataan itu.
"Kakak!" Anwen dengan panik bergegas untuk menghampiri sang kakak tetapi sosok yang dicari sudah tidak ada di tempat.
Sementara itu, Rion tidak tahu di mana dirinya sekarang. Dia berjalan terhuyung sambil memegangi kepalanya.
Apakah dia diracuni? Iya, dia akan berpikir seperti itu kalau saja semua gejala yang ia rasakan tidak disertai dengan rasa gatal di bawah perut serta imajinasi liar tentang wanita.
Ia tahu reaksi tersebut bukanlah racun tapi afrodisiak. Ah, ini pasti ulah neneknya.
Yang Mulia Cristela pernah mencampurkan afrodisiak ke dalam minuman Rion di hari ulang tahun Anwen yang ke lima belas. Namun, saat itu efek yang ditimbulkan tidak separah sekarang. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh neneknya. Wanita tua itu bahkan tidak peduli dari wanita mana cucunya akan lahir.
Saat menyadari bahwa gejala yang ia terima disebabkan oleh afrodisiak, ia segera lari untuk menyembunyikan diri, khawatir jika neneknya juga mengirim wanita untuk menggodanya.
"Arrgh!" tangannya bertumpu pada sebuah batang pohon, keringatnya bercucuran seperti hujan. Dulu efek yang ia terima tidak sekuat ini. Sial! Dari detik ke detik, semua gejala yang ia rasakan terus bertambah.
"Ah!" Ia sungguh tidak tahan, hatinya memohon agar 'roh jahat' di dalam dirinya tidak keluar dan ia tidak dipertemukan dengan seorang wanita. Namun permohonannya tidak pernah terkabul.
"Hahaha. HAHAHAHA!" Rion tertawa seperti psikopat tetapi di detik berikutnya ia menangis sambil menggumamkan tentang hidup yang tidak adil. Detik berikutnya ia menggonggong seperti anak anjing.
"Arrgh!" Ia menggeleng beberapa kali dan terdiam di sana.
Tubuhnya terbakar, perut bawahnya bergemuruh, ia sungguh berharap ia tidak bertemu wanita tapi–
Krak!
Suara ranting yang terinjak langkah kaki membuatnya terkejut. Ia menggeleng satu kali lalu menoleh untuk melihat apa yang ada di belakangnya dan itu… dan itu ... Rion melihat apa yang tidak dia harapkan yaitu seorang wanita.
Seorang wanita berbaju putih sedang berdiri tiga meter di depannya. Entah kenapa saat melihat wanita tersebut ia seperi melihat seekor angsa.
Ia menatap kabur wanita itu dari bawah sampai atas. Tubuh wanita itu basah dan pakaian yang ia kenakan menempel di daging hingga menampakkan lukisan seksi, terutama di bagian bawah yang ditutupi oleh rok pendek.
Tetesan air dari rok yang jatuh di antara dua paha yang terbuka membuatnya menelan ludah.
Pemandangan itu membakar hasratnya hingga ke titik didih, ia, ia ia tidak tahan lagi.
Larilah dan selamatkan dirimu!
Rasanya ia ingin berteriak seperti itu kepada wanita tersebut namun suaranya tidak bisa keluar. Tenggorokannya panas dan sangat kering.
Sekarang dia merasa sangat lapar dan ingin makan angsa. Seekor angsa seksi.
Astaga!
Imajinasinya tentang wanita di depannya benar-benar mulai meliar.
"Tidak! Tidak boleh!" Ia mencengkram kepalanya dan melakukan perlawanan pada dirinya sendiri.
Dengan kesadaran yang hanya sebesar bakteri, ia berlari dan menjauhkan diri dari wanita itu namun wanita itu malah mengejarnya.
Fix! Wanita itu pasti wanita penggoda utusan neneknya.
Sambil berlari dan mempertahankan kewarasannya, ia mencari sungai yang tadi tapi keadaannya benar-benar kacau. Ia merasa berlari ke utara tetapi sebenarnya ia berlari ke selatan, sementara si 'wanita penggoda' masih terus mengejarnya.
Neneknya pasti membayar wanita itu sangat mahal.