[Warning 18+]
Odette terbangun dari pingsannya dan menemukan dirinya berada di sungai di dalam hutan.
Dia cukup terkejut karena dia masih hidup dan anggota tubuhnya pun masih lengkap, dia tidak menderita luka serius dan hanya beberapa lecet.
Dia lega. Tadinya dia berpikir bahwa dia telah dimangsa oleh buaya namun ternyata tidak.
Lalu apa yang dia lihat saat dia hampir hilang kesadaran? Air di sekitarnya berwarna merah dan bersinar?
Dia menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Hal yang dia lihat itu pasti hanya halusinasinya.
Gadis itu merapikan pakaiannya lalu berdiri dan melihat ke sekeliling. Sekarang ia bertanya-tanya di mana dirinya sekarang? Di hadapannya adalah sungai dan di belakangnya adalah pepohonan.
Aish, dia pasti terdampar sangat jauh. Dia tahu persis tidak ada hutan di di sekitar kotanya.
Setelah terdiam beberapa saat dan merasa sedikit lebih baik, ia memutuskan untuk beranjak dari tempat itu. Jika dia hanyut hingga tiba kemari maka dia bisa berjalan ke arah yang berlawanan dengan arus untuk kembali ke tempat asalnya.
"Arrgh!"
Setelah beberapa saat berjalan, Odette berhenti ketika mendengar suara erangan seseorang.
Suara itu terdengar seperti orang yang sedang kesakitan.
Ia mengedarkan pandangan untuk mencari sumber suara namun sebelum Ia bisa menentukan asal suara, seorang pria keluar dari balik batu dan berlari sambil mencengkram kepalanya.
Meski sempat merasa ragu, Odette memutuskan untuk mengikuti pria tersebut hingga lelaki tersebut berhenti di sebuah pohon sambil menumpukan kedua tangannya di batang pohon
Odette menyaksikan semuanya. Dimulai ketika pria tersebut terlihat menahan sakit sampai ketika pria tersebut tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, lalu menangis seperti orang yang putus asa, kemudian menggonggong seperti anak anjing..
"Apakah dia mabuk?" Odette bertanya-tanya di dalam benaknya.
Hati Odette memintanya untuk mendekati dan menolong pria tersebut tetapi akalnya memberikan peringatan… Bagaimana jika pria itu melakukan hal jahat kepadanya?
Namun mendengar pria itu mengerang kesakitan dan terlihat sangat menderita, hatinya mengalahkan akalnya. Odette mulai melangkah. Namun, ia tidak sengaja menginjak ranting yang membuat pria itu menoleh ke arahnya.
Seketika Odette tertegun saat mereka saling bertatap muka. Wajah pria itu terlihat memerah dan bercucuran keringat padahal hari masih pagi dan udara masih dingin.
Pria itu juga terlihat kesulitan mengatur napasnya.
Sekarang Odette beralih mengamati penampilan pria tersebut dari bawah sampai atas dan merasa heran dengan pakaian yang pria itu kenakan. Ia terlihat seperti mengenakan pakaian kerajaan zaman dulu yang pernah Odette lihat di drama kolosal.
Saat Odette mengalihkan pandangannya dan memperhatikan wajah pria itu dengan baik, ia menyadari kalau pria itu sangat tampan.
Jika ketampanan adalah sebuah dosa maka pria itu pasti berada di kerak neraka paling dalam.
"AAAARGH!" Pria itu kembali mengerang dan mencengkram kepalanya.
Odette ingin menghampiri, berniat untuk membantu. N Namun pria itu justru melarikan diri.
Sesaat Odette kembali terlihat ragu tetapi hatinya kembali mengalahkan akalnya. Ia pun memberanikan diri untuk mengejar pria itu.
"Hey, tunggu!" Odette berseru. Namun pria tersebut terus berlari kencang.
"Astaga!" Odette terkejut saat melihat pria itu berlari ke arah lereng dan tidak ada tanda-tanda akan berhenti.
Odette berlari secepat yang dia bisa tetapi saat ia berhasil meraih tangan pria tersebut, tanah di bawah kaki mereka longsor.
Mereka pun jatuh terguling-guling dan silih berganti tumpang-tindih.
"Aw." Odette meringis dan mendesis. Rasa nyeri menjalar di seluruh tulang belakangnya saat berbenturan dengan tanah.
Syukurlah lereng tersebut tidak terlalu dalam. Jadi dia hanya menderita nyeri tulang.
"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya kepada pria yang berada di atasnya sambil berusaha untuk bangun.
Odette pikir pria itu akan segera menyingkir dari atasnya saat ia mencoba untuk bangun namun pria itu justru mendorong Odette hingga kembali terbaring di tanah dan dalam sekejap pergerakan kedua tangan Odette telah terkunci.
"A-apa?" Odette menoleh ke kiri dan ke kanan untuk melihat kedua tangannya yang dicengkram lalu melihat wajah pria di atasnya dengan perasaan panik.
"K-kau ….!" Odette segera memberontak dan melakukan perlawanan tetapi kekuatannya sama sekali tidak berdaya di hadapan kekuatan pria itu, dan sekarang seluruh pergerakannya telah dikunci.
Ia mulai berteriak dengan penuh kepanikan. Namun tidak ada yang datang untuk membantunya.
"Ma-maaf."
Seketika Odette terdiam dan menghentikan perlawanan. Apa yang baru saja dia dengar? Pria itu meminta maaf?
Sekarang mereka saling mengunci pandangan satu sama lain dan untuk sesaat tidak ada dari mereka yang melakukan pergerakan.
Napas Odette terengah-engah dan jantungnya berdetak sangat cepat. Dia bisa melihat pupil dari mata hazel pria itu melebar.
Sementara itu, Rion merasa terpikat dengan mata biru wanita yang berada di bawahnya. Sepasang mata indahnya seperti laut biru yang menenggelamkannya.
"Maaf," kata itu terucap begitu saja dari bibirnya karena merasa hari ini dia akan gagal mempertahankan kesetiaannya kepada Rose.
Hasrat Rion yang sejak awal sudah membara bertambah besar ketika ia terguling-guling dengan wanita itu, dan menjadi tidak terkendali ketika mereka akhirnya berhenti di dasar lereng dengan posisi dia menindih wanita itu, dan 'anak buayanya' yang perkasa menubruk bagian paling menggiurkan dari si angsa seksi yang berada di bawahnya..
Sekarang dia beralih melihat bibir tipis wanita itu, warna merah mudanya sangat menggiurkan.
Ah! Rion tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. Dia membiarkan dirinya diambil alih. Sekarang dia hanya akan fokus menikmati 'angsanya'
Dimulai dengan mencium paruhnya, ah bukan, maksudku bibirnya. Namun wanita itu segera memberontak dan berusaha melepaskan diri tetapi Rion tidak membiarkannya.
Rion menekan bibirnya lebih dalam dan memberi ciuman yang menuntut balasan, tetapi wanita itu sama sekali tidak ingin membuka mulutnya.
Wanita itu seperti tidak berpengalaman.
Aneh sekali. Bukankah dia wanita 'penggoda' yang diutus oleh neneknya? Kenapa neneknya mengirim wanita yang tidak berpengalaman?
"Mmmmph." Odette berusaha mengakhiri ciuman paksa tersebut dan ingin berteriak minta tolong tetapi bibirnya benar-benar dikunci oleh pria itu dan semakin ia melawan, pria itu semakin menekan bibirnya dengan keras.
Pria itu menciumnya dengan sangat rakus dan sialnya ketika pria itu menggigit bibirnya, tubuh Odette malah menggigil kegirangan, dan dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mendesah seksi.
"Mmph … ah."
Uff… seksi sekali!
Desahan itu terdengar sangat menggairahkan di telinga Rion, membuat nafsu berahinya bangkit semakin besar..
'Anak buaya' Rion yang perkasa mulai bersemangat, sudah tidak sabar. Namun Rion ingin 'anak buayanya' menunggu giliran karena Rion masih ingin menikmati bibir wanita itu.
Dia melajutkan ciumannya yang mendominasi. Kali ini lidahnya berhasil menerobos masuk dan lidahnya kegirangan saat dia membelai-belai lidah wanita itu. Hal itu terus ia lakukan selama hampir 20 detik sebelum akhirnya dia melepaskan ciumannya.
Hah.
Odette membuka bibirnya untuk menghirup udara namun pria itu dengan cepat kembali menekannya. Odette hanya diberi waktu satu detik untuk bernapas.
Perlahan Odette mulai merasa pusing dan tubuhnya tanpa sadar menyerah pada kesenangan yang diberikan pria itu.
Rion yang sudah tidak mendapatkan perlawanan dari wanita tersebut merasa merdeka. Sekarang dia bisa leluasa.
Rion melepas satu cengkramannya tetapi tidak membiarkan angsa itu lepas.
Setelah puas menikmati bibir wanita itu, Rion beralih ke lehernya dan seketika tubuh Odette kembali menggigil kesenangan saat pria itu menggigit ringan lehernya.
Tubuh bagian bawahnya menghangat, gatal dan mulai terasa lembab.
Sementara itu, 'anak buaya' Rion yang perkasa sudah sangat bersemangat dan tidak sabar.
'Baiklah sekarang giliranmu.'
Rion bangkit dan bersiap untuk melakukan eksekusi terakhir pada angsanya.