"Zhao Quan, kita bercerai!"
Di sebuah apartement sederhana di kota Huaxia, ketika Zhao Quan baru saja kembali ke rumah saat pulang dari kerja, Sun Xiaoyun dengan nada yang dingin mengatakan masalah perceraian itu kepadanya dan besok adalah ulang tahun nya yang ke 24.
Meskipun Sun Xiaoyun sering marah-marah tanpa alasan yang jelas disaat-saat seperti ini, Zhao Quan tidak pernah menduga kalau ini akan merupakan 'hadiah ulang tahun' yang akan dia terima sehari sebelum ulang tahun nya yang ke 24.
Zhao Quan duduk di sofa yang letaknya di ruang tamu sambil merenung. Setelah itu dia pun mencoba untuk membujuk Xiaoyun yang ingin bercerai dengannya.
"Xiaoyun, besok adalah ulang tahunku. Aku bermaksud memberikan kejutan untukmu dan juga hadiah spesial padamu...."
"Tidak perlu! Aku tidak mau kamu bekerja terlalu keras. Di siang hari kamu bekerja sebagai pegawai biasa dan di malam hari kamu juga harus bekerja paruh waktu. Aku tidak membutuhkan hadiah apa-apa darimu. Kamu sudah terlalu lelah." jawab Xiaoyun yang menghempaskan tangan nya.
"Xiaoyun, aku tidak lelah. Aku akan melakukan apapun..."
"Tapi aku tidak mau kamu melakukan nya. Apa kamu mengerti? Aku tidak mau mencium bau keringatmu di hadiah yang akan kamu berikan padaku nanti. Aku tidak mau rekan kerjaku mengatakan kalau si pengantar makanan itu adalah suamiku. Aku capek kalau setiap hari pulang kerja harus naik bus. Aku tidak mau pulang hanya untuk memasak. Aku benci minyak dan asap. Aku mau menikmati kehidupan malam dan makan malam berdua dengan romantis. Aku mau mobil mewah. Aku menginginkan tas yang mewah yang bisa membuat rekan kerjaku iri. Apa kamu tahu semua ini?" ujar Xiaoyun yang memotong perkataan Zhao Quan saat dirinya menyadari kalau dia sudah tidak bisa menahan nya lagi, sambil menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai.
"Aku bisa memberikan semuanya itu padamu besok." jawab Zhao Quan yang kemudian baru menyadari kalau istrinya itu ternyata tidak suka bekerja keras.
"Aku capek. Aku tidak mau mendengar kebohonganmu lagi. Pokoknya kita akan bercerai besok." ujar Xiaoyun sambil meninggalkan Zhao Quan menuju kamarnya, tanpa memberikan Zhao Quan kesempatan untuk berbicara.
Zhao Quan pun memandang ke sekeliling apartment dan pandangannya terhenti pada foto pernikahan mereka berdua. Dia pun tersenyum kecut.
Kekayaan, toleransi dan kerja keras tidak bisa dibandingkan dengan kata 'uang'.
Setelah duduk hampir setengah jam, Zhao Quan pun hendak menuju kamar tamu dan berbaring di tempat tidur. Tak lama, kamar tidur Xiaoyun terbuka dan dia keluar sambil membawa kotak hitam dengan bunga mawar pink yang dia buang. Itu adalah hadiah yang akan diberikan kepada Xiaoyun, tapi sudah dibuang olehnya dan Zhao Quan pun memungut hadiah itu dengan senyum kecutnya.
"Xiaoyun, apa kamu mau melihat hadiah apa yang akan kuberikan padamu?" tanya Zhao Quan pada Xiaoyun.
"Aku tidak membutuhkan itu. Aku tidak mau mencium bau keringat pada hadiah itu." jawab Xiaoyun sambil meninggalkan Zhao Quan menuju kamarnya.
Zhao Quan pun menuju kamarnya sambil membawa hadiah tersebut. Kemudian dia mengeluarkan rokoknya dan menghisapnya dengan dalam-dalam. Tapi ternyata itu membuatnya tersedak. Sebelumnya dia berpikir kalau rokok itu lumayan bagus. Tapi sekarang tampaknya bukan hanya membuatnya tersedak di tenggorokan, tapi juga hatinya.
Rokok itu dia letakkan di mulutnya, sambil tangannya membuka hadiah yang dibuang oleh Xiaoyun seperti sampah. Di dalam kotak yang terbungkus rapi dengan kertas kado berwarna emas tersebut berisikan kartu kredit hitam dan selular yang belum keluar di pasaran.
Walaupun selular nya terlihat sangat murah, seperti buatan pabrik kecil, apalagi tidak ada logo nya sama sekali, namun selular itu dibuat dengan 2 system. Biasanya dengan sidik jari sudah bisa membuka layarnya. Tapi ini juga bisa dibuat dengan menggunakan retina mata yang dibuat khusus oleh perusahaan Zhao.
Selular ini dibuat khusus oleh keluarga Zhao. Selain bisa menjadi alat komunikasi, menerima pesan dan rapat di keluarga Zhao, tapi juga bisa mengakses sampai ke supermarket dan mengecheck mata uang.
Dia menempatkan selular itu di depan nya dan kamera di hp nya menangkap bayangan mata kirinya dan layar pun terbuka. Di layar itu banyak sekali ucapan selamat ulang tahun dan kembang api. Zhao Quan pun melihat jam dan memang sudah memasuki tengah malam.
"Ulang tahunku tidaklah bahagia." ujar Zhao Quan yang membuang rokok yang sudah habis itu dan membuka selular nya. Banyak sekali ucapan selamat ulang tahun yang dikirim ke selularnya. Tapi 90% yang mengirim ucapan tersebut tidaklah dia kenal.
Diantara orang-orang yang mengiriminya ucapan ulang tahun adalah orang yang tinggal di keluarga Zhao, kerabatnya, dan orang yang berhubungan dengan keluarganya. Untuk isinya, Zhao Quan tidak mau membukanya karena pasti berisi kata-kata yang menyanjungnya.
"Selamat tuan Zhao Quan. Anda sudah dewasa. Rekening anda secara otomatis sudah diaktifkan dan uang 60 juta RMB (idr sekitar 137 miliar) sudah ada di rekening anda." kata-kata itu yang ada di selular Zhao Quan. Baginya itu adalah hadiah kecil yang diterimanya dari kerabatnya setelah menjelang dewasa.
Bagi keluarga Zhao, di umur 24 tahun baru bisa terbilang dewasa. Sebelumnya dia tidak pernah menerima apapun dari keluarganya. Terutama jika mereka dengan rela keluar sendiri, maka mereka tidak menerima sepeser pun. Namun setelah menjelang dewasa, maka 60 juta akan mereka terima setiap bulan. Itu adalah keuntungan yang sangat besar.
Namun, Zhao Quan sudah tidak perduli akan semua ini. 60 juta sangat cukup untuknya memulai hidup yang baru. Setelah menyingkirkan selularnya, dia pun mengeluarkan kartu kredit hitam yang berlapis emas seberat 60 gram, belum lagi dihiasi dengan berlian.
Banyak orang kaya tidak mengetahui eksistensi kartu ini. Hanya keluarga Zhao yang mengetahuinya. Terlepas dari itu, dipertimbangkan juga apakah mereka pantas menggunakan kartu itu atau tidak.
"Aku bekerja keras demi untuk mendapatkan uang, tapi kamu malah mau menceraikan aku." ujar Zhao Quan sambil mengarahkan pandangan matanya yang sayu ke kamar Xiaoyun.
"Kakak, selamat ulang tahun. Aku akan merayakan ulang tahunmu besok dan aku juga mau berkenalan dengan kakak iparku. Aku bahkan sudah menyiapkan hadiah untuknya." ucap Zhao Xi yang menelepon ke selular milik Zhao Quan.
"Xixi, kamu tidak perlu membawakan hadiah untuknya lagi. Aku akan bercerai dengannya besok. Dia membenciku karena aku tidak punya uang." jawab Zhao Quan menghela nafas.
"Apa?! Dia berani mengatakan kalau kamu tidak punya uang? Akan kubakar dia hidup-hidup besok!" ucap Xixi dengan nada marah yang membuat Zhao Quan ketawa.