Ibu mengerti aku menunggu pesan dari Eric. Rupanya gerak gerikku sungguh mudah dibaca sampai dia bisa menebak dengan benar.
Setelah berada seorang diri di kamar aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengirim pesan lagi kepada Eric.
"Halo Broer… buku darimu kubaca pelan-pelan, lebih lagi aku menikmatinya. Terima kasih banyak. Ibu bilang kamu sedang tugas di Italia? Semoga semua pekerjaanmu lancar dan kamu bahagia melakukannya. Kalau ada waktu kirim kabar ya, pingin dengar ceritamu." Kataku.
Eric mungkin tidak merasa perlu untuk menghubungiku karena dia sedang bersama dengan Els, tetapi aku tidak ingin Eric melupakan aku begitu saja. Aku sangat ingin agar dia memandangku istimewa, seorang adik yang diperhatikan, dilindungi dan disayangi. Kurasa aku mengalaminya beberapa waktu lalu. Aku tidak ingin kehilangan perasaan itu. Aku menggigit bibir untuk menahan tangis… aku bingung dengan keadaanku sendiri. Aku mengharapkan kasih sayang dari Eric dalam bentuk yang tidak jelas apakah kasih sayang seorang kakak atau cinta dari seorang pria kepada perempuan. Aku tidak menyukai kedekatannya dengan Els sebab perempuan itu telah mengalihkan perhatian Eric dariku.
Sementara itu aku juga masih mengharapkan Kenny selain ingin melanjutkan hubungan dengannya, ada kesombongan dalam diri yang membuatku tidak ingin dianggap remeh apalagi diancam oleh seorang perempuan lain.
Kukira aku ingin menyingkirkan perempuan itu, aku ingin semua perempuan menjauh dari Kenny.
Seketika itu aku menelepon Adriana.
"Helo Dri, bagaimana keadaan Kenny? Aku menelpon dia tetapi tidak bisa terbubung."
"Laura, Puji Tuhan kamu menelpon. Kenny bilang dia juga tidak bisa menghubungimu. Nomormu tidak ada di hanphone dia. Kenny meminta dikirim nomormu tetapi aku belum sempat mengirimnya."
"Bagaimana dia sekarang?" aku tidak menghiraukan penjelasan Adriana, sebab aku lebih ingin tahu keadaannya.
"Sepertinya tadi dia sudah bisa makan. Dia kena muntaber, sempat kami bawa ke rumah sakit dan mendapat infus. Setengah hari saja sudah pulang. Laura, kenapa dr. Hardy sinis kepada Kenny? Apa mereka bersaing?"
Aku tertawa mendengarnya.
"Dia menyukaiku dan berusaha menjauhkan kami, persis seperti Ketty yang sekarang menerorku."
"Ah …Ketty? Meneror bagaimana?"
Kuceritakan telepon ancaman dari perempuan itu dan baru sekarang aku bisa menceritakan kepada Adriana bahwa Ketty adalah perempuan yang kupergoki sedang bersama Kenny di rumah bukit hari itu.
"Kurang ajar!"
"Sudah biar aku yang menangani." Kataku.
"Mana bisa!!! Kepalang tanggung aku sudah terlibat, gara-gara dia Kenny melempar vas bunga kepada Richard dan aku yang kena sasaran." Nada suara Adriana meninggi dan terdengar geram.
Suasana hati Adriana memungkinkan bagiku untuk meminta bantuan dia menyingkirkan Ketty dari samping Kenny.
"Kamu bisa membantuku Dri?"
"apa?"
Kukatakan kepadanya untuk meneror balik Ketty .
"Caranya bagaimana?"
"Kita harus siap banyak cara, pokoknya perempuan itu harus tahu bahwa hanya aku yang akan dinikahi Kenny."
"Oh, baik sudah. Aku ikut senang mendengarnya. Untuk langkah pertama aku akan ke tempat Kenny sekarang juga. Nanti kuberi kabar dan kamu harus menelepon Kenny. Jika tidak bisa kamu menelepon ke nomorku."
Adriana terlalu bersemangat menanggapi rencanaku. Kulihat jam dinding sudah pukul 21.12 mereka berada di zona waktu satu jam lebih awal dariku.
"Sekarang sudah terlalu malam kukira." Kataku.
"Tidak apa, sekalian aku ingin mengirim sup untuk mama." Kata Adriana.
Dia bergerak dengan cepat karena 16 menit kemudian Adriana meneleponku.
"Laura… kamu harus datang secepatnya, perempuan yang suka ganggu Kenny ada di sini." Katanya.
"Siapa? aku tidak takut sebab Kenny hanya akan menikah denganku." Jawabku dengan hati yang panas. Apa yang dilakukan perempuan itu malam-malam di tempat Kenny. Aku gelisah membayangkan apabila ternyata apa yang kukatakan itu dibantah oleh Kenny.
"Ini sebaiknya kamu bicara sendiri dengan Kenny." Kata Adriana. Dia memberikan ponselnya kepada laki-laki itu. Mulutku terkunci sebab tidak tahu apa yang harus kukatakan.
"Halo Ken… masih sakit?" hanya itu yang bisa kukatakan untuk membuka percakapan.
"Sweet heart…" kata Kenny, suaranya terdengar lemah.
" Ken… um.. aku…"
"Laura, kalau saja engkau ada di sini. Aku tidak bisa menghubungimu." Katanya terdengar manja dan membuatku ingin memeluknya. Namun minggu lalu aku meninggalkannya dengan niat untuk memutuskan hubungan kami. Persimpangan keinginan yang membuatku ragu-ragu untuk melangkah.
Aku ingin menantang Kenny.
"Jemput aku kalau rindu."
Dia tidak menjawab sehingga membuatku meragukannya kembali.
"Aku tahu aku bisa mengandalkanmu Ken. Bisa kan?" aku meneruskan tantangan kepadanya.
"Aku ingin memetik bintang-bintang bersamamu." Kata Kenny berbisik.
"Tidak ada yang lain, hanya kita berdua?"
"Trust me."
Pemandangan Kenny keluar dari kamarnya pagi itu membuatku menjadi lemas, juga foto-foto yang kuterima dari Hardy dan Ketty. Bagaimana aku bisa percaya kepadanya setelah semua ini. Tetapi aku ingin mempertahankan Kenny. Aku tidak rela Ketty merebutnya dariku.
"Bagaimana denganmu? Apakah kamu percaya kepadaku?" aku membalas bertanya. Aku tidak suka cara dia menegurku tentang Eric.
Terdengar Kenny menarik nafas, aku bisa membayangkan wajahnya yang memiliki tulang pipi tinggi, mata cekung dan dalam juga bibirnya yang kehitaman . Aku merasa terlalu merendahkan diriku jika aku bersedia tetap bersamanya, tetapi aku tidak ingin kehilangan Kenny, sehingga kutekan perasaan tentang harga diri apalagi ada Ketty di ruangan Kenny.
" Aku tahu hatimu bersih, aku tidak meragukanmu Laura."
Selain suara Kenny aku mendengar suara Adriana yang cukup lantang, sepertinya dia mengalihkan perhatian Ketty sehingga tidak mendengar percakapan antara aku dan Kenny.
"Maukah kamu memutus hubungan dengan Ketty, dia sangat ingin merebutmu dariku."
Kenny terdiam.
"Ken?"
"Beri waktu aku untuk mengurusnya kemudian aku akan menjelaskannya kepadamu."
Hatiku terasa panas. Cinta kami sungguh tidak setara. Kalau Kenny mencintaiku, dia pasti bersedia meninggalkan Ketty dengan segera.
"Entahlah… aku ragu."jawabku.
"Aku hanya mencintaimu Laura, tetapi kuakui ada sesuatu yang harus kuselesaikan dengan dia."
"Tidak bisa sekarang? Aku dengar suara dia… apakah kamu bisa memahami kecemasanku?"
"Aku mengerti laura, beri sedikit waktu aku akan menyelesaikannya. Aku tak bisa jauh darimu."
" I believe in you. Aku menunggu kamu menjemput." Kataku lalu memutuskan telepon.
Kami mengucapkan salam perpisahan.
Kutatap langit-langit kamar sambil berpikir, berapa lama lagi aku harus menunggu Kenny, lagi pula apakah kelak semua penantianku membuahkan hasil, aku mendapatkan cinta Kenny yang utuh bagiku serta anak-anak kami?
Kupejamkan mataku untuk membayangkan keinginan-keinginan itu tetapi bayangan Ketty terus mengikutiku.
Terdengar nada pemberitahuan pesan masuk di ponselku. Pesan dari Eric.
"Apakah kamu sudah akan tidur? Pasti larut malam ya? Aku senang kalau kamu suka buku itu ."tulisnya.
"Terima kasih Eric. Kamu ada di mana sekarang?" aku mengulangi pertanyaanku kemarin.
"Kami di Italia bagian selatan, di kamp pengungsi. Aku terlalu sibuk untuk menjawab pesan-pesan di ponsel. Harap kamu mengerti bila aku terlalu lambat membalas."
Aku teringat saat Eric tertawa dengan mulut terbuka lebar, wajahnya menyenangkan dia terlihat seperti tidak memiliki beban tetapi sering pula wajahnya cenderung murung. Ada banyak yang dipikirkannya.
"Apakah di tempat pengungsian kamu bisa tidur dan makan dengan baik, aku khawatir Eric banyak mengurus orang lain tetapi lupa mengurus diri sendiri." Balasku.
"We are fine. Memang tidak senyaman di rumah sendiri."
Setiap kali dia menyebut kata "kami" aku membayangkan wajah Els. Apakah mereka hanya berdua.
"Eric yang kamu maksud 'kami' itu siapa saja? Apakah kamu bekerja dalam tim? Apa yang kalian lakukan?
Kulihat Eric sedang mengetik jawaban tetapi calam sekali belum ada pesan yang masuk.
"Betul besama tim, 5 orang, ada Els juga. Terima kasih sudah diingatkan untuk mengurus diri sendiri. Aku senang, sekarang aku merasakan memiliki keluarga besar. Terima kasih Laura kamu sudah mengingatkan."
Aku ingat bahwa dia ingin memisahkan ibu dan Jan.
"Hm… Eric, aku sudah sangat mengantuk, selamat bertugas ya. Daag…"
"Semoga mimpin indah, Laura."
Kututup telepon dan aku segera tertidur.
Malam itu aku mimpi Eric datang mendekat, kemudian dia akan menciumku tetapi seketika aku terbangun. Mimpi yang sama, akhir-akhir ibi mengganggu tidurku. Apakah mimpi itu datang karena aku banyak memikirkan dia? Aku mengharapkan perhatian Eric, aku ingin memiliki Kenny. Kuusap keringat di leher dan keningku. Bagaimana bisa aku menginginkan dua pria itu? Apakah dengan begini aku juga mengkhianati Kenny? Mana yang kuinginkan.