Hima terdiam sebentar, menunggu keadaan tenang. Namun suara bisik- bisik dari para peserta tender masih terdengar,Hima menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan ucapannya.
"Baiklah setelah melihat pengajuan tender dari masing-masing perusahaan yang hadir, maka kami memilih PT CITRA KARYA sebagai pemenang tender" ucap Hima dengan suara sedikit di keraskan.
Mendengar pengumuman dari Hima, Selvi yang duduk di barisan depan berseru kaget.
"Kita mendapatkannya Nin" kata Selvi,Nina terlihat sampai menutup mulutnya dengan kedua tangannya saking kagetnya mendengar pengumuman dari Hima barusan.
Refleks mereka berangkulan, Saking senangnya. Itu artinya bonus dan liburan sudah mereka dapatkan seperti yang dijanjikan Pak Pramono manajer mereka.
"Ehem ehem " terdengar suara berdehem di samping mereka.Nina pun melepaskan rangkulannya, lantas menoleh ke asal suara tadi. Nina kaget melihat Airlangga Pramono duduk di sampingnya, begitu juga Selvi.
"Ehh Bapak.!! Sudah lama di sini?" Tanya Nina kaget.
"Maaf Pak, kami tidak tahu Bapak hadir di sini" sambung Nina.
Pramono hanya tersenyum saja.
"Iya Pak, maafkan kami" kata Selvi memohon,kedua telapak tangannya ditangkupkan di depan dadanya.
"Iya nggak apa apa" sahut Pramono kalem.
"Selamat ya, kalian berhasil. Tidak sia sia Arnie merekomendasikan kalian" ucapnya datar.
"Arnie" kata Nina dan Selvi berbarengan.
"Kenapa?" Tanya Pramono.
"Tidak apa-apa Pak" Nina menggelengkan kepalanya.
Mereka berdua pun tersenyum penuh arti.
Pramono hanya terpaku melihat keduanya, Sebagai Pimpinan dia paham.
Keduanya pasti senang karena berhasil menjalankan tugas dengan baik.
Satu persatu mereka yang hadir meninggalkan ruangan tersebut,mereka tampak kecewa karena perusahaan yang mereka wakili tidak mendapat tender, sangat jelas gurat kekecewaan di wajah-wajah yang berjalan gontai.
Dari kejauhan terlihat Hima melambaikan tangannya. Dengan langkah tergesa Pramono berjalan mendekat, diikuti Selvi dan Nina yang mengekor di belakang Pramono.
Bertiga mereka menghampiri Hima.
"Kalian sudah di tunggu di ruangan Pak Manajer" Ucap Hima setelah jarak mereka dekat.
"Baik Bu." Kali ini Pramono yang menyahut.
"Rekan saya akan mengantar kalian kesana" imbuh Hima sambil berjalan pergi.
"Mari saya antar" kata Pria berkemeja warna krem mempersilahkan, sambil berjalan di depan. Mereka bertiga segera mengikuti langkahnya.
Mereka berhenti di depan sebuah ruangan, ada tulisan manajer dengan huruf kapital tertempel di daun pintu.
Pria tersebut berhenti, tangannya terulur dan mengetuk daun pintu.
"Tok,,tok.." Dia mengetuk pintu beberapa kali.
"Silahkan masuk" terdengar sebuah suara dari dalam, mempersilahkan masuk.
"Selamat siang pak, ini Pak Pramono manajer dari PT Citra Karya" ucapnya.
"Terima kasih Pak Ujang, silahkan bapak kembali " Ucap pria yang masih duduk dengan berkas di tangannya. Manajer berusia 40 an dan berkaca mata tebal tersebut bernama Iwan setyawan, dengan kulit kecoklatan dan kumis tebal melintang di atas bibirnya menegaskan dirinya sebagai orang yang tampak berwibawa.
"Perkenalkan saya Pramono wakil dari Citra Karya" Pramono memperkenalkan diri. Tangannya terulur mengajak bersalaman. Pria tersebut bangkit dari duduknya, tersenyum menyambut uluran tangan Pramono untuk bersalaman.
"Iwan Setyawan" sahut sang manajer menyambut uluran tangan Pramono.
"Saya juga membawa serta dua rekan kerja saya Nina dan Selvi" sambung Pramono mengenalkan kedua bawahannya tersebut.Nina dan Selvi pun menjabat tangan Iwan Setyawan secara bergantian.
"Silahkan kalian duduk " Ucap Iwan Setyawan dengan ramah. Dia merentangkan tangannya agar tamunya segera duduk
"Terima kasih Pak" jawab mereka serempak.
"Silahkan tanda tangani berkas ini " ujarnya kemudian pada Pramono.
Dengan seksama Pramono membuka berkas-berkas tersebut lantas segera membubuhkan tanda tangannya.
"Hanya ini pak?" Tanya Pramono setelah selesai.
"Sudah pak, terima kasih ya" ujar manajer tersebut.
Mereka pun terlibat obrolan ringan, setelah dirasa cukup. bertiga mereka berpamitan.
"Terima kasih atas kerjasamanya" ucap Pramono sambil menjabat erat tangan manajer.
"Sama-sama Pak" balas Iwan Setyawan.
Mereka keluar di antar Iwan Setyawan sampai di depan pintu.
"Ayo kita pulang" ajak Pramono pada keduanya, setelah mereka menandatangani berkas-berkas yang diperlukan.
"Iya Pak" sahut Nina.
Terlihat Selvi mengekor di belakang mereka, berjalan keluar dari ruangan.
"Saya antar kalian pulang ya" kata Pramono menawarkan.
"Nggak usah repot-repot Pak, kami bisa naik taksi." Jawab Selvi cepat.
"Iya Pak, kami akan naik taksi saja" Nina ikut menimpali.
"Baiklah, sampai ketemu besok di kantor" ucap Pramono lalu meninggalkan mereka berdua.
Tinggalah Nina dan Selvi yang masih berjalan menuju pelataran gedung.
"Nin, harusnya kita minta ongkos sama Pak Pramono" Selvi membuka percakapan.
"Memangnya kenapa?, kamu ongkosnya nggak ada y?" Nina bertanya.
"bukan begitu Nin, kan kita sukses melaksanakan tugas harusnya kan kita dapat hadiah hehe.he" jawab Selvi terkekeh.
Tak berapa lama sebuah mobil keluar dari lorong basement dan berhenti tepat di depan mereka. Mobil pramono.
Kaca jendela mobil itu pun terbuka,Pramono mendongakan kepalanya keluar dari jendela.
Lantas melambaikan tangannya, Selvi dan Nina pun mendekat ke arahnya.
"Ini buat ongkos naik taksi " ucap Pramono sambil tangannya menyerahkan dua lembar uang berwarna merah pada mereka.
"Terima kasih Pak" kata Nina dan Selvi sambil menganggukan kepalanya.
Pramono pun segera melajukan mobilnya meninggalkan Nina dan Selvi.
"Panjang umur buat Pak Pramono Nin" celetuk Selvi saat mobil Pramono sudah menjauh.
"Iya "ucap Nina tersenyum, sambil mengibaskan uang tersebut di wajahnya.
"Kamu pulang dulu, saya ada janji ketemu sama Hima " sambung Nina kemudian.
"Kamu hati-hati Nin,sayangnya kamu tidak bisa di temani" balas Selvi.
"Saya pulang duluan ya, itu taksinya sudah datang" ujar Selvi menunjuk ke arah taksi yang barusan berhenti.
"Ya ,daagh" ucap Nina melambaikan tangan.
Setelah kepergian Selvi,Nina langsung membuka gawainya dan memesan ojek lewat aplikasi.
Tak berapa lama Ojek yang ditunggu Nina pun tiba.
"Ini Helm dan maskernya Bu" ucap driver tersebut tersenyum, sambil tangannya menyerahkan Helm serta masker pada Nina.
"Terima kasih" ucap Nina sambil menerimanya.
"Ibu ini Nina faradila ya,Alumni SMA "pria berumur 30 an itu menyebut nama sebuah sekolah swasta.
'Lho masnya tahu" ucap Nina sambil mengamati wajah di depannya.
"Ya ampun, kamu Widiyanto Nugroho kan" seru Nina saat berhasil mengingatnya.
Pria tersebut hanya mengangguk pelan.
"Sudah lama tidak berjumpa, kamu masih cantik saja" puji Widiyanto.
"Haha.haha.saya ini sudah tua, anaknya 3" sahut Nina tersenyum.
"Kalau kamu?" Sambung Nina bertanya.
"Baru satu, tapi …" Widiyanto tidak meneruskan kalimatnya, tatapannya kosong.
"Sudahlah " Widiyanto tidak meneruskan perkataannya.
" yasudah tidak apa apa,kalau kamu tidak berkenan bercerita " sahut Nina.
"Oya saya tidak menyangka hari ini ketemu, saya akan menemui mantan kamu lho" kata Nina sumringah.
"Siapa?" Tanya Widiyanto penasaran
"Jalan saja dulu, nanti kamu juga tahu" ujar Nina sambil membetulkan letak Helmnya.
"Naiklah" ajak Widiyanto pada Nina. Tanpa menjawab Nina pun segera naik ke jok motor.