Siska tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi. Putih bersih
"Kak Mayang ya? Apa Kabar ?" katanya menyapa Mayang dengan hangat dan renyah, suaranya benar bisa melelehkan hati seorang pria sekeras apapun jika mendengarnya.
Mayang terkesiap. Tidak siap disapa oleh wanita secantik Siska. Mayang memang benci mengakuinya, tapi memang itu kenyataannya bahwa Siska jauh lebih segala-galanya dibandingkan dia soal fisik.
"Iya, saya Mayang. Kok anda tahu?" Mayang bertanya menyelidik.
Sembari membetulkan selimut yang digunakan Daud, dia tersenyum dan menjawab pertanyaanku.
"Kak Daud yang cerita, Kakak yang biasa membantu menjaga malam hari, kalau siang kakak mengelola restoran ya?" katanya lembut.
Mayang hanya mengangguk saja. terlihat dia memegang tangan Daud, dia menyiapkan alat pengukur tekanan darah untuk Daud.
Pelan dia angkat tangan Daud, dia taruh pembungkus alat tekanan itu ke lengan Daud. Daud terbangun, membuka matanya, dia langsung tersenyum memandang si Suster. Senyumnya lembut dan penuh perasaan.
Mayang duduk lemas di bangku sebelah Daud memperhatikan semuanya. Semua momen manis itu.
Mereka berdua saling melempar senyum. Pandangan mata mereka begitu akrab dan dekat.
"Bagaimana keadaan kakak hari ini ?" ujar Suster Siska lembut, sangat keibuan dan menenangkan perasaan.
"Kakak, baik-baik saja, Dek. Kalau adek bagaimana kabarnya?" Daud memandang lekat ke arah Siska yang tersenyum kecil. Membuat Mayang sebal jadinya. Apalagi saat Daud secara terang-terangan memanggil Siska dengan sebutan Adek. Duh, mesra sekali panggilan itu. Mayang sepertinya baru dua hari tidak bertemu dengan Daud. Tapi apa perubahan yang terjadi sungguh luar biasa.
Siska meletakkan stetoskop di telinganya, kemudian dia tekan alat pengukur tekanan darah di dekat lengan gempal Daud.
Daud memperhatikan si Suster tanpa berkedip, lekat dan penuh perasaan padangannya, bukan perasaan nafsu, tapi terlihat ada sesuatu yang beda disana, ada hubungan yang dekat di antara mereka.
"Bagaimana, Dek ?" Daud bertanya kepada Suster Siska yang masih berkonsentrasi mendengarkan detakjantung Daud lewat stetoskop yang di letakkan di kupingnya,
Mayang berdeham menyadarkan Daud. Dia agak tersadar menoleh pelan ke arah Mayang, lalu dia tersenyum kecil memandang Mayang.
Siska sudah selesai mengukur tekanan darah dan jantung Daud.
"Kak Daud harus banyak-banyak istirahat, saya cek detak jantung Kak Daud terlalu kencang. Jaga waktu tidurnya,Kak,"ujar Suster Siska sembari tersenyum hangat ke arah Daud.
"Detak jantung saya kencang kan karena adek yang periksa, kalo sama yang lain normal-normal aja tuh," kata Daud dengan pandangan mata Bandel dan menggoda.
Siska tertawa. Dia coba tetap bersikap tenang, tapi mukanya bersemu merah seperti udang rebus saatini, dia tidak marah malah terlihat ada rasa suka di goda seperti itu oleh pasien seganteng dan segagah Daud. Meskipun Mayang geli karena panas dan cemburu mendengarnya.
"Ah, kakak Daud bisa aja. Kalau begitu jangan saya yang periksa detak jantung Kak Daud. Kan bahaya kalau begitu terus," kata suster Siska tetap dengan tawanya yang renyah dan manis.
Daud tersenyum mesra melihatnya. Tidak ubahnya gaya PDKT Daud ketika bersama Mayang dulu. Gigih dan berani sekali.
"Doain Kakak cepat sembuh ya, Dek. Supaya kakak bisa jalan sama Adek nanti." Daud berkata. Pandangannya tetap menusuk tajam ke arah Suster Siska.
Siska tersenyum-senyum sambil geleng-geleng kepala dengan geli.
"Dek jawab dong, mau kan jalan sama kakak?" kata Daud pelan tapi tetap nakal memaksa.
"Aduh kak Mayang ini bagaimana sih Kak Daud kok goda terus?" Siska tetap dengan tawa, dia senang dan bersedia digoda Daud tapi Mayang yang PANAS sekarang.
Siska sudah selesai mengukur tekanan darah dan jantung Daud .
"Suntik tidur aja Sus biar tenang." Mayang menimpali dengan setengah becanda. Walau dalam hati serius ingin melakukannya. Biar Daud tidur tenang dan lupa sama si cantik satu ini, geram Mayang.
Suster Siska tertawa, tapi pandangan Daud terus menatap penuh harap kepadanya, menunggu jawaban si Suster cantik ini.
Dan akhirnya Siska bilang ,"Iya deh, Kak Daud, tapi janji ya Pak Daud cepet sembuh biar bisa jalan-jalan lagi kayak dulu." Dia mengatakan itu entah untuk menyemangati Daud atau memang serius menanggapi pinangan Daud. Mayang tidak tahu.
Yang pasti akhirnya Daud tersenyum penuh lebar. Matanya berkilatan. Semangat hidupnya terlihatbangkit lagi. Ada alasan baginya untuk cepat sembuh dari sakit ini.
Ketika Si Suster keluar dari bilik, Mayang memandang Daud dia tetap tersenyum kecil.
"Itu rupanya yang namanya Suster Siska?" kata Mayang membuka pembicaraan.
Daud cuma nyengir menjawab petanyaanku, cengiran yang bandel.
Mayang diam sebentar sembari memandang mukanya yang masih sumringah.
"Kayaknya dia cocok banget deh sama kamu." Mayang berkata.
"Enggak juga, aku sama dia kan hanya dekat saja kok."
"Iya, dekat. Mesra sekali. Sampai ngajak jalan." Mayang menunjukan ketidak sukaannya.
"Daripada aku mengharapkan seseorang yang sudah menolakku?"
Mayang seperti tertohok. Astaga, dia sudah terbawa suasana sekarang. Iya, iya. Ngapain Mayang bertingkah jutek walau pada kenyataannya mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa.
"Ya, sudah enggak usah dibahas. Yang penting sekarang kamu cepat sembuh. Cepat kembali beraktifitas lagi."
Mayang berpamitan menuju tempat ibadah di rumah sakit. Setelah berdo'a, dia memangis. Entah kenapa hatinya gundah gulana sekali. Bingung menentukan kemana hatinya saat ini. Dia pun berdoa sungguh-sungguh supaya dimantapkan hatinya untuk mengambil keputusan.
Malam harinya, Suster Siska kembali datang. Dia menyapa Mayang dan tersenyum manis kepadanya. Mayang pun membalas senyumannya.
"Tumben minta disuapin, biasanya bisa makan sendiri," sindirku dengan sedikit bercanda.
Wajah Daud yang sedang sumringah kembali tersenyum saja dengan godaan Mayang itu.
Terlihat telaten sekali Suster Siska menyuapi dan melayani Daud. Daud pun sepertinya manja sekali. Kalau sebelumnya bisa melakukan sendiri sekarang dengan Suster Siska apa-apa minta dibantu. Minta dilapin mulutnya pake tissue-lah. Minta dibantu tegakin badannya sedikit ketika duduk di ranjang. Minta selimutin, minta di bantu kalau minum. Ahhhh… Lebay!!!
Namun, terlihat Suster Siska sangat enjoy melayani Daud. Dia seperti menerima sinyal-sinyal PDKT yang di 'Panah' kan Daud padanya. Kalau begitu benar gosip-gosip yang beredar di kalangan para Suster yang lain bahwa Suster Siska dan Daud sedang dalam tahap pendekatan, tahap PDKT.
"Suster Siska baru ya kerja disini?" Mayang bertanya.
"Iya, Kak. Baru tiga bulan. Saya masih perawat percobaan. Mudah-mudahan bisa jadi pegawai tetap ya kak?" katanya tetap dengan senyumnya yang manis itu.
"Aamiin, Dek. Kaka Doa'in, Dek." Daud Cepat menimpali. Membuat Sisa tersipu.
Mayang suka dengan suara Siska. Renyah dan enak didengar. Harus Mayang akui bahwa Siska memang cantik dan menarik. Wajahnya keibuan. Tapi juga modern, paduan lengkap sebagai seorang wanita. Masih muda lagi, jelas Mayang kalah telak.
Tubuhnya yang tinggi dan putih bersih juga menjadi nilai tambahnya. jika Mayang menjadi direktur HRD di rumah sakit ini. Sudah dipastikan langsung menjadikannya pegawai tetap saja. Langsung diikat jadi pegawai permanen
Daripada dia diambil dan direbut oleh Rumah Sakit lain.
Kalau semua orang dilayani suster secantik dia kayaknya pasti banyak yang bakal cepat sembuh olehnya atau malah mau berlama-lama sakit biar terus dilayani dengan manja olehnya ? Seperti Daud saat ini ?
Malam sekitar jam delapan ketika Mayang sedang asyik mengobrol dengan Daud tiba-tiba Suster Siska kembali datang.
Mayang sempat tidak mengenali dia. Penamilannya sungguh berbeda. Dengan pakaian casual dan dengan polesan make up yang tipis di wajahnya yang memang sudah cantik itu.
Ternyata dia sudah bebas tugas, shift jaga nya sudah berakhir hari ini, dia pamit pulang ke Daud.
"Kak Daud saya pulang ya Kak, Kakak harus banyak istirahat biar cepet sembuh ya ?" katanya, suaranya sungguh memenangkan.
"Iya hati-hati Dek, kalau Kakak sudah sembuh nanti kakak yang anter pulang." kata Daud gombal
Suster Siska hanya tertawa renyah, dia juga pamit dengan Mayang, Mayang membalas nya dengan tersenyum saja.
Lucu juga bahwa Daud sudah memanggil Siska dengan kata Adek sebutan yang sudah Sok Akrab menurut Mayang.
Sementara Siska masih dengan gaya profesionalnya memanggil Daud dengan kata Kakak.
"Kayaknya kamu sana Suster Siska semakin dekat saja."
Daud tertawa pelan.
" Emang menurut kamu, dia bagaimana?" tanya Daud kepada Mayang.
Mayang bingung menjawabnya, bingung mencari jawaban yang tepat.
Tidak rela rasanya jika harus memuji-muji Suster itu di depan Daud tapi juga tidak adil rasanya jika tidak menyatakan hal yang sebenarnya di depan Daud
Karena harus diakui Suster Siska adalah figur lengkap yang sempurna bagi seorang wanita.
Dia keibuan, wajahnya cantik, sifatnya melayani dan peduli dengan orang lain, fisiknya menarik, tinggi
dan putih, suaranya merdu serta tawanya yang renyah benar-benar bikin hati siapapun akan lumer dibuatnya.
"Menurutku dia cantik sih. Manis dan yang pastinya dia cocok sekali jadi seorang perawat karena dia telaten dan sabar." Mayang berujar. singkat saja,
Dan memang Mayang sengaja menyingkatnya.
Daud tersenyum kecil. Kemudian, pandangan matanya ke arah langit-langit kamar. Dia rebahan. Matanya berbinar dan sepertinya dia sedang menghayal sendiri tentang Suster Siska, senyum sumringah seorang yang lagi kasmaran.
"Tuh kan sudah mulai ngayal yang tidak-tidak."
"Hehe, enggak kok. Oh iya, Kamu kalau mau pulang enggak apa-apa kok. Aku di sini saja. Lagipuka kondisiku juga membaik."
"Aduh Daud, kamu begini kan karena telah menyelamatkan anakku. Ya, aku harus menemani kamu sampai kamu benar-benar keluar dari rumah sakit." Mayang bersikukuh.
Akhirnya malam itu, Daud pun tertidur. Sedangkan diam-diam Mayang kembali ke musola rumah sakit untuk melakukan sholat istikharah. Meminta supaya dimantapkan hatinya untuk memilih Daud atau tidak.