Mayang terduduk di bawah pintu. Tatapannya kosong. Airmata sudah kering. Mayang merasa hampa sekali.
'Apa aku terlalu naif? Sampai sekuat apapun aku mencoba mengiklaskan Daud, tetapi tidak bisa?'
Dada Mayang sesak. bibirnya bergetar. Dia menangis lagi.
Tiba-tiba, Mayang tercenung saat mendengar suara ketukan pintu. Wanita itu diam sesaat. Baru kemudian bangkit,
Dibukanya pintu lebar-lebar, terlihat Andini memperlihatkan wajah muram. Tatapannya sangat menusuk.
"Eh, Din, kok ke sini sih." Mayang berpura-pura tersenyum. Ngeri juga melihat Andini yang seperti mau melahap mangsa.
"Jawab dengan jujur, May. Apa hubunganmu dengan Daud."
Mayang tercekat. Apa maksud perkataan Andini?
"Maksudnya bagaimana Din?"
"Kamu tidak usah sok polos deh, apa yang selama ini kamu lakukan dengan Daud hah? Hubungan apa yang kalian bangun sampai-sampai tadi Daud terus mengigau nama kamu!"
Mayang tersentak. Mengigau namanya? Apa segitunya Daud menyimpan nama Mayang di hatinya sampai-sampai ketika mabuk berat yang terbayang adalah Mayang.
"Enggak ada hubungan apa-apa, Din. Aku kan menjalankan sesuai dengan apa yang kamu minta."
"BOHONG! Pasti kalian sudah berhubungan kan? JAWAB!"
Mayang bingung mau menjawab apa. Di satu sisi, dia tidak ingin Andini terluka, tapi fakta mengungkapkan bahwa Daud ternyata menyimpan rasa dengan Mayang.
"Aku tidak menyangka, May. Sahabat yang paling aku percayai ternyata berhati busuk! Berani menikamku! Apa salahku May? Kurang baik apa aku sama kamu? Sampai-sampai Daud yang aku sukai kau rebut!"
"Ayolah, Din. Jangan begitu. Kita sudah bersahabat sejak lama. Kita saling faham watak masing-masing kan. Aku sama sekali tidak berniat merebut Daud. Sumpah!" Mayang memegang tangan sahabatnya tapi langsung ditepis.
"Cih! Mana ada maling ngaku! Mana ada pelakor baik! Kamu sejak dulu memang suka sama Daud kan. Sengaja kamu mencari perhatian dengannya. Sumpah May, sakit sekali hatiku."
"Din, jangan beginilah. Aku memang suka sama Daud. Tapi, aku lebih memilih iklas untukmu. Aku lebih menghargai persahabatan kita di atas apapun."
"Enggak, May. Enggak ada yang namanya persahabatan. Mulai sekarang, anggap saja kita tidak pernah saling kenal."
"Din!"
Andini mempercepat jalannya menuju elevator. Mayang hendak mengejar, tapi dia tahu watak Andini. Semakin dikejar semakin marah dia. Sahabatnya itu hanya syok dan butuh waktu untuk menenangkan diri.
"Din, aku tidak bermaksud seperti itu."
Mayang meratap. Andini dan Daud sama-sama menempati hatinya terdalam. Kalau sampai hilang salah satu, tergoncanglah hati Mayang.
"Akan kubuktikan jika aku sudah melupakan Daud, Din. Dan aku minta Daud untuk bersamamu." Mayang berjanji. Walau berat, dia harus mencoba.
Mayang menghapus airmatanya. Mencuci muka. Tampak wajahnya yang kuyu. Namun, terlihat wanita itu berusaha tersenyum. Dia harus bisa tersenyum dengan segala kondisi yang ada. Menguatkan mentalnya. Bahwa masalah ini pasti ada jalan keluarnya. Intinya, Mayang harus menebus rasa bersalahnya.
Mayang ketiduran saat mendengar suara pintu dibuka, Terlihat Daud yang berjalan sempoyongan sambil memegangi kepalanya.
"Daud."
Pria itu tampak meringis. Dilihatnya Mayang yang sedang duduk di atas ranjang.
"Aku kok bisa berada di kamar sebelah?"
Mayang tidak menjawab. Daud beringsut ke dalam kamar mandi. Tidak berapa lama terdengar percikan suara shower.
"Aku harus bicara dengan Daud sekarang, aku harus tegas."
Mayang sudah tidak bisa menunda-nunda lagi. Gejolak sudah tertahan begitu lama. Dia harus mengeluarkan semua uneg-unegnya termasuk meminta Daud untuk bersama dengan Andini.
Maka Mayang langsung menerobos masuk ke dalam kamar mandi.
Daud ternyata sedang berendam di dalam bath up. Menyandarkan diri menikmati pijatan Jakuzzi. Memang Bathup sudah terisi penuh tadi. Mayang yang mengisinya. Sengaja supaya tinggal mandi.
Daud mengangkat kepalanya. Mengarah ke Mayang. Seringai muncul di wajahnya.
"Kok kamu masuk? Mau mandi bareng?"
Mayang menghela nafas. Sudah tidak ada waktu untuk basa-basi lagi. Mayang harus mengeluarkan sekarang supaya semuanya jelas. Supaya cepat clear dan persahabatannya dengan Andini bisa kembali seperti dulu.
Daud yang melihat ekspresi wajah Mayang tampak mengerut dahi. Pria itu mengetahui bahwa Mayang ingin berbicara serius.
"Daud, aku mau ngomong."
"Mau ngomong apa?"
"Aku ingin kamu menjalin hubungan dengan sahabatku, Andini." Agak ngawur permintaan Mayang ini. Perasaan orang kok dipaksa. Tapi memang begitulah misinya.
Daud membelalakan mata, "Andini sahabat kamu?"
"Iya," Mayang mengatur nafas.
"Jadi selama ini, Andini yang meminta aku untuk memata-matai kamu. Memberikan segala informasi mengenai keseharian kamu, terutama dengan pacar kamu yang bernama Riyanti. Bahkan membawaku ke sini juga perintah dari dia, begitupun ulang tahun yang semalam."
Mayang lega sudah mengatakan sejujurnya. Tidak mengapa, Daud mau membencinya atau bagaimana. Yang jelas, Mayang sudah tidak tahan berbohong terus lama-lama.
"Kamu sudah mengetahui semuanya. Jadi, aku minta kamu tolong terima Andini. Dia adalah wanita yang baik, mapan, cantik sangat cocok denganmu. Jangan buat aku susah karena melihat Sahabatku menderita karena cintanya yang digantungkan olehmu."
"Digantung? Aku tidak menggantungnya. Aku menjauhinya karena dia punya hasrat yang berlebihan." Daud menjelaskan.
"Tapi, itu bukan menjadi masalah kan. Yang penting kepribadiannya. Dia baik dan sangat peduli terhadap sesama, terlebih kepadaku."
"Terus, kalau aku tidak suka bagaimana?"
Mayang terdim. Adalah hak Daud untuk menolak, kalau kenyataannya dia tidak suka dengan Andini. Sekuat apapun Mayang berusaha untuk membujuknya.
"Terus, kamu sukanya sama siapa?" Duh, pertanyaan macam apa ini, kok bisa lolos dari mulut Mayang.
"Seharusnya, kamu tahu siapa yang aku suka. Dari dulu aku mengejarnya tidak pernah dapat-dapat."
Mayang terdiam. Baru saja berpikir, lantas kemudian disambar oleh perkataan Mayang.
"Dia yang menolakku, sampai aku harus risen dari bank. Setelah sekian lama, kita bertemu lagi, anehnya dia meminta aku mencintai sahabatnya." Daud menyindir Mayang. Sekarang terlihat jelas, perasaan Daud itu tertuju kepada siapa.
"Asal kamu tahu, kalau aku sempat frustasi. Aku berubah brutal. Main kepada semua wanita sampai aku menemukan Riyanti. Aku ingin serius menjalin hubunganku dengan dia. Yang sebenernya itu hanya sebagai pelampiasan saja atas cinta lama saya yang tidak pernah terbalaskan."
Mayang meneguk ludah. Kata-kata itu seperti ditujukan kepadanya. Harus menjawab apa Mayang sekarang.
"Dan sekarang, aku minta ketegasan dari kamu. Untuk kesekian kalinya aku tanya, Bagaimana perasaanmu kepadaku sebenernya?"
"Apa kamu menyimpan perasaan sama aku?"
Mayang hanya menunduk setelah Daud bertubi-tubi mempertanyakan tentang perasaan Mayang. Terjadi peperangan batin yang luar biasa di sana.
"Kalau kamu suka sama aku, seperti aku yang menyukaimu. Maka, Hari ini juga akan kunikahi kamu."
Kepala Mayang langsung menegak. Ditatapnya Daud yang beranjak dari bath ub dan bergerak mendekati Mayang.
Sekarang posisi mereka saling berhadapan. Daud memegang kedua pundak Mayang sambil menatap dalam penuh keseriusan.
"Aku tidak mau menunggu lama-lama kepastian dari kamu. Kamu diam, tandanya kamu setuju."