Mayang tidak karuan. Sepertinya bellboy, hanya ada mereka berdua saja. Di kamar mewah. Pemandangan menakjubkan. Dan sekarang Daud menambah rasa excitednya dengan menatapnya begitu. Rasanya Mayang ingin melompat saja dari lantai dua.
"Kamu suka enggak menginap satu kamar denganku?
'Ya, Tuhan, cobaan apalagi ini. Harus aku jawab saja.' Mayang gelisah. Bibirnya kelu. Sumpah sebelum-sebelumnya, Daud tidak pernah bertingkah begini lho, biasanya hanya melontarkan candaan biasa. Tapi sekarang, Daud seolah memunculkan sesuatu yang tersembunyi di balik dirinya. Pria itu ternyata bisa romantis. Dari pertanyaannya saja sudah mempertanyakan tentang apakah Mayang suka kalau menginap sekamar dengan Daud. Mayang ingin berteriak lantang. Bahkan kalau perlu dari atas balkon. Kalau perlu semua tamu, pegawai menjadi saksinya. Bahwa Mayang tidak sekedar suka, tapi bahagia sekali!!!!
"Enggak tuh, biasa saja." Tapi yang keluar dari mulutnya malah kata-kata santai, sangat berlawanan dengan hatinya. Daud hanya menyeringai kecil. Mayang jadi takut kalau Daud tersinggung. Namun, pribadi matang seperti pria itu tentu tidak akan ambil pusing kan?
Daud melemparkan pandangan ke laut lepas. Posisi tangannya terletak di atas pagar pembatas balkon. Tubuh besarnya sejajar dengan Mayang. Entahlah Mayang nyaman sekali kalau berdampingan dengan Daud seperti ini.
"Kalau saya suka sekamar dengan kamu."
Mayang terperangah. Wajahnya memerah. Kata-kata barusan terdengar tulus. Jantung Mayang deg-degan. Apa maksud dari sekedar suka. Suka yang biasa atau suka yang menyangkut pautkan perasaan. Atau jangan-jangan, Daud akan mengungkapkan perasaannya. Duh, jangan sampai hal itu terjadi. Ingat tujuan ke Bali untuk mencomblangkan Daud dan Andini, jangan sampai melenceng ke hal-hal yang lain.
"Daud, aku capek. Aku tidur dulu ya."
Mayang pura-pura menguap. Dia melangkah menuju ranjang. Dia tidak memperhatikan bagaimana wajah Daud saat itu yang entah kenapa Mayang merasa bahwa pria itu seperti kecewa. Ini adalah momen manis sebenernya, Mayang malah mau tidur.
Mayang merebahkan diri. Sebisa mungkin langsung tidur. Tidak ingin terlibat percakapan lebih jauh dengan Daud. Batinnya memang menginginkan Daud, namun akalnya masih ingat akan wajah memelas Andini yang meminta bantuannya.
"May, tolong bantuin aku supaya bisa dekat dengan Daud."
"May, bangun. Ini jam makan siang."
Mayang terbangun. Ketika pertama kali matanya membuka, dia langsung dihadapkan dengan Daud yang telanjang dada.
Ini untuk pertama kalinya, Daud membangunkannya.
Mayang diam sesaat. Lantas dia seperti insecure. Aduh, kok Daud membangunkannya? Apa pria itu melihat Mayang yang ileran? Rambut Mayang yang berantakan, gaya tidur yang jelek, dan wajah yang kucel. Astaga dia malu sekali. Semoga Daud tidak berpikiran yang bagaimana-bagaimana.
Mayang bangun dengan posisi duduk. Dipandangnya Daud yang santai rokok di dalam kamar. Memang kamarnya bisa terbuka, jadi asap bisa keluar.
Mayang memandang Daud. Pria itu tidak ada tanda-tanda habis bangun tidur. Ya Tuhan, apa jangan-jangan pria itu tidak tidur dan malah sibuk memperhatikan Mayang. Duh, wajah Mayang memerah dibuatnya.
"Kita cari rental mobil, keluar untuk makan siang. Makan siang disini mahal." Daud berkata. Jelas ini hotel bintang lima, pasti semuanya mahal. Terlebih jatah menginap di hotel hanya sebatas sarapan pagi saja.
"Aku siap-siap dulu."
Mayang melangkah ke kamar mandi. sesampainya di dalam, dia langsung melihat pantulan dirinya di cermin. Ya ampun, wajahnya sayu sekali, iler di sudut bibirnya, mata yang memerah, rambut yang berantakan. Apa Daud tidak tertawa melihat penampilannya.
Ini nih kalau sekamar dengan cowok yang disukai. Mayang harus bisa menjaga penampilan.
Mayang lantas buru-buru membersihkan diri. Menggunakan make up natural. Pakaian casual. Sedangkan Daud sudah di balkon dengan pakaian lengkapnya.
"Yuk, berangkat."
Daud langsung menoleh ke belakang. Terlihat rokok yang tinggal sedikit. Dia pun langsung buru-buru menyedotnya dan bangkit dari sana. Berjalan keluar bersama Mayang.
Mereka turun. Melewati lorong tadi yang mewah bak museum dengan barang antik barang-barang yang
terpajang di sana.
Sampai di pelataran yang di penuhi pendopo. Tempat bersantai tamu hotel. Terdapat kolam ikan yang di dalamnya dipenuhi oleh teratai. Menciptakan suasana adem nan teduh.
Tidak jauh dari sana, juga ada cafe dan Bar serta band pengiringnya. Mungkin kalau malam akan ramai dengan tamu-tamu. Sedangkan di samping kiri adalah pemandangan langsung pantai seminyak, luas dan indah pemandangannya. luar biasa sekali. Terbayang kalau malam-malam duduk di sana mendengarkan alunan music serta merasakan langsung deburan ombak di waktu malam dari pantai seminyak.
Mayang dan Daud mendekati meja resepsionis. Bertanya di mana bisa menyewa mobil. Dengan sigap dia langsung memberitahukan referensinya.
Ada yang menyediakan rental mobil beserta sopir. Juga ada paket-paket lainnya.
Namun, Daud lebih memilih untuk menyetir sendiri. Maka dia hanya menyewa mobil tanpa sopir.
Pilihan Daud akhirnya jatuh ke mobil kijang. Agak sedikit lebih mahal, tapi pria itu bilang enggak apa-apa soalnya yang ditunggangi oleh bidadari secantik Mayang.
Mayang rasanya mau melompat saja dari lantai dua.
Tak lama mobil yang ditunggu datang, Daud langsung membayar sewa mobinya kepada sopir yang mengantar mobilnya tadi.
"Ayo masuk." Daud membukakan pintu. Mempersilakan Mayang masuk terlebih dahulu. Namun, saat akan menjejakkan kaki ke dalam, tiba-tiba dia teringat akan sesuatu.
"Daud, aku ke kamar dulu ya. Ada yang ketinggalan."
Daud mengernyit dahi. Tingkah Mayang agak aneh, tapi kemudian dia mengiyakan.
"Sudah agak siang ini, cepetan." Daud berkata. Sepertinya cacing di perutnya sudah berdemo.
"Iya. iya, bawel."
Mayang berlari ke dalam. Sempat menoleh ke belakang, Terlihat Daud memandangnya heran. Duh, jangan sampai Daud mencurgainya.
Sampai di dalam kamar, Mayang langsung menelfon seseorang yang tidak lain adalah Andini. Memberitahukan kalau dirinya sudah ada di hotel seminyak. Mayang juga sempat membicarakan soal rencana yang diam-diam yang dia lakukan bersama Andini. Intinya dua orang itu berkomplot.
Setelah semuanya ok, Barulah Mayang bisa bernafas lega. Sebentar lagi misinya akan berhasil. Baik Andini dan Daud akan bertemu. Mayang berharap semoga mereka bisa bersatu. Tidak mengapa hatinya hancur.
"Ayo kita berangkat sekarang." Mayang kembali menemui Daud. Dia mencoba tersenyum walau nafasnya terengah-engah habis berlarian tadi.
Mereka masuk ke dalam mobil.
Daud terlihat mengenakan kacamata hitam. Dari kaca spion tengah, Mayang memandang dia, mengagumi pria jantan yang ada di sebelahnya. Senang bersamanya selalu. Meski kenyataannya tidak bisa seperti itu.
Terlebih setelah rencana yang sudah dia bangun bersama dengan Andini. Pelan-pelan membawa mangsa itu jatuh ke perangkap. Mayang merasa bersalah. Mengelabuhi Daud, tapi ini semata-mata dia lakukan untuk