Daud mengangkat kedua tangannya. Meletakkan di belakang kepala. Mayang melirik gelisah ke arahnya. Betapa tidak! Ketiak lebatnya sungguh mempesona.
Mayang yang iseng meletakkan pasir di atas kakinya. Daud masih memejamkan mata. kemudian ditambah lagi. dia tetap diam.
Akhirnya, Mayang mengeduk lebih banyak pasir. Menimbun kakinya. Kali ini, Daud tertawa tanpa berkata.
Mayang semakin jauh lagi dengan membuat lubang di samping Daud. Ada-ada saja tingkah emak-emak satu ini. Setelah cukup, Mayang meminta Daud untuk pindah ke lubang itu. Daud yang terkekeh hanya menurut. Dia masuk ke lubang itu, Mayang langsung menutupinya dengan pasir sampai mengebumikan badannya. Hanya tersisa kepala Daud saja.
"Nah, Buaya seperti kamu memang pantas dikubur seperti ini supaya tidak jelalatan." Mayang berseloroh. Daud terkekeh. Dia seperti menggeliat di dalam pasir itu seperti kegelian.
"Ampun Mayang, aku janji tidak akan nakal lagi." Daud menjawab seolah-olah teraniaya sambil tertawa.
"Sebentar, aku ambil kameramu dulu ya. tetap di situ." Mayang bergerak menuju penitipan barang. Kembali dengan membawa kamera.
Mayang tanpa perasaan belas kasihan langsung memotret Daud yang teraniaya. Bahkan wajah Daud dibuat kocak, membuat Mayang tertawa terpingkal-pingkal. Dasar pria dingin, cuek, gak sadar kalau romantis, slengean, sekaligus lucu.
Momen sederhana, bisa melihat Daud tertawa bersamanya. Sangat bermakna dan membekas di hati Mayang.
Angin sayup-sayup membuat Daud tidur beneran di gundukan pasir itu. Mayang yang tidak ingin menganggu pergi laut untuk mandi lagi. Airnya yang jernih dan ombak yang tenang membuat Mayang ketagihan berlama-lama di sana.
Tidak lama, Mayang naik ke bibir pantai. Di sana, Daud sudah tidak ada. Pasirnya berantakan. Sialan Mayang ditinggal.
Mayang menduga kalau Daud mandi di pantai lagi, tapi bukan di tempatnya tadi. Mayang pun menunggu di sana. Dan benar saja, tidak berapa lama Pria itu menunjukan dirinya. Dia mengajak Mayang untuk kembali ke homestay, berpindah ke hotel seminyak. Hotel kelas atas yang biasanya orang-orang kaya yang memakainya. Tentu pelayananya jauh lebih baik. Namun bagi Mayang malah tidak menarik. Di sana, dia dan Daud akan bertemu dengan Andini. Yang artinya Mayang harus menjaga sikap dan tidak bisa bersikap manja lagi dengan Daud.
Kembali ke homestay hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit, berbeda dengan waktu berangkat tadi sampai berjam-jam.
Mereka berkemas-kemas, setelah itu check out dari homestay. Tempat sederhana yang begitu berbekas di benak Mayang. Mayang tidak akan melupakan homestay ini seumur hidupnya.
Perjalanan dilanjutkan ke hotel seminyak.
Terasa beda nuansana begitu sampai sana. Selain tempatnya yang lebih besar dan mewah, juga banyak bule-bule. Tentu saja jauh lebih berkelas, kaya dan berduit.
Terdengar alunan musik Bali Live dengan alat musik khas bali yang dimainkan oleh beberapa musisi tradisional Bali. Menghibur para tamu yang akan check in termasuk mereka.
Kali ini, Mayang yang lebih aktif. Sebelum ke hotel ini, terlebih dahulu dia menelfon untuk memastikan. Sekarang, dia yang maju. Berbicara dengan manajer FO alias resepsionis.
Daud terlihat menunggu di lounge receptionisnya. Duduk-duduk santai. Pria itu terlihat takjub melihat ornament di dalam hotem itu yang begitu menakjubkan. Iya, pastinya pria itu jarang-jarang masuk hotel berbintang seperti ini. Sedangkan Mayang sangat bisa dia menyewa hotel, tapi jarang dia melakukannya. Pasangan saja tidak punya. Menyewa kamar hotel buat apa?
Pegawai resepsionis itu menyambut Mayang dengan sangat riang. Ketika dia menunjukan voucher, senyum mereka tetap sama. Tidak ada perubahan sedikitpun di senyum mereka walaupun mereka tahu kalau voucher itu berarti menginap gratis. Memang sudah seharusnya seperti itu pekerja dibidang pelayanan, mau bayar cash maupun voucer harus dilayani sama. Mayang begitu karena dia juga bekerja di pelayanan, sebagai customer service sebuah bank, dia juga tidak pernah membeda-bedakan nasabahnya.
"Kakak, mau yang single bed atau twin bed?" Resepsionis itu dengan muka ramah dan penuh senyum.
Mayang senyum-senyum sendiri dipanggil kakak. Akhirnya, ada yang mengakui bahwa dia terlihat jauh lebih muda.
"Twin bed, Mbak." Mayang menyahut. Kamar yang sama ketika di homestay. Ranjang yang terpisah. Tidak mau dengan single bed yang artinya satu kamar.
Resepsionis itu langsung menekan tombol di keyboard komputernya. Mencari kamar yang akan di sediakan untuk mereka berdua. kamar twin sesuai dengan permintaan.
Resepsinonis meminta KTP. Mayang pun menyerahkannya. Lantas, dicocokkan data di KTP dengan data booking hotel dari Jakarta. Untuk urusan Hotel memang Mayang yang pegang, sedangkan untuk urusan pesawat Daud yang menangani.
"Baik, Kak Mayang. Kak Mayang dapat menempati kamar Sunrise Suite kami yang terletak di lantai paling atas. Kamarnya langsung menghadap pantai seminyak. Sangat bagus pemandangannya, Kak." Resepsionis menjelaskan.
"Kamarnya terbagi tiga ruang Kak. Kamar tidur, ruang tamu dan juga balcony serta kamar mandi dengan fasilitas bathtub bubble, otomatis panas dan dingin, Kak. Kami juga menyediakan fasiltas Spa dan Gym di hotel ini."
"Sarapan pagi untuk dua orang dengan menu traditional and internasional food, restoran serta cafe kami juga buka 24 jam, Kak. Room service Kakak bisa telpon kapan saja jika diperlukan." Kembali dia menjelaskan, sangat luar biasa panjang lebar.
Setelah itu, Mayang diminta untuk tanda tangan di sisi kiri vouchernya dan beberapa berkas lagi.
Setelah selesai, Bellboy yang sudah menunggu mereka sejak tadi langsung mengambil barang-barang Mayang dan Benny untuk dibawa ke kamar.
Suasana hotel sungguh luar biasa. Terlihat kolam renang yang besar sekali, menunggu mereka berenang di sana. Airnya jernih sekali. Kolamnya juga dilengkapi dengan patung Bali yang terletak di tengah-tengah.
Yang lebih unik, kolam renang itu letaknya tidak jauh dari pantai seminyak. Sehingga tinggal turun saja, sudah berubah destinasi. Mayang jadi tidak sabar membayangkan hari-hari kedepannya di hotel ini. Tentu bersama dengan pejantan ganteng Daud.
Suasananya juga tenang dan damai. Ada banyak balkoni yang menghadap langsung ke pantai.
Mereka melewati satu lorong yang dipenuhi lukisan mahal dan patung-patung ukiran mewah. Mayang dan Daud saling pandang. Dalam pikiran mereka sama-sama menganggumi tempat ini.
Hotel ini hanya terdiri dari dua lantai saja. Kamarnya terbatas. Mewah dan eksklusif.
Kamar mereka berada di lantai dua. Setibanya di lantai dua, masih terlihat pemandangan pantai seminyak yang menakjubkan. Pantai itu begitu dekat terhampar di depan mata.
Kalau dilihat lebih jauh, terlihat karang-karang besar dengan pemandangan laut lepas di belakangnya.
Bellboy langsung membuka pintu di samping kami. Bukan menggunakan kunci, tapi dengan kartu yang di gesekkan di samping pintu.
Begitu pintu dibuka, balkonnya benar-benar menghadap ke pantai lepas. Mayang mengedarkan pandangan ke sekitar. Ternyata kamar yang lain juga sama.
"Kamu suka dengan pemandangannya?" Mayang tidak menyadari Tubuh Daud berada di sampingnya.
"Suka banget." Mayang berseru. Dia lantas menoleh ke Daud. Terhenyak karena Daud tersenyum sambil menatapnya dalam.
'Tuhan, apa yang dilakukan Daud, kenapa dia menatapku begitu?'