Chereads / Aku Bukan Istri Setia / Chapter 63 - Jangan Lakukan Itu di depanku!

Chapter 63 - Jangan Lakukan Itu di depanku!

Kini, Daud terlihat merogoh celana dalamnya. Mayang sangat luar biasa deg-degan melihatnya. Dia lalu melakukan gerakan menggaruk, Cuek sekali. Tidak peduli ada Mayang di sana.

Benny berdiri. Badannya yang tinggi tegap dan gempal bak tubuh angkatan militer itu berjalan ke arah kamar mandi. Membersihkan diri, baru setelah itu berangkat.

Mereka sarapan seadanya, baru pergi ke tempat penyewaan motor. Kali ini mereka menyewa motor matic. Mayang hendak membayar kali ini, dia merasa tidak enak hati dengan Daud yang selalu membayar apapun selama di Bali. Namun sekali lagi, Daud menolak. Dengan sikap gentlemannya, dia yang mengajukan diri untuk membayar. Pria itu memiliki prinsip. Pantang cowok dibayarin cewek.

Dengan mengandalkan GPS, mereka bergerak menuju Uluwatu. Daud yang menyetir sedangkan Mayang yang di belakang sambil memegang gps. Mayang mana pernah menggunakan GPS, akibatnya mereka sering nyasar, tapi Daud tidak mempermasalahkannya. Malah tersenyum dia.

Suasana pagi masih dingin. Terang saja masih pukul lima pagi. Matahari pun masih malu-malu bersinar menemani perjalanan mereka. Melewati persawahan di Bali yang indah dan mempesona.

Dari kejauhan, terlihat beberapa wanita bali yang membawa sesajen ke arah sawah. Beriringan mereka berjalan untuk menyembah Sang Dewata.

"Daud dingin." Mayang berkata manja. Sama sekali tidak mengantisipasi dinginnya pagi itu. Seharusnya dia membawa jaket atau apalah.

"Apa?" Daud memekik. Dia yang fokus mengemudi dengan desingan angin persawahan yang mengaburkan suara jelas tidak mendengar perkataan Mayang. Bibir Mayang langsung mengerucut. Manyun.

"Bodo ah."

Daud terlihat cuek karena tidak mendengar. Mayang keheranan. Pria itu hanya menggunakan kaos tanpa lengan, tapi bisa-bisanya bersikap biasa begitu. Tidak ada tanda-tanda kedinginan. Sebenerny kulit Daud terbuat dari apa sih? Masa dingin begini tidak kerasa.

Mayang yang sudah mengginggil langsung mengalungkan tangannya ke perut Daud. Membenamkan tubuh bagian depannya dengan punggung Daud yang lebar dan keras. Bahkan terasa hangat. Ah, nyaman sekali everybody.

Daud tidak protes. Dia diam saja. Apa mungkin pria itu keenakan karena merasakan gunung Mayang jadi membiarkannya, atau karena dia terlalu fokus ke jalan?

Motor terus melaju sampai Uluwatu. Mayang mengira Uluwatu itu adalah nama sebuah pantai. Ternyata dia salah besar. Uluwatu adalah daerah dimana terdapat begitu banyak pantai. Daud yang menjelaskannya secara detail. Sudah cocok kayaknya dia menjadi pemandu wisata. Duh, pasti Daud dikerumuni wisatawan cewek atau enggak emak-emak. Membayangkannya, Mayang sebal sendiri.

"Sekarang kita menuju Blue point, pantai dengan pemandangan laut biru." Daud berkata. Mayang hanya mengangguk, karena mau menjawab juga percuma saja. Daud tidak akan dengar.

Ternyata perjalanan cukup jauh, nyaris berjam-jam. Melewati pantai-pantai padang yang menurut Daud kurang menarik. Mayang sih ikut saja, asalkan sama Daud tersayang, hehe….

Tidak sia-sia perjalanan jauh itu, hingga sampailah mereka di sebuah pemandangan yang luar biasa. Mayang turun duluan, sedangkan Daud memarkirkan motor.

Yang menjadi tujuan Daud kala itu adalah tebing. Pria itu mengajak Mayang untuk menaikinya. Sampai atas, barulah terpampang hal yang menakjubkan. Mayang tidak henti-hentinya berdecak kagum. Memperhatikan birunya laut yang luas sejauh mata memandang. Berdiri berdua di tepinya, sudah seperti pasangan suami istri saja. Memandang bawah yang menghampar kejernihan air yang biru.

Terumbu karang juga terlihat dari kejauhan..

Daud lagi-lagi mengajak Mayang untuk menyusuri tebing itu. Walaupun tanpa kata, tapi menurut Mayang so sweet banget lho. Bagaimana secara nyata, Daud memegang tangannya. Menggandengnya kemana-mana. Di tebing itu hanya ada mereka berdua. Diajak melihat pemandangan yang tersembunyi dan tidak terduga. Tidak seperti kebanyakan cowok yang sering melempar perkataan manis, Daud berbeda. Pria itu tidak menunjukan melalui lisan, dia cenderung cool dan pendiam, sekalipun slengean. Namun sekali bertindak, mampu membuat Mayang baper parah.

Sampai akhirnya mereka di bibir pantai. Menyaksikan desiran ombak yang tenang pagi itu. Tidak terlalu besar maupun keci. Sedang saja. Dan hamparan laut biru yang kehijauan sangat indah menambah keromantisan mereka.

Tak jauh dari sana juga terlihat wisatawan lokal dan asing yang berenang dan berselancar di sana,

Mereka pun mencari tempat penitipan barang.

Tidak seperti Kuta yang berpasir lembut. Di sini, pasirnya lebih gembur. Mereka harus berlari pelan supaya tidak keperosok ke dalam. Yang membuat Mayang langsung mendapatkan ide.

"Aduh!"

Kaki Mayang terperosok ke dalam. Daud yang melihatnya langsung menolong.

"Kamu enggak apa-apa?"

Ih, udah tahu terperosok masih saja ditanyain. Gendong dong. Batin Mayang menjerit. Dia terus-terusan mengaduh.

Daud pun mendengus pelan. Tanpa ba-bi-bu, langsung saja diangkat tubuh Mayang yang super seksi itu digendongannya. Mayang yang berpura-pura meringis membenamkan kepakanya ke dada gempal Daud. Asyik, dipeluk lagi. Nanti aku akan sering-sering jatuh deh, supaya terus diperhatikan Daud. Mayang terkekeh.

"Masih sakit kakinya?" Daud berucap setelah menurunkan Mayang di loker. Pria itu terlihat mengurut-urut kaki Mayang sekedarnya, karena pria itu tidak pandai mengurut.

"Iya, betul seperti itu Daud." Mayang memelas. Akal-akalan Mayang saja supaya Daud berlama-lama mau menyentuhnya. Tangan gempal itu terasa sekali mengurut-urut kakinya yang sebenernya normal-normal saja.

"Gimana sudah baikan?" Daud bertanya setelah sepuluh menit mengurut. Mayang hanya mengangguk dengan muka merah. Bukannya kesakitan, tetapi keenakan. Bagian bawahnya sampai berdenyut-denyut.

"Ya, sudah. Ganti pakaian. Taruh barang ke loker. Setelah itu, kita main ke pantai." Daud memberikan komando.

Mayang menurut. Mereka berpisah. Dan bertemu kembali di pantai.

Mereka berenang di laut lepas. Saking jernihnya air di laut itu, Mayang bisa melihat aneka kehidupan di bawahnya. Tumbuhan laut dan terumbu karang. Begitupun ikan-ikan kecil yang bersembunyi di baliknya.

"Kamu bisa berenang?" Daud bertanya-tanya.

"Bisa dong."

"Tapi kemaren kok."

"Iya, kemaren kan ombaknya besar. aku takut. Kalau sekarang kan tenang. Enak. Udah gitu jernih lagi." Mayang menjawab panjang lebar.

"Kalau begitu menyelam juga bisa dong."

Mayang terdiam sejenak. Agak takut juga.

"Tenang saja, kan ada aku."

Mayang tersenyum. Kenapa dia harus bimbang kalau ada Daud yang selalu menjaganya. Pria matang dan bertanggung jawab. Romantis lagi, walaupun pria itu tidak menyadari kalau dirinya romantis.

Setelah menyewa perlengkapan. Mereka bersiap-siap untuk menyelam. Daud turun duluan, baru setelah itu Mayang.

Mayang gerogi awalnya. Namun langsung terobati dengan melihat kehidupan di bawah laut yang begitu menakjubkan. Tadi dia hanya melihat sekilas dari atas, sekarang lebih dekat. Tentu sangat menakjubkan sekali sekaligus pengalaman yang tidak terlupakan.

Sementara, Daud terus memegangi tangannya. Membimbing Mayang untuk berenang ke tempat-tempat yang bagus. Pria itu juga memperhitungkan derasnya ombak supaya tubuh mereka tidak terseret. Pria itu jago sekali tentang kelautan. Mungkin karena kehidupan masa kecilnya dulu yang sering di laut.

Cukup lama mereka menyelam, sampai akhirnya mereka kembali muncul kepermukaan. Terlihat pemandangan cakrawala yang luar biasa pantai laut biru blue point itu. Tidak ada luarnya saja, tapi dalamnya juga amazing, apalagi ditambah dengan kehadiran Daud.

'iya, ini seperti bulan madu idamanku. Bersama pria special. Hanya aku dan dia saja. Tidak ada yang lain.' Mayang membatin. Perasaan sedih menghantuinya setelah ini, sampai di hotel seminyak nanti. Mayang tidak bisa bebas berdua-duaan dengan Daud. Ada Andini yang bisa datang kapanpun.

Setelah cukup puas, mereka kembali ke bibir pantai. Terlihat wisatawan sudah ada yang berdatangan . Ada juga yang tiduran berjemur menikmati matahari pagi.

Tidak seperti Kuta, tempat ini lumayan sepi. Sehingga sangat cocok bagi mereka yang ingin ketenangan juga romantis.

Di bibir pantai, Daud langsung merebahkan tubuh besarnya di pasir. Cuek saja ambil menerima terpaan sinar matahari. Mayang yang melihatnya agak terpana. Ya, siapa yang tidak betah melihat tubuh seksi yang pagi tadi dia curi-curi sentuh. Saking Mayang sangat berhasrat sekali. Bahkan yang ada di dalam pikirannya sekarang adalah, bagaimana dia bisa merebahkan kepalanya di gumpalan dada besar Daud. Dinina bobokan di sana. Aduh, pasti sangat nyaman sekali.