Chereads / Saat Kita Masih Kecil / Chapter 7 - Terlambat Sekolah

Chapter 7 - Terlambat Sekolah

"Haah.. ngantuk berat, nih. Aku harus cepat-cepat isi ulang persediaan kafeinku."

Aku sedang berada di toserba dekat sekolah. Tidak seperti minimarket kemarin, disini tersedia banyak bahan makanan. Aku jarang datang kesini karena berada di arah yang berlawanan dengan rumahku.

Di toserba ini ada barang spesial yang tidak bisa kudapat dari minimarket kemarin. Hal itu adalah karyawan yang cantik dan baik hati. Yah, itu mungkin terdengar agak konyol bagi kebanyakan orang. Tapi bagi remaja sehat sepertiku, hal seperti inilah yang membuat hidup lebih berwarna.

Ini juga untuk meningkatkan kadar kafeinku. Jadi hal ini sangat kusarankan bagi siapapun yang tidak memiliki motivasi belajar.

"Eh?! Kenapa Andrian ada disini?"

Oh? Tidak kusangka aku akan bertemu dengan Rika di luar sekolah, meskipun itu pernah terjadi beberapa kali.

"Tentu saja untuk belanja. Apa yang kamu lakukan disini- Ah, aku bisa menebaknya dari keranjang yang kamu bawa. Apa kamu butuh bantuan?"

"Tidak usah, aku bisa sendiri, kok. Sebaliknya, jika kamu butuh bantuanku lagi, aku akan membantumu jadi jangan sungkan, ya."

"Hmm.. Aku sih pasti gak akan sungkan sedikitpun. Jadi kamu pun jangan sungkan padaku."

Rika sedikit tersentak dengan kata-kataku. Jika dilihat lebih teliti, ketidakhadiran Mira terasa sangat baru. Akhir-akhir ini, mereka selalu bersama dan kulihat Mira adalah yang paling berinisiatif soal itu.

Aku pikir sering bersama dengan sahabat itu sangat bagus. Tapi jika kita terlalu sering bersama rasanya ada hal yang aneh dalam hal itu.

"Rika, apa akhir-akhir ini ada hal yang mengganggumu?" tanyaku sembari mengikutinya.

"Mengganggu? Kupikir tidak ada sama sekali."

"Benarkah? Bagus kalau begitu. Aku hanya merasa sedikit aneh melihat kamu dan Mira selalu bersama saat berada di sekolah. Yah.. bukan berarti aku iri atau apapun."

Rika didepanku terdiam. Hm? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?

"Hei, Rika?"

"A-ah..! Maaf tadi aku agak melamun sebentar. Aku kepikiran soal resep masakan yang ingin aku buat hari ini."

"Oh.. Aku kira aku salah bicara tadi. Jadi, apa kamu sudah tau apa saja bahan yang kamu butuhkan?"

"Ya! Bagaimana denganmu Andrian, apa kamu sudah selesai berbelanjanya?"

"Sudah. Ah! Aku lupa ingin mengembalikan buku yang telah kupinjam darimu."

"Eh.. itu bisa besok kan?"

"Tidak tidak, aku mungkin akan menghilangkannya jika terlalu lama menyimpan buku yang tidak kuingat sebagai milikku sendiri."

"Jangan hilangkan bukuku dong!" seru Rika dengan wajah cemberut.

Aku mengalihkan mukaku darinya. Terkadang Rika memiliki pesona imut yang tak terduga, jadi aku harus berhati-hati. Kalau tidak, aku akan merayunya secara tidak sadar. Memiliki genetik yang sama dengan ayahku terkadang membuatku mengalami konflik batin seperti ini.

"Ada apa? Kok kamu memalingkan wajah kamu?"

"Ng-nggak kok, pokoknya, aku ingin ngembaliin buku Rika sekarang."

"Hmph, dasar, kamu itu selalu keras kepala, ya."

"Apa maksud kamu?"

"Lupain aja soal itu. Ngomong-ngomong, aku sudah selesai berbelanja, ayo ke tempat kasir sekarang."

"Oke."

Kami menyelesaikan pembayaran di kasir, lalu aku dan Rika berpisah setelah aku mengembalikan buku yang kupinjam darinya. Saat aku menyerahkan tiga buku miliknya, dia sangat terkejut dan sedikit memarahiku karena terlalu berlebihan dalam belajar. Pagi ini juga dia menasehatiku saat melihatku mengantuk sepanjang pelajaran.

Sampai di rumah, aku disuruh tidur oleh ibuku setelah mandi. Ibuku melihat mataku yang masih terdapat kantung mata setelah kudinginkan dengan minuman dari Jihan. Aku masih merasa takjub dengan kejelian ibuku, padahal Rika tidak menyadari itu. Itu mungkin berkat kekuatan keibuan miliknya.

Hal yang sama terjadi saat aku dan ibuku makan malam. Dia dengan aura menakutkan, memberitahuku agar aku tidak bergadang atau aku akan mendapatkan hukuman.

Sejujurnya, aku sangat ketakutan dengan ibuku saat sedang marah, tentu saja aku tau dia marah karena dia sayang padaku. Tapi, jika dia marah sambil mengacungkan pisau atau garpu yang dapat memberi luka fatal, aku tidak akan ingat dengan alasan itu.

Dan akhirnya, dibawah tekanan ibuku, aku hanya berhasil mencatat satu buku catatan milik Rika dengan susah payah. Setelah itu, aku pergi tidur lebih awal dari biasanya.

***

"Akhirnya Andrian kembali menjadi dirinya sendiri!" seru Farel.

"Benar! Aku sangat takut melihatmu menjadi anak yang teladan tiba-tiba tau!" tambah Kai sembari mengeluarkan air mata palsunya.

Mereka benar-benar pandai menghibur teman mereka, ya. Ya, itu benar! Hari ini aku terlambat masuk sekolah karena tidur terlalu nyenyak. Aku tidak percaya ini semua terjadi di pekan yang sama saat aku berencana sekolah dengan benar.

Aku tidak sabar menantikan apa yang akan ibuku lakukan sepulang sekolah nanti. Pagi ini saja dia menyuruhku berlari 50km/jam agar tidak terlambat sekolah. Ibuku pasti panik sampai salah mengira kalau anaknya adalah sebuah kendaraan.

"Kalian memang sahabat setiaku. Jadi, siapa diantara kalian yang bisa ikut menemaniku ke ruang BK nanti?"

"...."

"...."

"Oi!"

"Ah! Aku ingat punya latihan tambahan untuk menguatkan otot kakiku hari ini, maaf Andrian, aku tidak bisa ikut."

"Aku juga, ada banyak adik kelas yang ingin mendengar lagu baru yang diakui oleh ayahmu. Aku tidak bisa membiarkan mereka menunggu lama."

"Sialan! Haah.. Kenapa juga aku harus terlambat sekolah. Ibuku akan sangat menakutkan malam ini. Semoga ayahku dapat menyita banyak waktu hari ini."

Kami bertiga sedang makan siang di kelas hari ini. Rika dan Mira sedang makan dengan grup perempuan mereka. Sementara itu Jihan sedang keluar entah kemana. Aku bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan.

"Oh iya, Kemana Jihan pergi? Aku tidak melihatnya sejak kembali dari kantin tadi."

"Hmm mungkin ke atap? Bukannya dia pernah bilang sedang pdkt dengan Rayhan," jawab Farel.

"Benarkah? kupikir dia hanya bercanda."

"Kau tidak bisa memacarinya jika hanya berdiam diri saja, Andrian," ucap Kai.

"Hah?! Siapa yang ingin memacarinya? Aku hanya bertanya dia berada. Bukan berarti aku selalu ingin tau dia ada dimana, oke?! Jangan salah paham!" balasku.

Sial, aku terpancing.

"Hoho.. kenapa kau harus marah-marah? Aku tidak serius saat bilang kau ingin memacarinya tau. Apa jangan-jangan..."

"Hah! Aku tidak akan terpancing dengan godaanmu kali ini."

"Sudah sudah! Kenapa kalian bertingkah seperti gadis yang suka romansa," sela Farel.

"Lagian, tidak seperti biasanya, kelas jadi lebih sepi. Apa ada sesuatu yang kulewatkan?" tanyaku.

"Apa? Kau tidak tau? 1 bulan lagi kita akan melaksanakan UTS, lho."

Sial, aku lupa. Memang benar apa yang dikatakan Farel, wali kelas kami beberapa hari yang lalu juga mengingatkan kami untuk belajar lebih giat karena hal itu.

"Apa? Sudah waktunya? Aku pikir masih dua bulan lagi."

"Apa yang kau bicarakan, Kai? Bukankah pak wali kelas sering membicarakannya akhir-akhir ini saat di kelas?" jawab ku.

"Jangan berharap dia tau itu, tentu saja orang yang sering tertidur di kelas akan berkata seperti itu."

"Hah...?! beberapa hari yang lalu Andrian juga sama denganku!"

"Yah, tapi sekarang dia sudah berubah."

"Benarkah? Kita lihat saja nanti sejauh apa 'perubahan' itu."

"Hei, kalian!!! Jangan bertengkar di kelas!!"

Ups.. nyaris saja aku ikut kedalam pertengkaran mereka. Mira dan Rika baru saja kembali dari kantin.

"Hajar saja mereka Mira! Ayo, mereka benar-benar berisik sejak tadi."

Sebelum mengetahui hukuman apa yang akan aku peroleh nanti dari guru BK, setidaknya aku harus membuat kedua temanku merasakan tinjunya Mira.

"Kau juga sama saja!"

"Ugh.."

Kenapa aku juga kena pukul?!!

***