Senyuman lebar itu terlihat di wajah manis Anggita. Entah apa yang menyebabkan, Anggit terpancar bahagia. Dia hanya memegang ponselnya sambil duduk bersandar.
"Pacar aku ganteng banget sih. Arkan... Arkan..." ujar Anggita sambil mengusap layar ponselnya dengan ibu jarinya.
Usapan itu terjeda karena panggilan masuk muncul di ponselnya.
Arkan is calling...
Tak menunggu lama lagi, Anggita langsung meng-slide tombol hijau guna menjawab panggilan Arkan- pacarnya.
"Halo, Arkan?"
Hening, pria itu tak bersuara, meski panggilan mereka kini sudah terhubung. Anggit mengerutkan kening. Gadis itu menjadi bingung dan mengecek layar ponselnya menjauhkan dari telinganya.
"Berjalan kok panggilannya."
Kembali Anggita dekatkan ponselnya dengan telinga. Anggita berulang kali mencoba memanggil nama 'Arkan', namun tetap saja tak kunjung terjawab.
"Halo. Arkan sayang... kamu kok nggak nge-jawab panggilan aku sih? Kepencet ya? Halo... Arkan?"
"Git, gue mau ngomong serius sama lo."
Kali ini, Arkan-nya bersuara. Anggita lega. Dia tersenyum sambil menimpali ucapan pria itu.
"Mau ngomong serius? Aku belum siap lo di ajak serius, masih delapan belas tahun ya... jangan gila deh," candanya.
"Gue mau kita putus."
Anggita membeku di tempat. Senyumannya yang selebar tadi, menyusut turun. Dia menjadi susah mencerna mendadak apa yang di maksud oleh Arkan.
"Kamu tadi bilang apa?"
"Anggita Deluna, gue mau putus sama lo."
Terdengar suara bas itu nampaknya kesal, dia harus mengulang mengatakan lagi apa yang dia ucapkan.
Anggita menggelengkan kepala. Dia merasa takut tiba - tiba. Tak ada angin, tak ada hujan. Hubungan mereka dua tahun ini baik - baik saja, tak pernah bertengkar yang menggeret kalimat putus sama sekali. Lalu kini...
"Arkan, aku nggak mau putus. Kita udah dua tahun. Aku nggak mau putus, aku sayang kamu Arkan," rengek Anggi menahan tangisnya.
"Gue tetep mau putus-"
"Arkan kamu kenapa sih! Nggak lucu ya main nge-prank kayak gini!"
"Dengerin gue! Gue itu cuma main - main sama lo. Seharusnya lo itu sadar, kita itu virtual. Nggak akan ada sejarahnya virtual akan bersatu, Anggi."
Anggi tetap menggelengkan kepalanya tak setuju. Dia bahkan menahan isak tangis yang akan keluar dari bibirnya, "Aku nggak mau! Aku cinta sama kamu, Arkan. Kamu juga cinta sama aku, aku tau itu."
"Gue miris sama lo. Lo itu bukan jatuh cinta sama gue, tapi sama ketikan jari gue. Gue udah akhiri ini semua, dan good bye, gue block nomor lo!"
"Arkan-"
Beep!
"Halo... halo!"
Panggilan terputus. Anggita terisak keras setelah pria itu memutuskan panggilannya dengan sepihak. Bagaimana bisa pria itu tega memutuskan hubungan mereka setelah dua tahun bersama merajut kasih.
"Hiks... hiks... Arkan, kamu jahat! Aku itu cinta sama kamu, tapi kenapa kamu malah kayak gini sih?!"
Anggita berakhir menangkup wajahnya dengan kaar dan terisak tersendu - sendu. Hubungan dia dan Arkan, benar - benar kandas...