Tiba-tiba yang aneh adalah ketika Pak Ilham tiba-tiba berjalan keluar dan bergerak menuju samping rumah. Aku keheranan dengan perilaku dari pria itu. Apakah dia linglung atau bagaimana. Tetapi aku merasa bahwa sepertinya ada keganjilan yang terjadi dengan orang itu Maka tanpa pikir panjang aku pun langsung mengikutinya dari belakang. Bukan apa-apa, aku hanya tidak ingin kalau dia sampai nyasar apalagi di belakang rumah adalah hutan bambu.
Namun ketika aku berusaha untuk mengikutinya tiba-tiba dia hilang di antara kegelapan belakang rumah itu. Jelas saja aku keheranan. Ngapain pria itu ada di belakang sana? Apakah ada sesuatu yang memang sedang dia cari di sana atau bagaimana?
Aku mengabaikannya dan kembali masuk ke rumah. di dalam rumah, Tidak lupa aku mengunci pintu supaya tidak terjadi kejadian apa-apa di sana. Memang ini adalah hal yang aneh, banyak pertanyaan yang muncul dalam otakku dalam sekejap saja. kapan Pak Ilham datang, kenapa dia bisa ada di rumah ini? Terus kenapa tingkahnya aneh sekali?
Aku memikirkannya sampai lama-kelamaan aku tertidur. Keesokan harinya, aku langsung menanyakannya langsung kepada adikku mengenai kejadian yang terjadi tadi malam. Adik mengernyit dahi dan bilang kalau Pak Ilham itu tidak pulang ke desa ini. Tapi, aku dengan bersikeras bilang kalau beliau sudah pulang karena aku melihat dengan mata kepala sendiri.
Terjadi perdebatan di situ sampai aku merasa kalah karena memang pada kenyataannya pak Ilham memang belum pulang. Kalau pulang pun pasti satu kampung tahu kabarnya karena dia dikenal sebagai pribadi yang baik hati dan suka menolong. Terlebih kedatangannya pasti disambut dengan sangat meriah sekali oleh banyak orang.
Aku jadi berfikir. Kalau semalam bukan Pak Ilham, lantas siapa? batinku kebingungan. Tapi seperti yang sudah-sudah bahwa aku tidak boleh berpikir buruk terlebih dahulu. Pasti semalam hanya mimpi. Iya pasti semalam hanya mimpi saja.
Aku kembali ke rumah itu sambil membawa makanan, tiba-tiba aku teringat dengan Franda kekasihku dari desa sebelah. Sungguh saku sangat merindukannya, tetapi ini bukan saat yang tepat bagiku untuk bertemu. Terlebih kondisi karantina seperti ini. Aku harus bersabar supaya bisa bertemu dengannya lagi.
Kami sudah ada komitmen kepernikahan. Tentu saja ini adalah motivasiku sehingga aku bisa menjadi seperti ini. Bukan soal yang bagaimana. Tetapi ini memang dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Bagaimaa tidak selama bertahun-tahun, kami berhubungan tetapi aku bekerja di luar negeri jadi kami terlibat hubungan jarak jauh. Sungguh ini tidak menyenangkan bahkan hubungan kami hampir dinyatakan kandas. Tetapi karena aku sudah berkomitmen untuk menikahinya. Maka dia pun tidak melepaskanku. Aku menjadi bahagia sekali.
Bagaimana aku lepas dari wanita itu. kalau dia sangat berarti bagiku sapaan melalui video call bisa menjadikan pertemuan kita begitu bermakna. Apalagi segalanya bisa diatur dengan sedemikian rupa. Tidak ada yang tahu bahwa semua ini hanyalah cara yang tidak banyak orang bisa lakukan. Hubungan jarak jauh memang tidak gampang dan kami berdua berjuang untuk itu.
Tidak terasa malam menjelang. Saatnya uji nyali di mulai.
Ini adalah malam yang begitu mencekam. Bagaimana tidak selain mendung yang merajai langit yang menandakan bahwa sebentar lagi turun hujan disertai petir yang kencang. sementara di luar hamparan sawah terlihat sangat gelap.
Aku jadi takut sendiri. Aku yang semula tidak takut hantu malah berpikir yang tidak-tidak. Bagaimana kalau memang terjadi kejadian yang mencekam?
Aku hanya berdoa supaya Pak Ilham tidak datang lagi. Ini sungguh sangat merepotkan andaikan dia datang. Pasti ketakutanku akan berkali-kali lipat.
Tidak berapa lama. aku terdiam tatkala ada sesuatu hal yang tidak biasa. yaitu lampu yang mendadak padam seketika. Aku langsung menjerit dan panik. seketika aku menelfon adikku untuk datang menemaniku. Gila bener-bener gila, baru saja karantina sehari sudah seperti ini bagaimana kalau dua minggu kemudian?
Aku terdiam dalam kegelapan berharap tidak ada apa-apa. Tapi rasanya aku mulai parno dan was-was mengenai kejadian yang menimpa diriku. Bukan soal bagaimana keadaan yang bisa menjadi satu dengan hal yang bisa dibilang cukup mumpuni dalam keadaan yang seperti ini. Aku yang semula bernyali besar dan menganggap bahwa Tidak ada yang namanya hantu harus takut dengan kejadian sekarang. Sungguh luar biasa. tetapi mau bagaimana lagi kalau kenyataannya ini sangat menghancurkan mentalku. Aku takut parah sekarang.
Apalagi, di luar aku mulai merasakan sekelompok orang yang begitu banyak ramai sekali bagai pasar, padahal aku yakin justru sebaliknya tidak ada siapapun di sana. Bukan tanpa alasan aku berkata seperti ini. tetapi ini memang faktanya. Tidak ada yang bisa dijadikan suatu alasan untuk bisa menjadikan ini sebuah alasan ketakutanku. Aku harus berani apapun caranya.
Sampai aku lega karena lampu kembali menyala. Aku mulai menyadari kalau keringat dikeningku banyak sekali. tubuhku juga gemetar. Kerongkonganku juga haus. Aku langsung berjalan sempoyongan menuju belakang untuk mengambil air minum. Memang ini adalah hal yang tidak biasa pada umumnya. Hanya saja aku harus bagaimana supaya mereka alias lelembut di luar sana memaklumi adanya keberadaanku.
Tanpa pikir panjang aku memutuskan untuk tertidur. Sepertinya aku terlalu parno sehingga kecapekan. Bukan soal bagaimana keadaan bisa menjadi seperti ini dengan begitu cepat. Mala mini berjalan serasa lama sekali. aku ingin sekali cepat besok. Malam-malam begitu menyiksa sementara aku tidak punya waktu lagi untuk bisa menjadikan segalanya cara yang begitu menarik perhatianku sama sekali.