Chapter 3 - Pertemanan Manis

Mereka tinggal mengontrak rumah tepat bersebelahan. Gift sebenarnya adalah adik Mafu yaitu pacar Haruhi yang telah meninggal, meraka hanya berbeda dua tahun, umur Gift sekarang 21 tahun dan Mafu 23 tahun sama seperti Haruhi, Gift menjaga Haruhi setelah kakanya meninggal.

Sejak saat itu mereka selalu bersama dimanapun. Dan Giftlah yang mengajarkan Haruhi menembak dan berlajar bela diri. 

Gift masuk kerumah Haruhi, ia melihat kamarnya yang tampak berantakan dan terlihat kertas berserakan di mana-mana. Serta keadaan cahayanya sedikit remang-remang, piring yang menumpuk, belum dicuci sama sekali.

Ruangannya begitu kotor dan membuat mata sakit saat memandang. 

"Apa-apaan tempat ini?"

"apakah ini masih layak disebut rumah? Bahkan kecowak pun enggan masuk" Gerutunya. 

Lalu ia beralih ketempat tidur Haruhi. yang membuat lebih terkejut lagi, Hingga ia hampir terjatuh kebelakang. "Apa ini lautan sampah?" Ungkapnya tak percaya. 

Ia melihat kesekelilingnya, apakah ada tempat yang bisa merebahkan Haruhi. untung saja ada satu sofa, yang hanya ada satu sampah makanan. Lalu ia membuangnya ke lantai, dan meletakkan Haruhi ke sofa. 

Setelah ia berhasil merebahkan Haruhi, ia berpikir bagaimana kalau, membereskan semua kekacauan yang ada didepannya. 

Ia lalu berdiri untuk membangkitkan semangatnya. 

Mencoba kehebatannya sambil mengambil gerakan pemanasan. 

"Ayo kita mulai!!" Serunya dengan semangat yang tak terkalahkan. 

Ia mengambil sapu, membersihkan ruangan tamu. Lalu keruangan makan, membersihkan dinding yang penuh noda, lalu mencuci piring.

Dan terakhir ia pergi ketempat tidur Haruhi, ia membereskan segala plastik makanan, dan sisa tumpahan kopi, ia juga mengganti sarung tempat tidurnya.

Dengan kekuatan secepat kilat, akhirnya Gift berhasil membersihkan semua ruangan, dalam waktu kurun satu jam. 

Dan semua kelihatan sangat berkilau sekarang. Sehingga Gift merasa dirinya hebat bisa melakukan segala Hal. 

Dan Ketika dia hendak memasukkan sampah ke tempatnya, ia teralihkan dengan kertas yang penuh coret-coretan yang ada dihapannya, lalu penasaran dengan cepat mengambilnya. 

Ia membacanya dalam hati secara perlahan. 

tertulis disitu agenda orang-orang yang dicurigai. Dan tempat terakhir yang didatangi Mafu. Dia sangat menulis sedetail mungkin, kelihatan sekali Bahwa Haruhi masih mencari pelaku pembunuhan kakaknya,sampai sekarang. 

Melihat kertas yang dipegangnnya, tampak suara tangis Gift tertahan, ia tidak dapat lagi menahan air matanya, dan terlihat kertas tersebut sudah hampir basah. 

Ia tidak ingin suara tangisnya membangunkan Haruhi, ia berjalan tertunduk, keluar dari Pintu dan memasuki rumahnya. Dibalik pintu ia menangis terisak-isak. 

Haruhi yang sudah bangun dari tadi ketika Gift menangis, ia tampak membuka setengah bola matanya, ia meletakkan tangannya kekening. "Ribut sekali!" Ujarnya. tanpa sadar air matanya jatuh dipipi. 

Siang hari yang mendung, terlihat matahari tertutup awan sehingga masih terlihat pagi. Membuat Haruhi enggan bangun, tapi tetap saja memaksakan untuk segera bangkit, dari tempat tidur yang melalaikan banyak orang. 

Haruhi bangun menggosok giginya, dengan menggaruk rambutnya, yang tampak acak-acakan. Tanpa sengaja kejadian semalam sore saat bersama Win terlintas dikepalanya, ia buru-buru membersihkan giginya, dan wajahnya, ia kedapur mencari jaket yang dipakainya semalam, dan memeriksa setiap kantong. 

Ia menghembuskan nafasnya. 

"Untung saja masih ada." Imbuhnya. 

Ia lalu mencoba membaca Kertas yang ada ditangannya dengan teliti. 

"Syarat-syarat kontrak yang bunyinya. Pertama, kita menikah hanya satu tahun saja. tidak ada sentuhan fisik, tidak ada yang boleh jatuh cinta diantara kita, dan harus tinggal dirumah yang aku berikan, selama kurun waktu yang ditentukan, kita harus bertingkah layaknya suami istri didepan semua orang, dan terakhir tidak boleh mencampuri urusan pribadi. Jika setuju kamu akan memperoleh rumah mobil dan uang 1 M semua biaya hidup akan ditanggung olehku." 

Haruhi yang membacanya tersenyum sinis. 

"Jangan jatuh cinta katanya!" Haruhi tersenyum mengejek, ia berfikir itu tidak akan terjadi. Selamanya ia akan terus mencintai Mafu. 

Tak berapa lama, Win menelepon dari ponsel yang telah diberinya. 

Tanpa menunggu lama Haruhi menjawabnya, dengan sapaan menggoda. 

"Halo tuan kaya, kenapa menelpon? Apa merindukankan ku!?" Ucapnya dengan urat malu yang sudah putus. 

"Jangan menggodaku! aku tidak akan terpengaruh." balasnya dingin. 

Haruhi tertawa mengejek. "Disini padahal sudah dingin! kenapa malah menambahnya."

Win tidak ingin mendengar candaan Haruhi lagi,ia menyuruh Haruhi untuk mengirim alamatnya, dia akan menjemput dalam waktu 30 menit kedepan. 

"Baiklah tuan kaya!" Jawabnya dengan singkat. 

Ia melihat kearah meja makan, terlihat sudah ada makanan tersaji, jelas sekali itu dari Gift, entah kenapa ia bisa masuk, Haruhi tidak memperdulikan itu.

Ia langsung menyantap makanan tersebut dengan perasaan gembira, tapi saat padangannya melihat kesudut dapur, pemikirannya teralihkan kenangan lama bersama Mafu. 

Seketika itu tangannya berhenti, ia membayangkan di dapurnya, tampak pundak seseorang pria, sedang memasak makanan kesukaan Haruhi, yaitu Mafu, yang tersenyum.

Seraya berkata. "Apakah enak?.

Haruhi mengambil satu sendok makan lauk dia memasukkan kemulutnya. "Ini enak sekali Mafu." Ucapnya dengan senyum kecut.

Begitu banyak kenangan yang mereka lakukan. Haruhi tidak peduli walaupun selalu sedih, ia tidak berniat melupakan Kenangan mereka, yang sangat berharga itu, yang membuat hidup Haruhi bahagia pada masa itu. 

TOK TOK! 

"Sebentar." Ucap Haruhi. yang ia tahu bahwa itu pasti Win, yang mengetok pintu rumahnya. 

Haruhi membuka pintunya, Ia hanya berpakaian seadanya, dengan menggunakan jaket dan celana keper hitam, dengan rambut dikucir. 

Berbanding terbalik dengan Win yang tampak rapih, dia menggunakan setelan jas perpaduan kemeja putih dan dasi warna hitam didalamnya,dia berpakaian seperti ingin mendatangi acara penting, wanginya juga sangat membuat orang bedebar ketika menciumnya. 

Win hanya terdiam, ia melirik pakaian yang dikenakan Haruhi, Tampak ia memikirkan sesuatu. 

Haruhi berfikiran bahwa Win melirik pakaiannya karena beranggapan ini pakaian yang ia pakai semalam. 

"Ini bukan pakaian semalam,sungguh!" Ucapnya membantah tatapan Win yang melihat seolah merendahkannya. 

"Apa kau yakin, berdandan seperti itu!?"Ucap Win yang tidak habis pikir.

"Kenapa, aku sangat nyaman seperti ini!" Sanggah Haruhi. 

"Disaat perjalanan kesini, cuma kau yang membuat mataku sakit!" Ejek Win dengan dingin. 

Haruhi sudah tidak tahan dengan cemoohan Win dia menutup telingannya, Win yang dengan segera menarik tangan Haruhi kemobilnya, ia memasukkan Haruhi kemobil dengan kasar. Hingga Haruhi terjungkal kedalam. 

Win melirik jam tangannya, tampak waktu masih sempat pikirnya. 

"Singgah sebentar ketoko baju!!!" ucapnya dengan Seketarisnya. Haruhi diam saja, ia tidak ingin membatah lagi yang dikatakan Win. Karena tidak ingin membuat Darahnya mendidih. 

"Bagaimana apa kau setuju?." Tanya Win sebelum mereka mendaftarkan pernikahan. 

"Ini sangat menguntungkan, bagaimana aku tidak setuju!!!" Ucap Haruhi santai. 

"Kau tidak bertanya kenapa aku ingin menikahimu?" Win sebenarnya tampak tidak ingin mengatakannya, tapi demi kepercayaan masing-masing mungkin ia bisa cerita. 

"Tidak perlu." Ia menjawab singkat dengan ekspresi hampa. 

Win tidak sengaja melihat raut wajah Haruhi seperti itu, sama seperti pertama kali mereka bertemu. Tatapan hampa itu jelas sekali terlukis di wajahnya. 

Mereka telah berada di toko pakaian, Win menyuruh Pegawai Toko untuk memilihkan pakaian yang cocok untuk Haruhi.

Haruhi sedang melihat-lihat pakaian yang tergantung, ia melirik harga masing-masing pakaian tesebut, yang membuat terkejut betapa mahalnya harganya. Ia cepat-cepat menaruh kembali ke tempatnya. 

"Hei kemari, coba ini semua!" Ucap Win yang tampak melihat ponselnya, ia mengangkat telepon dari seseorang. 

Haruhi memasuki ruang ganti, ia membuka satu persatu pakaiannya dan memakaikan gaun yang ia pegang, dia melihat kaca didepannya, betapa cantiknya dia, ia juga sering berpakaian seperti ini saat bersama Mafu. Sekarang saja dia tampak enggan untuk berdandan.

"Sudah selesai?" Tanya Win dengan pegawai toko. Yang ada disampingnya, tapi belum sempat pegawai toko tersebut berbicara, Haruhi keluar dari pintu ruang ganti dihadapan mereka. Terlihat gaun tersebut sangat cocok dibadannya, Hanya dengan satu kali mencoba pakaian saja, orang yang melihat pun menjadi pangling.

"Bagaimana apakah cocok?" Tanyanya seraya megibaskan gaun bewarna putih itu dengan panjang selutut, potongan tangannya selengan. dan belahan dada sedikit rendah, rambutnya sengaja tergerabang menambah kencantikannya.

Win yang melihat tampak pupil matanya sedikit membesar. Ia mencoba tidak mengeluarkan ekpresi terpesona, dengan mencari pengalihan berbicara ketus.