Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

PRAHARA DI KAHURIPAN

🇮🇩Uud_Bharata
--
chs / week
--
NOT RATINGS
54.1k
Views
Synopsis
Pada saat Prabu Dharmawangsa Teguh Anantawikrama dari Kerajaan Medang Kemulan merayakan pesta pernikahan kedua puterinya yaitu Dewi Sri Anantawikrama dan Dewi Laksmi dengan Pangeran Airlangga dari kerajaan Bedahulu di Bali, tiba-tiba menyerbu prajurit raja Wura-wari dari kerajaan Lwaram Dalam penyerbuan itu Prabhu Dharmawangsa Teguh dan permaisuri serta seluruh menteri dan bangsawan kerajaan tewas. Istana Watu Galuh dihancurkan. Airlangga dan kedua isterinya didampingi pelayan setianya, Mpu Narottama dan beberapa pengawal berhasil meloloskan diri dan berlindung di Gunung Prawito. Tiga tahun hidup di hutan Prawito sebagai pertapa, tahun 931 Saka Airlangga kedatangan serombongan orang dipimpin oleh beberapa pendeta untuk menyampaikan keinginan rahayat Medang agar Airlangga kembali membangun kerajaan baru meneruskan dinasti Ishyana. Dengan bantuan para pendeta, reshi dan brahmana, Airlangga menyusun kekuatan membangun kerajaan Medang. Diantara para reshi terdapat Mpu Bharada penasehat spiritual mendiang prabu Dharmawangsa Teguh, dibantu oleh Ki Ageng Loh Gawe, pertapa di Gunung Anjasmara Pada tahun 931 Saka istana Wotan Mas selesai dibangun dan Airlangga diangkat sebagai raja dengan gelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa. Kerajaan yang baru bernama Kahuripan. Atas jasanya membantu pembangunan kerajaan Kahuripan, Prabu Airlangga menghadiahkan tanah perdikan di desa Giri Lawangan kepada Ki Ageng Loh Gawe. Dalam kunjungannya ke Wotan Mas, Ki Ageng Loh Gawe mengajak muridnya bernama Ki Puger berusia 20 tahun. Mengetahui Ki Puger murid Ki Ageng Loh Gawe yang ikut membantu membangun Wotan Mas, Prabhu Airlangga meminta agar Ki Puger bersedia dinikahkan dengan sepupu raja yang bernama Dewi Centini Luh Satiwardhani atau Ni Luh Sati. Setahun setelah perkawinan itu lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Aryosetho Jayawardhana. Tahun 954 Saka atau 1032 M Giri Lawangan diserbu gerombolan pimpinan Gagak Lodra. Sehari sebelum itu Ki Puger dan keluarganya pergi meninggalkan Giri Lawangan menuju ke pertapaan Kaliwedhi untuk menghindarkan Aryosetho Jayawardhana dari penyerbuan Gagak Lodra karena ia dipilih oleh para dewa sebagai cikal bakal yang kelak akan menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa. Di Kaliwedhi Aryosetho digembleng dengan keras oleh Reshi Sethowangi. Berkat ketekunannya ia memperoleh ilmu mahadahsyat ciptaan Sang Hyang Wishnu yang bernama Bhayu Selaksha dan menerima pedang sakti Sosronenggolo Setahun kemudian Aryosetho bersama Ki Puger turun gunung membantu Prabu Airlangga merebut kembali tahta kerajaannya yang direbut oleh Ratu Arang Ghupito. Berkat perjuangannya Aryosetho berhasil membantu Prabu Airlangga merebut kembali tahta kerajaannya. Dalam perjalanan dari kraton Dhaha kembali ke Kahuripan, ia dan prajuritnya berhasil menumpas gerombolan Gagak Lodra. Selesai menjalankan tugasnya Aryosetho mengajak sahabat masa kecilnya ke Kaliwedhi menjemput calon istrinya yang bernama Dyah Ayu Rogopadmi Aninditho Prameshwari alias Dewi Condrowulan. Beberapa waktu lamanya di Kaliwedhi, Aryosetho kembali ke Giri Lawangan memboyong Dewi Condrowulan yang telah menjadi istrinya dan hidup sebagai pertapa. Setelah 93 tahun pernikahannya Dewi Condrowulan di karuniai seorang putri. Namun kebahagiaan bersama sang putri yang dinantikan selama puluhan tahun hanya berlangsung selama 40 hari, setelah hari itu Dewi Condrowulan harus menyerahkan putrinya untuk diasuh oleh orang lain seperti dirinya dulu ditemukan Reshi Sethowangi di tengah hutan. Bayi tanpa nama itu diserahkan kepada Mpu Purwo, seorang pertapa sakti yang kemudian memberinya nama Ken Dedes. Ken Dedes kelak akan melahirkan keturunannya menjadi raja besar di kerajaan Singhasari dan Majapahit. Aryosetho dan Dewi Condrowulan telah berhasil menjalankan tugas yang diberikan oleh Dewata Agung sebagai pepunden cikal bakal raja-raja besar di tanah Jawa.
VIEW MORE

Chapter 1 - TERMAKAN TIPU DAYA

Mendengar penuturan Wirojoyo, Gagak Lodra segera turun dari atas teras candi dan menghampirinya. Penampilan dan kata-kata pemuda itu ternyata berhasil menarik perhatiannya

Diamatinya Wirojoyo dengan seksama dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Jika melihat penampilan serta kemampuannya bertarung, jelas pemuda ini bukanlah orang sembarangan. Sikapnya sangat meyakinkan bahwa ia adalah seorang ksatria.

Jika benar ia berasal dari kerajaan Wengker berarti pemuda ini masih sekutu Prabhu Panudo dari Lewo dimana Gagak Lodra dan kawanannya berasal.

"Woooo, ladalah! Nasib Wengker dan Lewo ternyata sama, dihancurkan oleh Airlangga." kata Gagak Lodra tertawa keras sambil mengelus jenggotnya yang cukup panjang. Dari nada kata-katanya tersirat rasa dendam yang membara terhadap raja Kahuripan itu.

"Ingsun harus melakukan balas dendam!" teriaknya dengan suara keras membahana.

Sementara itu Wirojoyo tengah tegang dan harap-harap cemas. Jika siasatnya tidak berhasil, maka nyawanya menjadi taruhan. Namun ia bertekad, jika Mojoloyo bisa berbuat sesuatu maka dirinyapun harus bisa. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, pedang yang tergeletak di dekat kakinya terpaksa harus ia ambil. Ia akan melakukan seperti apa yang telah dilakukan Mojoloyo. Jika ia harus mati, setidaknya ia sudah membunuh prajurit Gagak Lodra. Syukur-syukur behasil membunuh Gagak Lodra yang berdiri di dekatnya.

"Hamba, Gusti. Jika Gusti berkenan, ijinkanlah hamba dan para tamtomo bergabung untuk menumpas para pengikut Prabhu Airlangga. Hamba yakin, dengan kekuatan prajurit Paduko, ditambah para tamtomo dari Wengker, pasti akan bisa mengalahkan Kahuripan." Wirojoyo berkata dengan penuh keyakinan.

Gagak Lodra mengerutkan dahi mendengar kata-kata Wirojoyo. Ia bukanlah seorang raja. Ia hanyalah seorang pemimpin gerombolan yang kerjanya merampok dan mengacau. Begitu mendapat penghormatan seperti layaknya seorang raja dari seorang pangeran kerajaan Wengker, tentu saja sangat membanggakan hatinya.

Pemuda ini bukanlah orang sembarangan, jika Gagak Lodra bisa bekerjasama dengan seorang bangsawan keponakan raja, tentu banyak keuntungan yang akan ia dapatkan.

Raja Wengker, Prabhu Wijayawarma sudah praloyo. Gagak Lodra berpikir, kemungkinan ia bisa diangkat menjadi penggantinya jika bisa menyusun kekuatan dengan sisa-sisa prajurit Wengker.

Wirojoyo yang cerdik mengetahui gelagat pada diri Gagak Lodra. Tampaknya ia mulai tertarik dengan siasat Wirojoyo, karena itu dengan kecerdikannya iapun melanjutkan siasatnya.

"Karena kerajaan Wengker sudah hancur, maka untuk membalaskan dendam pada Prabhu Airlangga dan para pengikutnya, hamba dan para tamtomo dari Wengker, mohon ijin untuk membantu Paduka menaklukkan daerah-daerah lain yang masih berada di bawah kekuasaan Kahuripan." ungkap Wirojoyo berapi-api tanpa diminta. Nada suaranya seolah ia memang punya dendam kesumat dengan raja Kahuripan tersebut.

"Daerah lain? Apa maksud siro?" tanya Gagak Lodra tampak sangat tertarik dan ingin tahu. Iapun serius mendengarkan.

"Ampun Gusti, saat ini masih banyak desa-desa yang masih di bawah kekuasaan Kahuripan, dan mereka masih setia kepada Airlangga."

"Apa apa rencana siro?"

"Ampun Gusti, mereka ini ibarat duri dalam daging bagi paduka. Dengan kekuatan para prajurit Paduka, ditambah prajurit Wengker yang tersisa, kita akan taklukkan daerah-daerah yang masih menjadi kekuasaan Kahuripan, sehingga wilayah kekuasaan Paduka kelak menjadi semakin besar." tutur Wirojoyo.

Dalam menyampaikan rencananya, tidak lupa Wirojoyo mengatur gerak-geriknya, menggerak-gerakkan tangannya seperti orang tengah berpidato untuk menimbulkan kesan meyakinkan di mata Gagak Lodra.

Mendengar penuturan serta rencana Wirojoyo yang diucapkannya dengan penuh keyakinan, Gagak Lodrapun tertawa senang. Gagasan yang diucapkan Wirijoyo saat itu tidakernah terpikirkan olehnya. Karena itu timbullah niat Gagak Lodra untuk melakukan sesuatu yang lebih besar lagi.

Ia tidak hanya ingin menduduki Giri Lawangan saja, dengan menaklukkan daerah-daerah kecil yang dahulu di bawah kekuasaan Kahuripan, maka wilayah kekuasaannya akan semakin besar bukan hanya Giri Lawangan saja, melainkan daerah sekitarnya pula.

Dengan semakin luasnya daerah kekuasaannya, maka hal itu merupakan jalan baginya untuk mendirikan sebuah kerajaan baru, dan tentunya dirinyalah yang akan menjadi raja di kerajaan baru nanti.

Bukankah Lewo nyaris hancur? Wengker dan Kahuripanpun sedang ambruk, jadi tidak ada lagi yang akan menghalangi keinginannya. Ia tidak perlu lagi kembali ke Lewo sebagai rahayat biasa. Ia akan tetap berada di daerah kekuasaannya yang baru dan tentunya sebagai raja!

Hatinya berbunga-bunga. Khayalannyapun membubung tinggi membayangkan dirinya sebagai seorang raja. Gagak Lodrapun tertawa keras karena begitu senangnya. Sungguh satu cara yang begitu mudah untuk menjadi seorang raja.

"Hua..ha..ha..ha…..Bagus, bagus. Gagasan siro sangat bagus!"

Sebagaimana diketahui, sebagian kerajaan-kerajaan di Jawa umumnya mula-mula terbentuk dari kelompok kecil, kemudian kelompok kecil itu melakukan penaklukan pada kelompok lainnya dan seterusnya, hingga kelompok kecil tadi menjadi semakin besar, dan akhirnya terbentuklah sebuah kerajaan kecil.

Ketika kerajaan kecil ini berhasil menaklukkan kerajaan kecil lainnya dan seterusnya, maka jadilah kerajaan kecil ini menjadi sebuah kerajaan besar.

Ambisi yang tiba-tiba muncul di kepala Gagak Lodra itu karena ia sadar, sebagai rahayat biasa di kerajaan Lewo, dirinya dan Raja Panudo sendiri kini nasibnya tidak jelas setelah dihancurkan oleh Kahuripan. Dari pada hidup terlunta-lunta tidak menentu tanpa tempat tinggal yang pasti, maka kesempatan ini adalah saat yang tepat untuk mewujudkan ambisi barunya, yaitu menjadi seorang raja!

Dengan kekuatan kelompoknya yang sekarang, ia sangat yakin bisa menaklukkan daerah-daerah kecil lainnya, dan menjadikan para pemuda daerah jajahannya sebagai prajuritnya yang kemudian akan ia gunakan sebagai kekuatan untuk menaklukkan daerah lainnya lagi.

Dengan demikian lambat laun daerah kekuasaannya akan semakin besar, hingga nanti terbentuklah sebuah kerajaan baru dan kelak ia akan mengangkat dirinya sebagai raja.

Sungguh suatu cara yang amat mudah untuk membangun sebuah kerajaan baru dan sekaligus menjadi raja. Semua itu diawali oleh ide brilian seorang pemuda bernama Wirojoyo itu.

"Sekarang dimana prajurit Wengker itu berada?" tanya Gagak Lodra bersemangat. Ia sudah benar-benar termakan oleh tipu daya Wirojoyo.

"Mereka sekarang bersembunyi di Alas Wingit, di Jambangan, setelah membantu Ratu Arang Ghupito menyerbu Kahuripan. Hamba disini sedang melakukan telik sandi, untuk mempelajari kekuatan Kahuripan. Jika paduka berkenan, nantinya mereka akan saya panggil kemari untuk membantu paduka menaklukkan bawahan Kahuripan sekaligus membalaskan dendam Pamanda Prabhu Wijayawarma." Setia kali Wirojoyo mengakhiri kata-katanya, ia menghaturkan sembah, suatu tradisi yang umum berlaku di kerajaan.

"Heh…heh…heh…heh… Apa rencana siro sekarang?" Gagak Lodra tertawa senang. Ia mulai termakan oleh siasat Wirojoyo yang cerdik. Siasat yang timbul dari angan-angannya selama mendekam di kerangkeng.

Sebelumnya ia merasa tidak yakin dan tidak mempunyai keberanian untuk melakukan angan-angannya. Namun ketika melihat keberanian dan kenekadan Mojoloyo adiknya, semangat dan keberanian itupun muncul. Ia merasa tidak boleh kalah dengan sikap kepahlawanan Mojoloyo. Dirinyapun mempunyai kewajiban menyelamatkan rahayat Giri Lawangan dari kehancuran total. Ide yang berasal dari angan-angan dan khayalan sebelum tidur berdasarkan cerita Ki Puger itupun ia jalankan dengan penuh keberanian dan keyakinan.

"Ampun Gusti, pertama-tama orang-orang di desa ini akan hamba latih menjadi prajurit Tamtomo Belo Projo dan sebagian lagi kita bentuk menjadi Tamtomo Garebeg yang nantinya akan kita gunakan untuk melakukan penaklukan daerah lain. Dengan demikian wilayah kekuasaan paduka akan lebih luas dalam waktu yang singkat."

"Apa itu Tamtomo Belo Projo?" tanya Gagak Lodra yang sudah terpancing semakin dalam.

"Keprajuritan dalam kerajaan itu dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing mempunyai tugas yang berbeda. Tamtomo Belo Projo, adalah prajurit yang bertugas menjaga keamanan nagari dan menjaga keselamatan raja. Sementara prajurit yang lain biasa disebut Tamtomo Garebeg, yaitu prajurit terlatih, yang akan melakukan penaklukan daerah lain. Selanjutnya para pemuda di daerah yang baru kita taklukkan akan kita jadikan prajurit pula, sehingga prajurit paduko akan berlipat jumlahnya."

"Huwa….ha…ha….Ingsun setuju. Ingsun setuju."

Gagak Lodra tertawa senang mendengar rencana yang dituturkan oleh Wirojoyo. Ia makin percaya, bahwa pemuda ini benar-benar keturunan bangsawan dari Wengker yang punya pengetahuan yang cukup luas dalam bidang keprajuritan. Seorang rahayat biasa tidak mungkin mempunyai kepandaian seperti itu.