Jantung Resty semakin berdegup kencang, kepanikan tak bisa disembunyikan dari pancaran aura wajahnya.
Jarak menuju klinik Permata semakin dekat, gemuruh di hatinya menyatu dengan ketakutan yang dahsyat.
Raga dan jiwanya serasa tak bisa bersatu melawan ada.
Logika dan hatinya pun tak bisa beradu, untuk sekedar mencari celah mengatasi masalah.
Waktu yang tak diharapkan akhirnya tiba, mereka sampai di klinik Permata tepat pukul dua siang.
"Akhirnya sampai juga," ucap Sania.
"Disini kliniknya?" tanya sang Mertua.
"Iya Mah, ayo turun yuk keburu dokter Fera praktek di rumahnya," ajak Sania.
"Kak Sania duluan aja ya. Habis ini Resty nyusul," pinta Resty.
"Oh gitu, yaudah aku sama Mama duluan ya. Noval mau ikut Mama atau ikut kami?" tanya Sania.
"Noval bareng sama Mama aja deh," jawab keponakan polosnya itu.
Sania dan mertuanya meninggal kan Resty dan anaknya di dalam mobil. Istri Fachri itu tampak girang karena berhasil mengecoh sang ipar.