Kedekatan antara Dona dan Farhan semakin tak terelakan. Selain urusan pekerjaan, niat Farhan mendapatkan sang pujiaan hati makin tak terbendung lagi. Tanpa Dona sadari rasa cintanya kepada teman semasa SMA itu semakin tumbuh dan bersemi.
Hari ini nampak langit sangatlah cerah, namun aura Dona tampak suram. Tubuhnya lemas, matanya nampak sayu, dan wajahnya pun tampak layu.
Ia menuju kantor dengan keadaan tak sehat, tak seperti biasa.
"Pagi Don, gimana dengan hubungan kita?"
tanya Farhan menghampiri Dona di ruangan nya. Ia seolah tak canggung menanyakan pertanyaan pribadi itu di pagi buta.
"Ya kan kita temenan Han," jawab Dona dengan wajah sayu nya.
"Tapi aku pengen lebih Don," kata Farhan menatap Dona.
"Han inget kamu itu udah berkeluarga, apa kata orang nanti tentang aku?" jawab Dona tertunduk lesu.
Sepertinya sang pria mulai menyadari, ada gelagat tak biasa pada Dona.
"Kamu kenapa Don? Kamu sakit?" tanya Farhan menghampiri Dona.
"Nggak apa-apa Han, kecapekan aja mungkin," jawab Dona.
Sebenarnya Dona masih syok dengan kejadian yang menimpa dirinya kemarin. Namun bibirnya enggan menceritakan kepada Farhan.
"Ke dokter yuk?" ajak Farhan.
"Nggak usah, makasih Han," tolak Dona.
Drett drett drett suara getar handphone terdengar dari dalam tas Dona. Ia pun segera meraih handphone nya dan membukanya.
"Ahhh," teriak Dona melemparkan Ponselnya. Ia terlihat syok dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tubuhnya seketika lunglai, lemas tak berdaya.
Melihat kejadian tersebut Farhan refleks memeluk Dona, Farhan pun mulai penasaran dan melihat ponsel Dona.
Betapa kagetnya ia melihat chat yang dikirim seoseorang tak di kenal itu.
"Udah Don kamu tenang ya, ini hanya orang iseng," ucap Farhan.
Sang wanita hanya bisa meneteskan air mata. Saat memeluk Dona, rasa nyaman dan tak mau kehilangan pun muncul kembali di pikiran lelaki itu.
"Apa aku harus menceraikan istriku, untuk bisa menikahimu?" tanya Farhan refleks.
Dona pun kaget dengan kata-kata Farhan, tapi badannya masih terkulai lemah ia tak sanggup berbicara lantang untuk menegaskan kepada pria di sampingnya itu.
"Han,kalau kamu sampai bercerai dengan istrimu akulah orang yang paling merasa bersalah karena telah hadir di tengah-tengah kalian, jawab Dona lemas.
"Jujur sejauh ini aku selalu mencari cara agar kita dapat selalu bersama," kata Farhan.
"Han segala sesuatu yang udah terjadi ini nggak ada yang kebetulan, semua sudah di rencanakan Tuhan termasuk istri dan anakmu itu rencana Tuhan untukmu," sanggah Dona .
"Termasuk pertemuan kita dan rasa ini juga kan? kelik Farhan.
"Iya, jawab Dona.
Seketika Farhan menatap Dona dengan pandangan penuh cinta.
Dona pun mulai gugup dengan keadaan ini.
"Don, aku serius sama hubungan ini, aku ingin menjaga kamu," kata Farhan sambil membelai rambut dan pipi Dona.
"Iya Han, aku juga sayang sama kamu tapi," kata Dona.
Belum selesai berkata, tanpa disadari Farhan mencium bibir tipis Dona
Dona pun terbawa suasana dan membalas ciuman Farhan beberapa kali. Deggg Dona pun tersadar kalau yang ia lakukan ini salah
"Udah Han," kata Dona sambil mendorong tubuh kekar Farhan.
Dona berdiri sambil mengusap bibirnya kemudian menangis menjauhi Farhan.
"Don, tunggu maaf aku khilaf," kata farhan mengejar perempuan tersebut.
"Udah han jangan begini, kita udah kejauhan," teriak Dona.
"Don aku tahu setelah kejadian ini kamu pasti bakal ngejauhin aku pasti kamu berfikir aku lelaki brengsek dan aku mohon jangan lahkukan itu ke aku," kata Farhan.
"Kamu baik Han, hanya saja aku datang disaat yang salah, aku yang salah karena telah mencintai suami orang," jawab Dona spontan sambil menangis
Farhan bahagia mendengar pernyataan yang kekuar dari bibir Dona, ternyata cintanya tak bertepuk sebelah tangan.
"Aku janji ngga akan ngulangin lagi Don, aku akan jagain kamu sayang," kata Farhan.
Dona hanya mengangguk dan tak sepatah katapun keluar dari bibirnya.
"Udah jangan nangis ya, ayo kita makan siang bentar lagi istirahat," sambung Farhan sambil mengusap air mata Dona.
Kedua nya segera mengakhiri drama tersebut, dan segera mencari tempat untuk makan siang.
Jam makan siang pun usai, mereka bergegas kembali ke kantor dan menjani aktivitas seperti biasa sampai jam pulang.
****
Setelah tiba di rumah, Dona memikirkan cara untuk dapat menghindar dari Farhan. Bukan karena tak cinta melainkan karena ia sadar akan status Farhan dan rasa bersalahnya kepada Resty. Namun apalah daya untuk saat ini sepertinya tidaklah mungkin mengingat proyek yang sedang mereka jalani bersama Mrs Renata yang sudah terlanjur di jalani.
Kriing kringgg, ponsel Dona berbunyi dan itu adalah telepon dari Farhan.
"Hallo sayang kamu udah makan?" tanya Farhan.
"Udah Han, jangan panggil gitu takut istri kamu salah paham," tegas Dona lirih.
"Nggak apa-apa orangnya tidur, aku transfer uang ke rekening kamu untuk perjalanan bisnis ke beberapa negara di Eropa ya," kata Farhan
"Hahh, nggak usah repot-repot Han, aku tau aku belum nerima uang dari proyek ini tapi aku masih ada uang untuk perjalanan aku kesana," tolak Dona.
"Ngga apa-apa Don, anggap saja ini bentuk permintaan maaf aku soal kejadian tadi," kata Farhan.
"Kamu udah banyak bantu aku selama ini," imbuh Dona.
"Kamu jaga diri ya disana, keperluan kamu untuk berangkat udah perusahaan siapkan, jangan lupa bawa baju tebel karena disana lagi musim dingin," kata Farhan.
"Iyaa Han, makasih banyak ya," ucap Dona.
"Iyaa, kamu istirahat ya siapin tenaga buat keberangkatan kamu minggu depan," kata Farhan.
"Iya, aku tutup teleponnya ya," balas Dona.
"Iya, met malem mimpi indah ya Don," kata Farhan.
Dona sedikit termenung mungkin inilah salah satu jalan untuk ia menjauh dari Farhan.
****
Teror demi teror pun menemani hari-hari Dona. Nampaknya ia mulai terbiasa mendapatkan pesan misterius tersebut.
Pagi ini Dona berniat mengunjungi sahabat-sahabat nya untuk berpamitan sebelum berangkat ke Paris.
Ia segera mengirimkan chat melalui group whatsapp, dimana group itu beranggotakan empat orang yakni Dona, Erisca, Tania, dan Yunita.
"Ladies aku mau berkunjung kerumah kalian nih, mau pamit. Besok aku udah stay ke Paris untuk urusan kerjaan," isi chat Dona.
"Oke,"'jawab echa.
"Mending kumpul dimana gitu biar sekian reuni," potong Yunita.
Ide Yunita mendapat respon baik dari semua anggota group. Merekapun menyepakati suatu restoran ternama di salah satu hotel bintang lima.
Waktu menunjukan pukul sebelas siang.
"Aku udah on the way ya," isi chat Dona.
"Oke," jawab yang lain.
Mereka berempat tiba di tempat tujuan dengan waktu yang hampir bersamaan.
Dona tiba lebih dulu di parkiran, di susul Echa dan Tania yang datang bersamaan.
"Yuk ke atas, kita milih meja," ajak Dona.
"Yups," jawab echa.
Mereka segera menuju loby dan memasuki lift untuk menuju restauran tersebut.
"Oh iya Yunita mana?" tanya Dona.
"Lagi di jalan tadi anaknya rewel gitu," jawab Tania.
Setibanya di restauran, mereka memilih meja yang paling ujung. Tak lama kemudian nampak Yunita yang anggun menggunakan mini dress menghampiri meja mereka.
"Sorry ya aku telat," kata Yunita mencium pipi sabahat-sahabatnya bergantian.
"Yuk kita pilih-pilih makanan dulu," ajak Tania.
Mereka mulai meninggalkan meja, dan melangkah menuju hidangan. Nampak banyak menu yang tersedia di restoran tersebut. Setelah memilih makanan mereka kembali ke meja.
"Oh iya Don, kamu ke Paris lama? Padahal kita baru ngumpul lho," tanya Erischa.
"Belum tahu si cha," jawab Dona.
"Sama Farhan juga Don?" sambung Yunita.
"Enggak, aku aja sih yang berangkat," jawab Dona.
"Syukurlah," ucap Yunita memegang dada.
"Emang kenapa kalau sama Farhan Ta?" tanya Tania.
"Nggak apa-apa, aku khawatir aja. Kan Farhan udah punya istri aku takut aja kalau Farhan suka lagi sama kamu Don," jawab Yunita.
Dret dret dret, obrolan mereka tiba-tiba terpotong oleh suara getar handphone Dona.
"Ahhh, mulai lagi deh," ucap Dona risau.
Melihat ekspresi Dona yang nampak kacau, ketiga sahabat nya pun panik.
"Kamu kenapa Don?" tanya Erisca.
"Aku dapat teror lagi," jawab Dona.
"Teror? Siapa yang neror kamu?" tanya Erischa lagi.
"Entahlah," ucap Dona singkat.
Teror gimana sih Don? Coba lihat Handphone kamu," pinta Tania.
Dona pun menyerahkah ponselnya kepada sahabatnya itu. Yunita juga ikut melihat isi handphone yang membuat sang sahabat mendadak panik.
Suasana pun berubah menjadi sendu, namun keempat nya berusah menghidupkan suasana senormal mungkin.