Kecemasan terlihat di wajah Nyonya Mety, rasa khawatir kembali menghampiri hatinya.
Belum lama ia bernafas lega, kini ia kembali dirundung kabar mengharukan.
Nuraninya kembali gusar, bak nestapa yang memilukan.
Gundah gulana kembali menghampiri jiwa, seolah ketenangan belum bersedia untuk bersekutu dan bersatu di genggamannya.
Pikiran nya kembali terkikis oleh rasa rancu, berpacu dengan bayangan semu, berpadu dengan rasa yang tak menentu.
Entah, semua ini hanyalah kekhawatiran yang berlebihan atau memang kepekaan rasa dari jiwa seorang ibu.
Rasa tak sabar untuk segera memberitahu sangat suami pun semakin menjadi.
"Pak Narto, cepat sedikit ya. Saya mau menyampaikan hal penting kepada suami saya."
"Baik, Bu." Sopir pribadinya itu, menambah kecepatan mobil yang dikendarainya.
"Hati-hati ya, Pak." pinta Nyonya Mety.
Kegugupan tampak sekali di wajah wanita itu, tak khayal seringkali ia menggigit jari jemarinya, serta menggigit bibir tipisnya.