Pagi yang cerah di langit ibukota Jakarta, sang mentari tersenyum ramah muncul di antara gundukan para awan yang bewarna merah. Terlihat sang CEO tampan sudah bersiap terbang menuju kota mode menyusul sang wanita pujaan. Aura bahagia tak dapat terelakan dari pancaran wajah dan mata sipitnya.
"Mas mau kemana?" tanya Resty yang melihat sang suami sudah rapi dan terlihat beberapa tas koper Farhan.
"Seperti kataku kapan hari Res, aku akan ke Paris lagi untuk menggarap project disana," jawab Farhan santai.
"Mas, kandunganku lagi bermasalah. Ini anak kamu lho, kamu tega ninggalin aku dan janin ini dalam keadaan seperti ini," gerutu Resty.
Farhan terdiam, seketika aura bahagia yang sempat terpancar berubah menjadi raut wajah penuh kebingungan dan kegundahan.
Sebagai wanita yang masih menjadi istri sah, wajar jika Resty menghalakan berbagai cara supaya suaminya tidak kembali ke Paris untuk menemui wanita lain.
"Aku minta kamu tunda dulu keberangkatan kamu itu," pinta Resty lantang.
"Tapi Res, ini penting," ucap Farhan.
Sang istri pun segera meninggalkan kamar dengan hati kesal tanpa mengindahkan ucapan sang suami. Ia tak habis pikir sang suami masih saja tak bisa meninggalkan Dona, meskipun ia telah berpura-pura hamil dan sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja .
"Res, tapi tiket dan persiapan lain nya sudah siap," teriak Farhan lantang.
"Terserah kamu deh," balas Resty dari balik pintu.
Mendengar jawaban Resty, Sang suami pun kembali bingung. Ia sudah berjanji dengan Dona untuk kembali menyusulnya hari ini. Tapi di sisi lain kondisi Resty juga tak memungkinkan untuk di tinggal sendirian. Apalagi Mama Farhan saat ini sedang berlibur ke Perancis.
*****
Di taman belakang terlihat Resty yang sedang berada dalam lamunan. Wajahnya terlihat sayu dan pilu, tatapan matanya nampak kosong.
"Res, kamu kenapa? Kok melamun disini?" tanya Papa mertua.
"Nggak apa-apa Pah," jawab Resty.
Tak sengaja sang mertua melihat Resty ketika hendak menuju taman belakang untuk bersantai sejenak sebelum berangkat ke kantor.
"Serius Res? Kamu jangan bohong sama mertua sendiri, ada apa Res? Cerita ke Papa," pinta sang mertua.
Sang mertua terus mencecar pertanyaan untuk menemukan jawaban, akhirnya Resty pun memberanikan diri berkata sesuai dengan skenario yamg sedang ia jalani.
"Mas Farhan pah, dia mau berangkat ke Paris. Padahal dia tahu kalau kandangunku sedang bermasalah." jawab Resty.
"Oh itu, nanti biar saya yang bicara sama Farhan," ucap sang mertua.
"Baik pah, terima kasih," ucap Resty.
Mendengar jawaban dari sang mertua, Resty sangat lega. Selama ini Papa mertuanya memang nampak lebih menyayangi nya dari pada Sania.
"Oh iya Pah, mama kemana ya? Kok lama liburan nya?" sambung Resty.
"Mama sama Sania sedang liburan ke luar negeri," jawab sang mertua.
Rupanya selama ini Resty tak mengetahui jika mertua dan iparnya sedang mengunjungi Dona, dan tak ada satupun anggota kekuarga yang memberitahu nya termasuk Papa mertua yang sengaja menutupinya untuk menjaga perasaan sang menantu.
Tak berapa lama sang mertua meninggalkan Resty sendiri di taman belakang.
"Papa ke dalam dulu ya Res," pamit sang Mertua.
"Iya pah, papa mau ke kantor?" tanya Resty.
"Iya Res, hari ini ada tamu dari luar negeri," jawab papa mertuanya.
"Oh gitu, hati-hati ya Pah," ucap Resty.
"Iya Res, terima kasih ya," ucap sang mertua.
Lelaki paruh baya itu pun beranjak dari kursi taman yang ia duduki.
****
Di ruang tengah nampak Farhan mondar mandir kebingungan. Sang papa yang melihat tingkah si putra bungsu nya itupun menegurnya.
"Kamu kenapa Han? Kok seperti orang kebingungan?" tanya sang Papa.
"Aku mau berangkat ke Paris pah, tapi Resty nggak kasih izin," jawab Farhan.
"Sepertinya keberangkatan kamu ke sana harus ditunda dulu. Kan kamu tahu kandungan istrimu bermasalah," sanggah sang Papa.
"Dari mana papa tahu?" tanya Farhan heran.
"Resty tadi cerita sama Papa waktu ketemu di taman belakang, mungkin dia sekarang butuh perhatian kamu," ucap Papa Farhan.
Setelah mengutarakan maksdu hati sang ayah pun bergegas menuju kantor. Sang anak masih gundah gulana menyikapi keadaan yang sedang terjadi. Tiba-tiba ia meraih ponsel di saku celana jeans nya.
Terlihat pria tampan tersebut mencoba menghubungi seseorang.
"Hallo Kak San, Kak aku bingung. Kandungan Resty bermasalah dan dia nggak gasih izin aku terbang ke Paris hari ini," ucap Farhan.
"Apa Resty hamil?" tanya Sania.
"Iya kak, sedangkan aku udah janji sama Dona akan terbang hari ini," ucap Farhan.
"Kamu yakin Han dia sedang hamil?" tanya Sania lagi.
"Yakin Kak, kemarin aku sendiri yang ngantar dia chek up," jawab Farhan.
"Yaudah deh, nanti kakak coba jelasin sama Dona, kamu sementara fokus dulu sama urusan disana lagian kami masih semingguan disini," imbuh Sania.
"Oke Kak, jangan cerita sama Dona soal kehamilan Resty ya," pinta Farhan.
"Oke, sebenarnya Kakak nggak yakin sih Resty hamil. Soalnya kata kamu kan udah nggak pernah nyentuh dia," balas Sania.
"Iya sih Kak, aku sebenarnya juga kaget," ungkap Farhan.
"Yaudah deh kamu fokus aja urusin dia, kakak mau ke tempat Dona sekarang," ucap Sania.
Farhan mencoba menelepon Kakak iparnya untuk mencari solusi. Ia merasa Kakak iparnya adalah orang yang tepat untuk di mintai pendapat tentang berbagai masalah yang sedang ia alami. Apalagi Sania adalah salah satu orang terdekat yang sering ia ajak curhat terutam tentang Dona.
****
Sedangkan ditaman belakang Resty terlihat masih kacau. Lamunan dan tetesan air mata masih menghiasi wajahnya.
Sang suami yang mengetahui keberadaan istrinya di taman belakang pun segera menghampirinya.
"Res, kamu kenapa? Aku nggak jadi pergi hari ini," seru Farhan.
"Aku sedih aja mas, kamu masih aja pengen ke Paris sedangkan keadaan calon bayi kita sedang bermasalah," ungkap Resty.
"Kan nggak jadi," sahut Farhan.
Ia pun mencoba menenangkan sang istri dengan memeluk tubuh istrinya dan mengelus
Perutnya. Tentunya semua itu ia lahkukan bukan untuk Resty tapi demi darah daging nya.
"Yaudah kamu istirahat ya," sambung Farhan.
Resty pun mengangguk sambil berkata, "Baik mas, aku kedalam dulu ya,"
"Iya, sudah jangan sedih lagi kasian anak kita," ucap Farhan.
Resty pun mengangguk dan bergegas memasuki rumah. Ia segera menuju kamar pribadinyq, dan berpura-pura beristirahat supaya sang suami tak curiga. Sang istri bahagia, akhirnya sang suami batal berangkat ke Paris.
Setelah langkah kaki istrinya mulai tak terdengar, Farhan segera menjamah ponsel di tangannya.
"Hallo Don, maaf ya hari ini aku batal ke Paris. Tapi aku usahain secepatnya aku kesana menyusul kamu," kata Farhan.
"Iya Han nggak apa-apa," kata Dona.
"Beneran kan sayang kamu nggak apa-apa?" ucap Farhan.
"Beneran sayang, kamu jaga diri ya disana," pinta Dona.
"Iya, kamu juga jaga diri dan jaga hati, jamgan aneh-aneh dan jaga kesehatan kamu," balas Farhan.
"Iya-iya, kamu juga. Awas ketahuan macem-macem," ucap Dona dengan nada memanja.
"Macem-macem apa sih, nggak ada," ucap Farhan lembut, mencoba menyaknkan wanitanya.
"Yaudah aku matiin teleponnya ya. Aku lagi bareng sama Kak Sania ini bahas kamu," kata Dona.
Sang kekasih pun menyetujui, dan mereka segera memutuskan panggilan telepon tersebut. Nampaknya Dona mulai lupa dengan tujuan utamanya menjauh dari Farhan, ia seolah terlena dengan kebesaran cinta sang CEO untuknya.
CEO tampan yang sudah beristri itu lega mendengar ucapan yang keluar dari bibir sang wanita pujaan hati. Terlihat tak sedikitpun ia peduli dengan sang istri yang selama tujuh tahun terakhir menemani perjalanan hidupnya. Di dalam pikiran serta hatinya saat ini hanya ada Dona, wanita yang ia kagumi dan cintai dari SMA.