Chereads / Kembali Kepelukan Cinta Pertama / Chapter 21 - Ide Sania Terealisasi

Chapter 21 - Ide Sania Terealisasi

Di kota Jakarta

Hari ini Farhan nampak tidak sedang berada di kantornya. Namun ia tak juga berada dirumah. Rupanya ia menemui seseorang yang disarankan oleh Iparnya. Terlihat Farhan berada di Rumah Makan pagi ini.

"Selamat pagi, dengan ibu Nara?" sapa Farhan menghampiri seorang wanita.

"Iya Pak, dengan Pak Farhan ya," jawab Nara.

"Iya bu, saya panggil Ibu atau Mbak saja? Soalnya masih muda?" canda Farhan.

"Pak Farhan bisa saja. Mbak juga boleh pak," jawab Nara tersenyem sipu.

Ternyata ia menemui seorang perawat yang akan di pekerjakan untuk merawat Resty di rumahnya. Pria tersebut mengikuti saran dari iparnya yang tak lain adalah Sania. Tentunya supaya ia bisa berangkat ke Parik secepatnya.

"Oh iya mbak, sudah di jelaskan sama Kakak ipar saya kan?" tanya Farhan.

"Iya Pak, siang ini saya akan mulai bekerja di rumah bapak sampai waktu yang dibutuhkan," jawab Nara.

"Baik Mbak Nara, saya transfer gaji Mbak di muka saja ya. Karena sore ini saya mau berangkat ke Paris," ucap Farhan.

"Baik Pak," jawab Nara menyetujui.

Setelah selesai mentransfer sejumlah uang melalui mobile banking miliknya. Pria tersebut pun segera pamit.

"Oke Mbak, sudah masuk ya. Saya pamit dulu, karena banyak urusan hari ini," pamit Farhan.

"Baik Pak, terima kasih banyak ya atas kepercayaannya," ujar Nara.

Pria tampan tersebut hanya mengangguk dan bergegas meninggalkan meja. Tak lupa ia mampir ke meja kashir untuk membayar menu yang sudah di pesan oleh Nara.

*****

Nara yang merasa sudah diberikan hak sebelum waktunya oleh Farhan, segera menuju rumah CEO tampan tersebut.

Setibanya dirumah Farhan, ia memencet bell rumah mewah tersebut. Mendengar suara bell, Asistan rumah tangga yang bernama Inajlh itupun segera membuka pintu.

"Maaf cari siapa mbak?" tanya Bi Inah.

"Cari Ibu Resty," jawab Nara.

"Silahkan masuk mbak," ucap Bi Inah.

Mereka pun segera memasuki rumah mewah tersebut.

"Sebentar ya mbak, saya panggilkan ibu dulu," ucap Bi Inah.

"Baik Bu," jawab Nara.

Asistan rumah tangga itu menuju kamar Resty untuk memberi tahu kalau ada tamu.

Tok tok tok, suara ketukan dari pintu kamar Resty.

"Siapa?" teriak Resty dari dalam kamar.

"Inah Bu, ini ada tamu nyari Ibu," ucap Bi Inah.

"Tamu? Siapa Bi perasaan aku nggak ada janji," teriak Resty lagi.

Karena penasaran Resty pun keluar kamar dan segera menuju ruang tamu.

Terlihat wanita muda duduk di kursi ruang tanu tersebut.

"Maaf, cari siapa ya?" tanya Resty.

"Dengan Ibu Resty?" tanya balik Nara.

"Iya saya sendiri," jawab Resty.

"Perkenalkan saya Nara, perawat yang di pekerjakan Pak Farhan untuk merawat ibu," kata Nara.

Mendengar ucapan Nara, istri Farhan sangat bahagia. Ternyata sang suami masih peduli padanya dan calon anak palsunya.

"Oh begitu? Kapan mulai bekerja?" tanya Resty.

"Hari ini Bu, mulai hari ini saya akan menginap disini," ucap Nara.

"Baik kalau begitu, kamu bisa tidur di kamar belakang ya," kata Resty.

"Baik bu, saya ambil barang-barang dulu, setelah itu saya kembali lagi," ucap Nara.

Resty menyetujui permintaan Nara, perawat cantik itupun bergegas menuju kostnya untuk berkemas dan mengambil barang-barang miliknya.

Resty yang masih berbahagia dalam tipu daya suaminya itu pun tak menyangaka jika usahanya mengelabui Farhan berhasil.

Saling menipu sepertinya sedang terjadi dalam rumah tangga mereka.

Resty mengelebuhi Farhan dengan kehamilan palsunya, sedangkan Farhan berpura-pura peduli kepada sang istri dengan menyewa jasa perawat.

*****

Seperti janjinya, siang ini Nara mulai bekerja di rumah Farhan. Sesampainya di depan rumah sang CEO tersebut, ia kembali menekan bel didepan pagar rumah.

"Eh Mbak Nara sudah sampai," ucap Bi Inah.

"Iya Bi, kebetulang nggak macet jadi cepet," balas Nara.

"Banyak sekali barang bawaannya. Mari Bibi bantuin bawa barangnya," ucap Bi Inah.

"Oh nggak usah Bi, takut ngrepotin," tolak Nara.

"Nggak mbak," paksa Vi Inah menarik travel bag milik Nara.

Keduanya segera memasuki rumah mewah milik keluarga Farhan.

Bi Inah mengantarkan Nara menuju kamar yang nantinya akan ia tempati.

"Terima kasih ya Bi," ucap Nara.

"Iya Mbak, istirahat dulu saja. Ibu juga sedang istirahat," ucap Bi Inah.

"Oh iya Bi. Biasanya Ibu bangun jam berapa?" tanya Nara.

"Jam tiga sampai jam empat sore Mbak," jawab Bi Inah.

Nara segera menata kamarnya, membereskan barang-barang nya, kemudian beristirahat.

****

Waktu menunjukan pukul tiga sore, mobil Farhan terlihat sudah terparkir di dalam garasi.

Rupanya Farhan tengah bersiap-siap untuk berangkat ke Paris. Ia tak kuasa menahan rindunya kepada Dona.

Matanya bak terbutakan oleh cinta, tak sedikitpun ada rasa simpati olehnya untuk istri.

Resty yang terbangun dan mendapati suaminya hendak pergi pun murka.

"Mas mau kemana? Kok bawa barang banyak sekali?" tanya Resty.

"Malam ini aku mau berangkat ke Paris dRes, urusan di sana belum kela. Aku nggak enak sama relasi bisnis yang lain," ucap Farhan tanpa beban.

Tak sedikitpun matanya mengarah memandang istrinya.

"Kamu udah aku sewakan perawat, dia akan jaga kamu disini 24 jam," sambung Farhan.

"Jadi kamu nyewa perawat buat jagain aku selama kamu pergi ke Paris?" tanya Resty lantang.

"Selama kamu membutuhkannya dia akan tetap disini," jawab Farhan.

"Aku nggak butuh siapa-siapa. Aku dan bayi ini hanya butuh kamu Mas," kilah Resty.

"Aku kesana buat kerja bukan jalan-jalan," tegas Farhan.

Pertengkaran diantara keduanya tak terelakan. Farhan tekat bulatnya tetap ingin menuju Paris, sedangkan Resty kekeuh tak mengizinkan.

"Kamu yakin niat kerja saja disana? Aku tahu Mas di Paris ada Dona," teriak Resty.

"Dona lagi, Dona lagi, ini itu urusan kerjaan, kamu tahu ini project yang aku impikan sejak lama," sangkal Farhan.

"Kenapa harus sama Dona sih Mas? Kenapa nggak sama yang lain?" bentak Resty.

Mendengar nada perkataan Resty yang menurutnya terlalu kasar, sang suami pun merasa tersinggung.

Ia pergi keluar dari kamar tanpa berucap sepatah kata pun.

Sadar sang suami merajuk, Resty berusaha menyusulnya.

"Mas aku minta maaf kalau nadaku sedikit lantang," pinta Resty.

Farhan hanya diam, menurutnya kesalahan istrinya ini adalah kesempatan emas untuknya menuju Paris.

"Aku berangkat," pamit Farhan.

"Aku tetep nggak ngizinin kamu Mas," kilah Resty.

Namun sang suami tak menghiraukan penolakan Resty. Farhan tetap pergi menuju Bandara, menggunakan taksi online yang sudah ia pesan melalui aplikasi di Handphone nya.

"Mas," teriak Resty.

"Maaf aku akan tetap pergi," ucap Farhan.

Resty sangat kecewa, ternyata dugaannya semua salah. Rencananya tak berhasil, sekarang ia paham. Sang suami menyewa jasa perawat bukan karena peduli, tapi agar ia tetap bisa berangkat ke Paris. Bahkan ketika ia histeris pun, suaminya seolah tak peduli. Ternyata Dona tetaplah segalanya untuk Farhan.

Mengetahui keadaan emosi Resty yang tak stabil. Bi Inah pun segera memberikan segelas air dan mencoba menenangkan majikannyq tersebut.

"Sudah Bu, Ibu yang tenang. Bapak kan berangkat buat kerja. Ini ibu minum dulu ya," ucap Bi Inah.

Resty hanya mengangguk. Nara yang sempat mendengar teriakan Resty pun mencoba mencari asal sumber suara tersebut.

"Ibu kenapa? Ibu lagi hamil nggak boleh stres," ucap Nara.

"Nara, apa sebelumnya kamu sudah tahu kalau kamu di pekerjakan suamiku untuk menjagaku ketika ia sedang berada di Paris?" tanya Resty panjang.

"Iya Bu, permintaan Pak Farhan seperti itu," jawab Nara.

"Kenapa kamu tidak bilang dari awal," bentak Resty kalut.

"Maaf Bu, saya kira Ibu sudah tahu," jawab Nara.

Resty pun terdiam dan meminta maaf kepada Nara karena sempat membentaknya. Menurut Resty ia tak salah, kehadiran Nara hanya dijadikan sang suami sebagai tameng dan akasan agar tetap bisa berangkat menuju Paris.