Chereads / Sang Dewa Kemarahan / Chapter 3 - part 38

Chapter 3 - part 38

"Dari ke empat penguasa dunia bawah hanya kau yang memiliki pikiran" Ujar Retha kepada Aruna.

"Mereka tidak memiliki pikiran tapi mereka patuh denganmu, dan aku tidak tahu apa yang terjadi padaku jika aku seperti mereka, apakah aku akan setia atau tidak, aku meragukannya tuan, aku sangat senang setelah sekian lama aku melihat tuan baru kita" Ujar Aruna

"Kau terlalu tidak percaya diri, tapi kau selalu yang terbaik menurutku" Puji Retha.

"Kau sungguh berlebihan, empat penguasa hanyalah julukan semata, di dunia bawah masih banyak mahluk yang sehebat diriku bahkan lebih, terlebih kata kata diriku yang terbaik sungguh perkataan yang berat karena aku tidak ada apa-apa nya di bandingkan dirinya, tapi karena pujian itu keluar dari mulut anda, aku benar benar merasa tersanjung, biarkan aku puaskan hasrat tuan baru kita" Ujar Aruna.

Dia bangkit, dia sangat berbeda dari ketiga lainnya, tubuhnya seperti manusia biasa tapi penampilannya amat sangat menyeramkan, warna kulitnya putih pucat dan di penuhi warna gelap seperti hangus terbakar, memakai jubah lusuh dan juga tubuhnya hanya setinggi seribu meter. Menggunakan sebuah tongkat penyihir yang setinggi dari ujung kaki hingga pinggangnya lalu terdapat sebuah bola bewarna gelap yang merupakan sebuah lubang hitam.

Aruna melakukan kuda-kuda serangan, dia melempar bola hitamnya dan menyedot apa saja yang ada di sekitarnya lalu bola hitam itu balik lagi bak bumerang. Tak terhitung jumlah pasukan malaikat yang terisap oleh bola hitam itu (jumlah manusia satu bumi) dan 4 juta dunia yang ada di sekitarnya.

"Kehancuran besar, tapi tak sebanding dengan kehancuran yang di ciptakan para dewa" Ujar Aruna.

Empat penguasa mengacaukan segalanya bahkan juga ikut menyulitkan slojaer dan Jevan.

"Gagal sudah rencananya, kembalilah"

"Lalu kau membiarkan kami melihat mereka mengamuk sepuasnya" Slojaer geram.

"Hentikan niatmu, kita sudah tidak bisa mengejar mereka lagi, serahkan hal itu pada pasukan yang lainnya, kau dan Jevan di butuhkan untuk rencana selanjutnya, walau cuma dua orang dari seratus tetua yang selamat, dua orang itu saja sangat penting"

"Dia benar slojaer cobalah untuk percaya pada prajurit masa depan" Jevan coba meyakinkan slojaer.

"Apa kau lupa mereka di masa lalu selamat setelah bertarung melawan salah satu dari sepuluh malaikat terkuat. Lalu habis-habisan melawan malaikat serta Sekutu yang berlevel tinggi" Slojaer segera pergi dari hadapan Jevan, tentu saja Jevan tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.

************

Volgatto dan juga Kileon terombang ambing di angkasa, terjangan cavien tadi melululantahkan area sekitarnya, tak hanya itu berapa terkejut Volgatto menyaksikan berbagai kehancuran.

Tiba-tiba ragnaril terlewat di depannya dengan tak sadarkan diri, Volgatto mencoba menyadarkannya, alhasil tujuannya pun berhasil, ragnaril akhirnya tersadar, dia tak bisa menggerakkan tubuhnya.

"Apa-apaan itu, kenapa bisa ada 4 mahluk yang besar berada tiba-tiba disini" Ujar ragnaril.

"Entahlah tapi situasinya semakin gawat" Ujar volgatto, suara ledakan pun terdengar, berbagai puing-puing pesawat angkasa pun bertebangan kesana kemari, dari atas mereka tanpa kaki cavien yang melangkah melewati mereka, tentu saja cavien hanya tertarik pada suatu hal yang besar seperti kerumunan.

"Lihatlah mahluk itu, amat sangat besar, dari auranya saja sudah tampak jelas jika dia berasal dari dunia bawah" Ujar kileon memberitahu.

"Itu tidak mungkin, dunia bawah amat sangat jauh dari sini, bahkan teleportasi seperti itu akan memakan banyak tenaga" Bantah volgatto.

"Setauku bagi para dewa dan sepuluh malaikat terkuat, tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka" Jawab kileon.

"Semua unit, segera untuk mundur dari medan pertarungan segera, susun formasi ulang" Ujar sebuah suara melalui telepati.

"Apa di saat seperti ini mereka malah menyuruh kita mundur?" Tanya volgatto heran.

"Mungkin ini adalah situasi terbaik ayo mundur biar aku yang bawa ragnaril yang terluka" Ujar kileon.

Saat hendak beranjak, volgatto tidak sengaja melihat cavien sedang mengobral abrik gerombolan pasukan malaikat lainnya, bahkan kali ini cavien mengarah ke dunia terdekat.

"Tidak akan ku biarkan!" Teriak volgatto.

Dia berlari dengan cepat, satu langkahnya berjarak 900 meter.

Disisi lain cavien sedang mau meninju pasukan malaikat yang berada di depannya.

Volgatto mendarat secara akrobatik di tangan cavien yang hendak meninju, kakinya terseret di tangan cavien sembari membelah tangannya, walau sangat dangkal tapi cavien menyadari.

Lalu volgatto melompat dengan kencang menuju ke depan ke arah wajah cavien yang hendak melihatnya.

"Duaaakkkk" Volgatto meninju ya dengan kuat hingga wajah cavien yang besar terhuyung, tapi setelah terhuyung ke arah lain, tiba-tiba saja wajah cavien kembali ke arah sebaliknya dengan kencang menuju volgatto.

Bagi cavien, tinjuan volgatto seperti anging lalu yang tidak ada rasa apa-apanya sedangkan bagi volgatto, pipi cavien seperti sebuah gunung yang di timpa di tubuhnua hingga rasanya tulang-tulangnya bukan lagi remuk atau hancur melainkan lebih parah.

Volgatto terhempas ratusan kilometer ke arah lovaza, volgatto berniat ingin mendarat di tubuh lovaza, tapi tujuannya adalah sebuah kesalahan. Sosok lovaza seperti gunung-gunung curam yang tajam.

"Besar dan juga cepat" Ujar volgatto.

Volgatto berlari dengan cepat menuju kepala lovaza melalui tubuhnya.

Lovaza yang menyadari ada partikel kecil di tubuhnya mengaktifkan sebuah kemampuan.

Sisik-sisiknya bergerak secara tidak aturan, saling bergesekan dan bisa saja membunuh volgatto dalam sekejap.

Disisi lain volgatto melihat sosok perempuan melesat dengan cepat meninju lovaza, dan dia adalah slojaer.

Lovaza terhuyung bahkan sampai tubuhnya berputar-putar.

"M-mo-moruela" Ujar lovaza, lalu melirik ke arah slojaer, slojaer yang menyadarinya pun terkejut.

"Tidak mungkin jika moruela hidup, walau sudah lama tapi aku masih mengingatnya bagaimana cecunguk itu mati dengan mengenaskan" Ujar Aruna.

"B-benar juga, s-si-apa kau?" Tanya lovaza. Tapi Slojaer tertuju pada Aruna yang menyebut moruela sebagai cecunguk.

Slojaer melesat tajam menuju Aruna, tapi tak berselang lama, lovaza berada di belakangnya menyemburkan zat asam yang bisa melarutkan tubuh slojaer, dengan cepat slojaer menciptakan petir yang bisa menyetrum lovaza.

Tapi seolah tidak ada rasa apa-apa bagi lovaza, dan ternyata itu semua hanyalah tipuan, slojaer menuju kepala lovaza, dia memegang bagian kecil dari kepala lovaza, lalu membantingnya ke mana saja, lalu slojaer menuju Aruna.

Baru 1300 kilometer dari lovaza, Tiba-tiba saja kepala lovaza sudah ada di depannya, lalu dari samping kanan slojaer tertuju sebuah badan lovaza yang menghantam dirinya.

Hantaman itu begitu keras tapi slojaer mempunyai sihir tameng yang kuat, tapi bisa di hindari, rasanya slojaer telah mencapai batas dirinya, dia mulai kehabisan tenaga.

"S-sa-sangat LEMAH!" teriak lovaza.

Lovaza merasa terhina karena telah menyebut nama moruela setelah slojaer menyerangnya.