Puluhan kali pertanyaan yang sama tertuju pada Raya. "Aku juga tak tahu di mana dia, Ayah." Dan puluhan kali juga dia memberikan jawaban yang sama.
Raya menundukkan kepalanya, dia tidak tahu lagi harus melakukan apa kali ini.
"Kenapa harus aku?" tanya Raya menunduk, dia berbicara dengan sangat lirih.
"Ca, tolong panggilkan keluarga calon mempelai prianya. Nadia, tolong jaga istri saja sebentar, saya akan berbicara dengan Raya di sini," suruh Bu Rani dengan wajahnya yang menahan amarah.
Bu Rani tidak pernah membayangkan bahwa anak perempuannya akan diperlakukan seperti ini, bagaimana bisa mempelai pria yang meminta restunya kemarin sudah berubah sekarang. Padahal hanya tinggal melakukan akad pernikahan.
Tuan Sanjaya datang bersama Nyonya Wina dan Devan menghampiri kamar Raya. Pria elegan yang terkenal dingin itu membungkukkan tubuhnya. "Tuan, saya meminta maaf karena anak kami sepertinya tidak akan datang ke sini. Kami sudah mencoba menghubunginya, tapi tidak tersambung."