Nadia melongo. "Dari mana dia tahu alamat kamu? Tunggu. Berarti waktu aku cerita tentang foto tanganmu itu, terus dia langsung datang ke rumah nenekmu? Devan emang sudah gila." Dia tak bisa membayangkan kalau Devan bisa senekat itu.
"Entahlah."
"Sudah fix. Pasti ibumu yang memberitahu. Soalnya dia bilang langsung telepon orang tuamu begitu dapat kabar dariku."
"Kamu bikin heboh orang saja. Malah diceritain ke Devan. Eh, tapi ada hikmahnya juga sih kalau dia datang lebih cepat dari perkiraanku. Sekarang bebanku juga berkurang satu 'kan?"
Nadia lagi menggigit pizzanya. "Ya, sorry. Habisnya aku enggak mau panik sendirian tahu kamu akan resign dan malah tinggal di Jogja. Lalu apa yang kalian bicarakan waktu ketemu?"
"Memangnya apa yang kamu harapkan? Kami berpelukan begitu? Aku tak mau berbicara dengannya. Bagiku hubungan kami sudah berakhir. Ditambah lagi aku harus menghormati Fatih juga 'kan yang saat itu juga sedang bersamaku."
