Alia masuk ruang tamu dengan rasa malas menyergap tubuhnya. Tapi apalah daya, dia harus menghadapinya. Toh perasaannya pada Reyhan telah hangus tak ada yang tersisa sama sekali. Jadi buat apa dia menghindar. Hanya saja sekarang dia merasa harus menjaga hati seseorang yaitu Natan. Alia terlihat sangat kurang nyaman dengan situasi ini. Tapi semoga saja dia bisa bersikap dewasa.
Alia masuk saat Sintia menyambut pria berbadan atletis itu. "Halo, Reyhan. Bagaimana kabarmu hari ini? Sudahkah siap mengajak Alia?" sapanya sembari menjabat tangan.
"Salamat siang, Tanteku. Saya dalam keadaan prima hari ini untuk membahagiakan Alia hari ini."
Sintia manggut-manggut. "Al, nikmatilah waktumu bersama Reyhan. Pulangnya jangan cepat-cepat."
"Baik, Ma," balas Alia seolah dirinya mau dijual kepada Reyhan.
Reyhan merasakan dirinya hari ini jadi pria paling beruntung. "Tante, terima kasih banyak sudah mengizinkan kami jalan bareng. Aku akan mengajaknya jalan-jalan ke tempat yang seru."