Raya segera berlari menuju kontrakannya. Hatinya benar-benar sedang sakit sekarang. Dia tak tahu lagi harus bagaimana. Namun dia pun sempat menanyakan pada diri sendiri, apa benar dia terlalu cepat menebak bahwa wanita itu adalah selingkuh Devan. Tapi tak mungkin juga Devan bisa berselingkuh darinya. Ah, bikin pusing saja.
"Ray, itu di depan ada Devan. Sana cepat temui dia," suruh Nadia yang tiba-tiba masuk ke kamar Raya.
"Ah, biar saja dia. Aku malas bicara," balasnya sembari membuka laptop dan mau mengerjakan laporan.
Nadia mengernyit. "Kalian kenapa sih? Ada masalah apa, ha? Bertengkar lagi?"
Raya hanya terdiam saja. Sedangkan Devan masih mengetok-ngetok jendela kamar kekasihnya.
"Temui dulu gih. Bicarakan baik-baik. Nggak enak sama penghuni kontrakan lain, Ray. Lagi pula, kasihan banget itu si Devan sampai ngetuk begitu."
"Ray, aku tahu kamu di dalam. Tolong bukakan pintunya." Devan masih berusaha mengetuk jendela kamarnya. "Kenapa kamu marah padaku? Apa alasannya?"