Chereads / Benang Merah Putra Mahkota / Chapter 4 - Bab 3 Scarllet Allison

Chapter 4 - Bab 3 Scarllet Allison

Hujan mengguyur kota tanpa henti sejak siang tadi. Sekarang sudah hampir setengah tujuh malam dan Scarlett masih terjebak di perpustakaan, tempatnya bekerja. Menjadi seorang penjaga perpustakaan sekaligus seorang editor freelancer salah satu rumah penerbitan membuat Scarlett merasa sangat dekat dengan buku. 

Entah sudah ada berapa ribu buka yang pernah di bacanya. Bukan-nya merasa bosan, Scarlett justru menjadi semakin cinta dengan setiap tulisan yang ada.

Scarlett jadi tahu banyak hal yang bahkan belum pernah dia jumpai. Ketika dirinya harusmenyunting kisah salah satu buku Scarlett selalu terbawa dalam suasana yang ingin disampaikan penulis. Suatu saat nanti dia berharap dapat membuka perpustakaannya sendiri.

"Hey, Scar kau belum pulang?" Amy salah satu rekannya yang juga bekerja di perpustakaan ini bertanya padanya.

"Ya, kau tau hujan sedang lebat, dan bodohnya aku lupa membawa payung." desah Scarlett frustasi.

Harusnya dia mendengar perkataan Emily tadi, salah satu teman yang ditinggal di flat yang sama dengannya. Emily sudah mengingatkannya tentang perubahan cuaca ekstrim akhir-akhir ini. Kendati begitu, Scarlett tidak mengindahkan kata-kata sahabatnya, karena kemarin dia sudah membawa payung, namun langit tak setitik pun menjatuhkan air hujan ke bumi.

"Kau boleh memakai payung milikku, kebetulan pacarku berencana menjemput malam ini, jadi kami akan pergi bersama. Oh atau kau bisa menumpang di mobilnya, kami akan mengantarmu sampai halte, bagaimana?" Kata Amy mencoba memberikan solusi. Bagaimanapun, Amy tidak bisa membiarkan Scarlett pulang terlalu malam seorang diri, terlalu beresiko.

"Ah… Aku pilih opsi yang pertama saja. Aku akan kembalikan payung mu besok." Jawab Scarlett ringan.

Rasanya Tuhan baru saja menolongnya dari kecerobohannya sendiri lewat Amy, kalau sudah seperti ini rasanya dia ingin cepat sampai ke rumah. Lagi pula hari ini jadwal Emily memasak makan malam, temannya yang berprofesi sebagai salah satu koki di restoran Prancis dengan predikat Michelin Star yang memiliki kualitas makanan tinggi dan dipastikan lezat. Jelas saja dia tidak boleh melewatkan makanan yang akan disiapkan oleh seseorang yang dia percaya akan menjadi salah satu chef ternama di masa depan.

Drttt..drttt…

Getaran ponsel di saku Amy membuat wanita itu mengecek handphonenya sekilas. Scarlett dapat melihat raut bahagia yang ditampilkan Amy saat membaca notifikasi di ponsel genggam miliknya. Sepertinya itu dari Josh, pacar Amy yang sudah satu tahun ini menjalin hubungan dengannya.

"Josh ada di depan, kau yakin tidak ingin ikut dengan kami.?" Amy memberi penawaran sekali lagi. Dan Scarlett memberinya gelengan sebagai jawabannya.

"Kau benar-benar harus mencari seorang kekasih Scar. Keberadaan mereka akan benar-benar membantumu dikeadaan seperti ini."

"Aku sudah punya kau, aku tidak perlu lagi kekasih Amy." balas Scarlett jenaka. Dan Amy hanya bisa mencebikkan bibirnya kesal. Kenapa Scarlett selalu terlihat antipati setiap disinggung masalah dengan lawan jenisnya. Apakah ini efek gadis itu terlalu lama bersosialisasi dengan buku dan bukan dengan manusia.

"Aku serius." Amy kembali berujar gemas.

"Aku juga serius Amy, lagi pula siapa juga yang mau menjadi kekasih orang sepertiku." Scarlett memasang tampang pura-pura sedih.

"Apa kau bercanda? Kau bahkan punya penggemar, lihat mahasiswa itu, Carson atau siapapun itu, dia selalu datang ke perpustakaan ini hanya untuk melihatmu.!"

"Umurnya jauh berada di bawahku Amy, dan kata siapa dia datang ke sini untuk melihatku, mungkin saja dia tipe mahasiswa yang rajin."

Mendengar penuturan Scarlett yang penuh penangkapan membuat Amy memutar bola matanya malas.

"Umur bukan masalah kau tau, bahkan sekarang ku dengar memacari cowok yang lebih muda sedang trend dikalangan perempuan. Dan untuk dia datang ke sini untuk belajar? Kau pasti bercanda, kerjaan anak itu hanya duduk diam di kursinya sambil memandangmu dengan wajah kagum. Oke mungkin ini terdengar seperti seorang maniak, tapi percayalah aku lumayan kagum dengan perjuangannya untukmu." Amy berkata panjang kali lebar. 

Menurutnya alasan Scarlett belum memiliki kekasih bukan karena tidak ada yang mau dengannya. Lagipula Scarlett itu cantik dan penuh pesona, sudah tentu banyak yang ingin menjadi pendampingnya, semua masalah ada di Scarlett sendiri. Perempuan itu terlalu membatasi lingkungan sosialnya hingga tak ada laki-laki yang mampu mendekat. Dan kalau sudah Amy ingatkan, Scarlett hanya tertawa dan mengatakan bahwa dia belum kepikiran tentang hal percintaan untuk sekarang.

"Amy kau sudah ditunggu Josh, kita bisa bicarakan ini lain kali, meskipun aku lebih suka topic kita saat membalas soal film-film menarik yang tidak banyak diketahui orang lain." Scarlett senagaja mengalihkan topik pembicaraan.

"Oh kau benar, aku sampai melupakan kekasihku karenamu" Amy menepuk jidatnya pelan. Terlalu asyik membicarakan masalah lelaki dengan Scarlett, dia sampai lupa Josh sudah menunggunya sejak tadi di mobil. Semoga saja laki-laki itu tidak marah, ya.. meskipun Amy tau Josh bukan tipe lelaki yang mudah tersulut emosi.

"Baiklah aku pulang dulu, maaf tidak bisa membantumu mengunci pintu." Scarlett memberi gelengan dan sudut pipinya naik membentuk sebuah senyum simpul. Seakan memberitahu Amy bahwa gadis itu tidak perlu khawatir dan merasa bersalah.

"Ah.. Dan tentang pembicaraan kita hari ini, kita akan melakukannya besok. Kau mengerti?" kali ini Scarlett sudah terkekeh pelan dan mengangguk berkala. Percayalah kalau dia tidak mengiyakan dengan cepat. Dapat dipastikan Amy akan tinggal lebih lama lagi. Sepeninggalan Amy, Scarlett kembali merenung.

Kekasih ya?

Sebelum ini, Scarlett tidak pernah benar-benar memikirkan perkataan orang lain tentang kesendiriannya. Tapi percakapannya dengan Amy tadi sedikit membuatnya merasa tersentil. Apakah dirinya menjadi lebih sensitif sendirian menunggu di tengah derasnya hujan. Ah…Mungkin saja?

Kadang Scarlett merasa kesal, pasalnya Carol—temannya yang lain, yang juga tinggal di satu flat bersama Emily, mengatakan bahwa mungkin Scarlett adalah seorang aseksual. Mengingat di usianya yang cukup matang gadis itu benar tidak pernah memiliki keinginan atau hasrat seksual dengan lawan jenisnya.Bukan hanya  sekedar hasrat seksual Saja, Scarlett bahkan belum pernah merasakan jatuh cinta sampai umurnya menginjak usia 24 tahun ini. Meski dirinya pernah tertarik pada beberapa lawan jenis yang pernah bersinggungan secara sosial dengannya, tapi dia belum pernah secara benar merasakan perasaan yang lebih dari sekedar rasa kagum. 

Perasaan mendebarkan danritme jantung yang berdetak lebih cepat, itulah yang sering ia dengar dari orang-orang yang sedang jatuh cinta, Scarlett sama sekali belum pernah merasakannya. Sejujurnya,Scarlett penasaran tapi juga tidak terlalu mau tau.

Oh bahkan Scarlett tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

Tapi ada yang dia lupakan, beberapa hari yang lalu saat dirinya berkunjung ke salah satu satu coffee shop favoritnya Scarlett bertemu dengan seorang pria yang menurutnya aneh karena salah mengenalinya sebagai orang lain. Meski saat bertatapan dengan onyx kelam milik lelaki itu, Scarlett yakin kalau ekspresi yang ditampilkan oleh laki-laki itu bukan ekspresi orang yang salah lihat, tapi ekspresi seseorang yang sudah lama tidak berjumpa dengan seseorang yang dikenalnya. Tapi mereka memang tidak saling mengenal, Scarlett jelas tidak tau siapa pria tampan itu.

Satu hal yang disadarinya sekarang, Scarlett merasakan perasaan aneh dalam dadanya ketika mereka bersentuhan kemarin, juga saat saling menatap ke dalam bola mata masing-masing. Ada perasaan aneh yang tak bisa ia gambarkan. Tapi satu hal Scarlett tahu itu perasaan itu baru pertama dia rasakan seumur hidupnya.

****

seharusnya Scarlett tidak banyak merenung dalam pikirannya sendiri. Sekarang bahkan sudah pukul setengah sembilan malam. Sebenarnya apa yang dipikirkan ya sejak tadi, sampai memakan waktu selama itu. Lihatlah sekarang akibat yang dirasakannya, meski jalanan masih tampak ramai karena dia tinggal disalah satu kota tersibuk di dunia,tapi tetap saja berjalan seorang diri saat kondisi gelap dan keadaan sehabis hujan yang kini hanya tersisa gerimis kecil, sama sekali bukan opsi yang bagus.

Beruntung jarak antara perpustakaan dan halte yang dia tuju tidak terlalu jauh, hanya sekitar dua ratus lima puluh meter, berjalan beberapa menit pastinya dia sudah sampai. Tapi lagi-lagi malam ini Scarlett merasa ada seseorang yang tengah mengawasi gerak-geriknya.

Sejak beberapa hari yang lalu, Scarlett selalu merasa ada seseorang yang mengawasi setiap gerak-geriknya. Meski saat matanya berpendar ke segala arah, Scarlett tidak akan menemukan apapun, tapi perasaan was-was membuatnya tak nyaman dan leluasa melakukan sesuatu.

Sama seperti sekarang, Scarlett yang mempercepat langkah kakinya bahkan dirinya sampai berlari kecil untuk mencapai tempat tujuannya. Semoga semua ini hanyalah imajinasi liarnya saja karena terlalu banyak mengkonsumsi buku berbau misteri, mungkin besok dia akan lebih banyak membaca buku tentang kehidupan dan cinta, supaya segala pikiran negatifnya tak lagi menempel erat di kepalanya.

Scarlett tidak tahu saja bahwa benar ada sepasang mata yang mengawasi gerak-gerik gadis itu sejak beberapa jam yang lalu di balik kursi kemudi sebuah mobil. Orang itu tak pernah melepaskan pandangannya dari Scarlett dan terus mengikuti ke arah mana gadis itu melangkah, mobilnya juga ia gerakan secara perlahan untuk tidak memancing curiga pada Scarlett yang sepertinya mulai menyadari gerak geriknya. Semoga saja gadis itu tidak tau dan melancarkan aksinya untuk dalam melakukan pengintaian.

Tak ada yang tahu juga, bahwa selain orang itu, ada satu lagi seseorang yang sedari tadi juga sudah mengawasi dua keduanya dalam kegelapan malam. Dia serupa bayang, namun juga memiliki aura yang tak bisa kamu bayangkan. Dia adalah perantara dan pembawa rahasia semesta yang mengingat semua peristiwa tentang benang merah yang masih terjalin sampai masa ini.