Chereads / Tears in Heaven / Chapter 20 - 20. Melanggar Peraturan

Chapter 20 - 20. Melanggar Peraturan

Seorang gadis tengah bermain air seorang diri di sungai Zhi. Gadis itu memukul-mukul air dengan pedang yang ia bawa. Setelah dihukum dan berlatih ilmu pedang, gadis itu kabur menuju sungai. Feifei memang nakal, ia menghiraukan peraturan padepokan yang tidak memperbolehkan murid keluar kalau tidak ada perburuan malam. Feifei bosan berdiam diri dan mempelajari teori dengan buku yang sangat tebal.

Feifei memegangi dadanya, gadis itu masih memikirkan bahwa dirinya mempunyai kekuatan sabre di dalam tubuhnya, tetapi karena energi dan kultivasinya rendah membuatnya tidak tahan menggunakan pedang terlalu lama. Feifei tidak pernah ingat kapan ia menanam aurum core di tubuhnya. Namun sekarang ia bisa menaruh kesimpulan kenapa saat ia kesakitan, selalu dadanya yang diserang.

Feifei menengadahkan tangan kanannya, kupu-kupu emas muncul dari tangannya. "Kakak, aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Aku ada di dekat kakak, aku mohon ijinkan aku menjadi kultivator. Aku akan membantu kakak menjaga ibu." Feifei berucap pelan, gadis itu melemparkan kupu-kupu emas ke atas. Kupu-kupu itu terbang mengepakkan sayapnya mengikuti arah mata angin. Feifei mengirimkan pesan pada kakaknya lewat kupu-kupu itu.

Semalaman Feifei mengingat kakaknya. Ia merasa bersalah dengan kakaknya karena ia pergi tanpa berpamitan, juga ia pergi dengan kabur dari kuncian kakaknya. Sudah pasti kakaknya akan khawatir padanya. Semalam saat sakit, Feifei merasakan kehadiran kakaknya. Namun saat pagi hari membuka matanya, ia tidak melihat siapa pun. Guru Lan juga mengatakan kalau semalam yang menyembuhkannya adalah pria itu.

Srekk … srekk … srek ….

Feifei menarik pedangnya tatkala suara orang berjalan terdengar di telinganya. Gadis itu melirik ke belakang, tidak ada seseorang.

"Hustt, jangan bersuara!" bisik Li Rouwan pada Li Wen yang langkah kakinya terdengar berisik. Li Wen pun menghentikan langkahnya dan merendahkan tubuhnya di semak belukar.

Li Wen merutuki Li Rouwan yang mengajaknya kabur dari padepokan untuk membuntuti Feifei. Jiwa penasaran Li Rouwan sangat akut terhadap Feifei, pria itu sangat ingin tahu apa yang dilakukan gadis cantik yang bermusuhan dengannya. Li Rouwan mendengar dengan seksama apa yang diucapkan Feifei.

Li Rouwan meremas mangga yang tadi sempat ia petik saat perjalanan, pria itu dengan usil melemparnya ke arah Feifei. Feifei mengangkat tangannya dan menangkap lemparan mangga itu dengan tepat. Li Rouwan dan Li Wen membulatkan matanya melihat Feifei yang cekatan dan tahu kalau ada yang menyerang tanpa menolehkan kepalanya.

"Sembunyi!" ajak Li Wen menarik Li Rouwan agar merendahkan tubuhnya tertutupi ilalang.

"Dasar pengecut, keluar kalian!" ujar Feifei yang membuat Li Wen dan Li Rouwan semakin bersembunyi.

"Li Wen, sejak kapan kamu menjadi pengecut seperti Li Rouwan?" tanya Feifei dengan sinis.

Li Wen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, pria itu segera keluar dari persembunyiannya dan mendatangi Feifei. Di tangan pria itu memegang buku yang sangat tebal. Li Wen ikut duduk di batu samping Feifei.

"Aku tidak bermaksud seperti itu, Feifei," ucap Li Wen menghela napasnya.

"Wah apa yang kamu bawa?" tanya Feifei menarik paksa buku yang dibawa temannya.

"Eh eh jangan … anak kecil tidak boleh membaca ini," serobot Li Wen menarik lagi bukunya.

Bagi Feifei larangan adalah perintah, gadis itu menyeringai menatap Li Wen. Li Wen yang ditatap seperti itu pun segera berdiri dan mengangkat bukunya tinggi-tinggi.

"Li Wen, serahkan sekarang atau …." Feifei semakin menyeringai.

"Feifei, jaga batasanmu!" tegur Li Wen menyembunyikan bukunya di belakang tubuhnya.

Li Rouwan mendatangi Li Wen dan Feifei, pria itu jadi penasaran dengan buku apa yang selalu dibawa saudaranya itu. Li Rouwan menarik dari belakang buku Li Wen membuat Li Wen memekik kencang.

"Feifei, aku mendapatkan bukunya," pekik Li Rouwan.

"Lempar sini!" teriak Feifei.

Li Rouwan melempar buku itu pada Feifei, Li Wen membulatkan matanya dan mengejar Feifei. Dengan cekatan Feifei berlari menghindari Li Wen.

"Li Rouwan, tangkap!" teriak Feifei melempar buku Li Wen dan melemparnya pada Li Rouwan. Li Rouwan menangkap dengan sempurna buku itu.

Saat ini Li Wen terus berteriak karena tingkah saudara dan temannya yang tengah mempermainkan bukunya. Buku itu sangat berharga untuk Li Wen, sampai sekarang pun tidak ada siapapun yang ia ijinkan membuka buku itu.

"Li Rouwan, kamu penghianat!" ujar Li Wen.

"Kamu selalu melihat barang-barangku, saat ini giliranku yang melihat barangmu," jawab Li Rouwan melempar kembali bukunya pada Feifei.

Feifei menangkapnya, gadis itu bersiap membuka bukunya, tetapi Li Wen kembali mengejar. Li Rouwan menarik kerah baju belakang Li Wen dan menghadang Li Wen agar tidak mengejar Feifei.

"Feifei, cepat buka. Apa isi buku itu!" pekik Li Rouwan.

"Feifei, jangan macam-macam kamu!" teriak Li Wen masih berusaha menyingkirkan Li Rouwan yang berada di depannya.

Li Rouwan sedikit limbung, hal itu tidak disia-siakan Li Wen untuk mengejar Feifei. Li Wen berhasil menarik kerah baju belakang Feifei yang membuat Feifei menghentikan larinya. Li Rouwan yang melihat Feifei ditarik pun balas menarik Li Wen. Jadilah ketiga murid yang tengah kabur dari padepokan itu sedang tarik menarik memperebutkan buku Li Wen.

Lan Yunxi, Su Zanghi dan Kai Wenning berjalan keluar dari padepokan. Ketiga pria itu kembali melanjutkan perjalannya untuk mendapatkan Giok Biru. Masih ada enam Giok yang harus mereka dapatkan. Suara orang berteriak dan berdebat terdengar di telinga Lan Yunxi. Lan Yunxi menghentikan jalannya, pria itu menatap ke arah sungai di mana ada ketiga muridnya yang tengah tarik menarik baju.

"Feifei!" desis Lan Yunxi berteriak marah.

Mendengar sebuah suara membuat Feifei, Li Rouwan dan Li Wen yang tengah bertengkar pun menjauhkan tubuhnya masing-masing. Feifei berdehem kecil, gadis itu mendongak melihat Lan Yunxi, Kai Wenning dan Su Zanghi yang tengah membawa pedang mereka.

"Feifei, Li Rouwan, Li Wen, apa yang kalian lakukan?" tanya Su Zanghi menahan tawanya melihat wajah Li Rouwan dan Li Wen yang tengah pucat.

"Kami … kami …."

"Kabur dari padepokan dan bertengkar di sini, dua peraturan kalian langgar bersamaan," sela Lan Yunxi dengan cepat.

"Maafkan aku guru, tapi Feifei dan Li Rouwan merampas bukuku," ucap Li Wen ingin meraih buku di tangan Feifei. Tetapi Feifei langsung menyembunyikannya.

"Kalian berdua yang cari gara-gara, aku diam tapi kalian lempar dengan mangga," jawab Feifei tidak mau mengalah.

"Kenapa jadi menyalahkanku juga?" sentak Li Rouwan.

Lan Yunxi menuruni jalanan terjal untuk menuju ke tiga muridnya yang melanggar peraturan. Selama ia berada di padepokan, tidak pernah ia melihat murid yang melanggar peraturan berkali-kali. Namun setelah Feifei masuk, sudah tidak terhitung berapa kali gadis itu melanggar peraturan yang ada.

Lan Yunxi menarik paksa buku yang dibawa Feifei. Feifei, Li Wen dan Li Rouwan membulatkan matanya melihat itu. Li Wen segera mendekati Feifei, "Feifei, gawat, buku itu isinya puisi cintaku, jangan sampai dibawa guru Lan," bisik Li Wen panik.

Feifei menatap buku itu, gadis itu mengulurkan dua jarinya dan muncul cahaya biru dari sana. Dengan sihirnya, Feifei mengubah seluruh isi buku Li Rouwan.

"Tenang, isi buku sudah aku ubah," bisik Feifei.

Tangan Lan Yunxi bergetar menatap buku yang saat ini ia bawa, matanya langsung menatap tajam ke arah Li Wen. "Li Wen!" desis Lan Yunxi menyobek-nyobek buku itu dengan amarah yang terlihat jelas di matanya.