Suasana semakin ricuh saat akar-akar di sana menyerang dengan ganas. Para kultivator itu menarik pedangnya masing-masing dan menyerang akar-akar itu. Feifei tidak bisa ikut menarik pedangnya karena ia tidak kuat menggunakannya terlalu lama, gadis itu hanya mengandalkan ilmu sihirnya dan menghindari akar-akar yang ingin membelit tubuhnya.
"Ayo serang lagi!" titah Feifei pada akar yang mengarah padanya. Saat akar itu ingin membelit tubuhnya, dengan cekatan Feifei melompat dan menghindar.
"Hahahah … aku di sini," ejek Feifei menjulurkan lidahnya. Akar itu kembali menyerang Feifei, Feifei menekan satu kakinya ke tanah dan membalikkan tubuhnya hingga gadis itu terbang dan bertengger di dahan pohon.
"Aku di tas, sini!"
Lan Yunxi memejamkan matanya mendengar semua ocehan Feifei, pria itu sulit fokus karena ulah Feifei yang bermain-main dengan akar. Mengajak Feifei menjadi kesalahan besar, bukannya menyerang dan membantu membantai habis akar-akar itu, Feifei malah mengajak akar itu untuk bermain.
"Eits tidak kena," ujar Feifei yang kini sudah turun dari pohon karena akar menyerangnya di sana.
"Feifei, apa kamu gila? Kenapa kamu malah main-main sama akar tu?" teriak Li Rouwan yang kesulitan mengatasi akar-akar itu.
"Aku ingin mengajak akar main, apa salahnya?" tanya Feifei cemberut.
"Feifei awas!" teriak Kai Wenning menarik anak panahnya dan melesatkan tepat ke akar yang akan membelit Feifei dari belakang.
Kreek!
Akar itu terputus seketika, Feifei menolehkan kepalanya, gadis itu menatap anak panah Kai Wenning yang menancap di akar. Feifei mencabut anak panah itu dan menatapnya. Ada asap hitam yang keluar dari sana.
Suara seruling semakin lama semakin jelas. Feifei memejamkan matanya sejenak untuk merasakan alunan seruling itu.
"Feifei, kamu bilang tutup telinga, kenapa kamu malah mendengarkan seruling?" pekik Li Rouwan.
Feifei membuka matanya, gadis itu merentangkan tangannya hingga cahaya biru keluar dari sana. Feifei melemparnya ke arah tiga guru dan dua temannya. Tameng biru melindungi tubuh Su Zanghi, Kai Wenning, Lan Yunxi, Li Rouwan dan Li Wen.
Lan Yunxi menyarungkan kembali pedangnya, ia menatap cahaya yang mengelilingi tubuhnya. "Feifei, apa-apaan ini?" tanya Lan Yunxi mencoba keluar dari tameng yang dibuat Feifei, tetai ia tidak bisa melakukannya.
"Feifei, kenapa kita dikurung di sini?" teriak Li Rouwan heboh. Pria itu berusaha menerobos tameng yang dibuat Feifei beberapa kali, tetapi ia tidak bisa melakukannya. Feifei mengulurkan dua jarinya dan melemparkan sihirnya ke tameng itu untuk memperkuatnya.
"Maafkan aku guru, aku harus melakukannya karena suara seruling penarik jiwa semakin kencang," ucap Feifei.
"Feifei, lalu bagaimana denganmu?" tanya Kai Wenning yang turut berusaha keluar.
"Tidak perlu khawatir, aku akan mengatasinya," jawab Feifei.
"Feifei, biarkan aku membantumu!" teriak Kai Wenning.
"Feifei, jangan keterlaluan. Kamu tidak bisa melakukannya sendiri." Lan Yunxi mendesis tajam, pria itu menatap tajam Feifei untuk mengintimidasi. Tetapi bukannya takut, Feifei malah tersenyum.
Lan Yunxi menarik pedangnya ingin menghancurkan tameng Feifei, tetapi tangannya ditahan oleh Su Zanghi. "Jangan lakukan!" titah Su Zanghi.
"Tapi Feifei-"
"Kita amati dulu," kata Su Zanghi menenangkan.
Feifei menatap teman-temannya sejenak, dirasa aman, gadis itu mengangkat serulingnya. Feifei mulai meniup serulingnya dengan alunan yang sangat merdu. Gadis itu tampak piawai menekan lubang-lubang yang ada di serulingnya. Feifei berusaha menekan suara seruling penarik jiwa. Feifei dapat merasakan kalau orang yang tengah meniup seruling penarik jiwa masih memiliki sihir yang lemah, hanya tinggal menekan saja sudah pasti kalah.
"Feifei!" teriak Lan Yunxi nyaring saat akar mulai bergerak ke arah Feifei. Feifei berjalan dengan pelan memutari pohon yang paling besar. Akar itu bergerak sanngat pelan, berbeda dengan yang tadi sangat brutal. Karena pengaruh seruling Feifei, akar itu bergerak teramat pelan mengikuti tubuh Feifei. Feifei memutari pohon beberapa kali. Akar-akar yang lain pun ikut memutari pohon seperti yang dilakukan Feifei.
Lan Yunxi menatap Feifei dengan pandangan yang sulit diartikan, pria itu nyaris tidak berkedip melihat muridnya yang selalu bertingkah sangat ajaib.
"Lihat, akar itu membelit pohon besar," pekik Li Wen. Sejak tadi pun semua mata terus menatap Feifei.
Feifei menurunkan serulingnya, gadis itu bersedakap dada menatap akar-akar yang kini tidak bisa bergerak lagi karena sudah membelit pohon dan dirinya sendiri.
"Keluarlah mahluk terkutuk!" ucap Feifei melirik ke atas pohon. Lan Yunxi menatap ke atas pohon yang mendapat lirikan Feifei. Lan Yunxi membulatkan matanya menatap seorang perempuan berada di atas pohon dengan bibir yang penuh dengan darah. Wajah perempuan itu juga pucat pasi.
Feifei menarik anak panah Kai Wenning yang tadi sempat ia selipkan ke samping tubuhnya. "Matilah kau ke neraka!" pekik Feifei menancapkan anak panah Kai Wenning ke akar itu. Seluruh akar itu langsung terbelah menjadi dua bagian dan mati tanpa sisa. Asap hitam keluar dari sana dan hilang dengan sendirinya.
Brughhh!
Seorang perempuan yang tadi bertengger pada pohon pun langsung jatuh ke tanah dengan darah, hidung dan telinga mengeluarkan darah. Li Rouwan yang melihat ity tersentak kaget, pri penakut itu memeluk Li Wen dengan erat.
"Jangan main-main dengan Feifei," ucap Feifei dengan angkuh. Feifei menatap tameng yang tengah ia buat, gadis itu merentangkan telapak tangannya ke tameng itu. Cahaya biru kembali padanya dan membuat guru serta teman-temannya bebas.
Lan Yunxi tidak bisa mendeskripsikan kekagumannya pada Feifei dengan banyak kalimat. Mau mengelak pun tetap saja kenyataannya Feifei sangat hebat. Gadis itu bisa mengatasi akar yang sangat banyak hanya dengan dirinya sendiri.
"Feifei, kamu hebat banget. Kamu bisa mengatasi sihir sendirian," puji Li Wen segera mendekati Feifei. Li Wen memutar-mutar tubuh Feifeu memastikan kalau tidak ada yang luka dari gadis itu. Saking kagumnya Li Wen dengan Feifei, Li Wen sampai melupakan fakta bahwa Feifei yang sudah membuatnya kena marah guru Lan karena Feifei yang mengubah bukunya menjadi gambar mesum.
"Turunkan tanganmu!" sebuah perintah mutlak terdengar membuat semua orang menatap ke arah sumber suara. Lann Yunxi lah yang memerintahkan Li Wen menurunkan tangannya pada Feifei. Li Wen segera melakukannya meski ia sangat kikuk.
Lan Yunxi menatap sinis Li Wen, pria itu pun menuju ke perempuan yang tengah tidak sadarkan dirinya. "Perempuan ini sudah mati," ucap Su Zanghi setelah mengamati.
"Perempuan ini belum mati. Lihat masih ada pergerakan di otot lehernya. Perempuan itu hanya kehilangan kesadaran sihirnya," jelas Feifei menunjuk leher perempuan itu dengan anak panah Kai Wenning.
"Apa kita perlu membawanya untuk mengetahui siapa yang mengendalikannya?" tanya Lan Yunxi pada Su Zanghi.
Su Zanghi menimang sejenak, saat ia akan membuka suaranya, suara Feifei lebih dahulu menyelanya.
"Jangan, tidak ada gunanya kita membawa perempuan ini. Kalau kita bawa ke padepokan, kita yang terkena jebakan. Orang tanpa identitas dan tanpa asal usul yang jelas bisa jadi mata-mata saat memasuki padepokan," ujar Feifei.
"Kamu juga tanpa identitas kalau kamu lupa," ejek Li Rouwan.
Feifei menatap Li Rouwan dengan garang, gadis itu menjambak rambut temannya dengan kencang membuat Li Rouwan mengaduh kesakitan.
"Aku datang bukan untuk jadi mata-mata, tapi untuk jadi murid guru Lan," aku Feifei memeluk tangan Lan Yunxi dengan erat. Semua mata terkesiap menatap tingkah Feifei. Lan Yunxi terdiam, pria itu menatap tangannya yang dicekal Feifei dengan pandangan yang sulit di artikan.