"Advokat," suara Salim terdengar begitu mantap dan penuh percaya diri.
"Ad... Apa?" Arsia tergagap dengan suara rendah. Segera dia menoleh ke arah Salim. Wajahnya penuh kebingungan bercampur keterkejutan. Mulutnya hingga terbuka membentuk huruf 'o' kecil.
Salim menemukan pandangannya dengan Arsia.
'Kau lihat? Aku bukan pengangguran. Kau tidak perlu khawatir', kata Salim melalui sorot matanya.
Senyuman kembali tersemat di wajahnya. Namun kali ini senyumnya penuh kebanggaan, bukan sekedar untuk menenangkan Arsia. Dalam hatinya Salim merasa senang karena akhirnya dapat sedikit demi sedikit 'memperkenalkan' dirinya kepada calon istrinya tersebut.
'Aku tidak peduli orang lain mengenaliku atau tidak. Yang terpenting bagiku adalah kau mengetahui siapa diriku', ucap Salim dalam hatinya, dengan netranya yang terpaku lurus pada mata hitam indah milik gadisnya.