Calista memeluk Dewa dari belakang,pasalnya setelah mereka pulang dari makan siang Dewa terlihat murung dan sedang memikirkan sesuatu.
Dewa membalikkan tubuhnya,dan membalas pelukan Tiara dengan erat. ia membayangkan orang yang dalam pelukanya adalah Tiara,sungguh bayangan Tiara yang sedang kesakitan tadi selalu muncul dalam pikiranya.
"sayang kamu kenapa,kok terlihat murung?" tanya Calista setelah hening melanda.
Dewa hanya tersenyum,mencium puncak kepala sang kekasih.
"kalau ada masalah cerita,jangan di pendam sendiri siapa tahu aku bisa bantu."
Dewa mengangkat tubuh Calista dalam gendongannya. dibawanya Calista di atas ranjang untuk rebahan. ia akan menidurkan Calista terlebih dahulu setelah itu ia ingin menanyakan kepada Leo perihal Tiara.
"tidak perlu menghawatirkan ku sayang,lebih baik kita tidur aku hanya kelelahan karena pekerjaan yang tak ada habisnya." ucapnya sambil memeluk Calista.
"emmmm....baiklah aku juga tak ingin kau sakit." ucap Calista sambil membalas pelukan Dewa yang terasa sangat hangat.
🥀🥀🥀🥀🥀
hiks....hiks...hiks...
Samar Dewa mendengar seseorang menangis ,ia melihat kesekeliling.
"Taman?bukankah tadi aku berada di apartemen kenapa bisa aku disini?" gumam Dewa setelah menyadari dimana dia Sekarang.
hiks...hiks...hiks...
suara tangisan itu terdengar lagi di telinga Dewa,tapi sekarang lebih jelas dari pada yang tadi.
dia mencari dimana sumber suara,dia melihat seorang perempuan yang sedang duduk sembari menekuk kakinya dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua kakinya. perempuan itu yang sedang menangis tersedu
Dewa berjalan mendekati perempuan yang tengah menangis sendirian di taman yang luas ini. ia menepuk pundak perempuan yang tengah menangis itu.
merasa ada yang menyentuhnya sontak ia pun mendongak menatap orang yang tengah menyentuh pundaknya.
Dewa sangat terkejut melihat siap yang tengah menangis itu,
"Ti-Tiara,kemu kenapa?"
Tiara bangkit dari duduknya,ia hendak pergi meninggalkan Dewa,tetapi Dewa dengan sigap menarik pergelangan Tiara yang hendak meninggalkanya.
"tunggu..." ucap Dewa setelah Tiara berhasil menghempas cekalan Dewa. Tiara terus berlari tanpa menghiraukan Tiara.
"tungguuuu....." ucap Dewa berteriak.
Dewa tersadar dari tidurnya,
"ternyata hanya mimpi." gumamnya setelah ia tersadar kalau itu hanya mimpi. ia melihat jam diatas nakas,masih pukul dua belas malam.
Dewa melihat kesampingnya dilihatnya Calista yang tidur terlelap sambil memeluk dirinya erat,ia memandangi wajah cantik Calista. kemudian ia teringat tentang mimpinya tadi,Tiara yang sedang menangis. dengan pelan ia menyingkirkan tangan Calista yang melingkar di perutnya agar Calista tak ikut terbangun.
Dewa berjalan menuju balkon sambil menekan nomor Leo, dia mengunjungi Leo tanpa melihat jam berapa sekarang.
"hallo tuan." sapa Leo
"Leo dimana Tiara?"
"saya tidak tahu tuan."
"apa maksudmu,bukankah aku menyuruhmu mengantarnya ke rumah yang sudah aku belikan? dan aku juga sudah memberinya black card,dan beberapa tabungan untuknya, apa kau tak memberikanya?" tanya Dewa,dia mulai penasaran karena dia melihat Tiara bekerja,bukankah semua pemberiannya itu lebih dari cukup?
"maaf tuan,sebenarya saya sudah mengantarkan nyonya Tiara kerumah yang anda hadiahkan untuknya,dan sudah memberikan kartu Black card dan beberapa buku tabungan sepeti yang sudah tuan Dewa perintahkan. tetapi beberapa Minggu yang kalau nyonya pamit untuk pergi liburan,tetapi sampai sekarang belum kembali."
"apa kau tak mencarinya?"
"tidak tuan,kenapa apa saya harus mencarinya?untuk apa,bukankah itu sudah bukan urusan anda lagi setelah anda membuang wanita yang tak bersalah itu?"
memang Leo sedikit berubah setelah Dewa mencampakkan Tiara,tetapi ia tak menghiraukan sikap Leo yang telah berubah.
"baiklah tidak usah mencarinya,biarkan dia hidup bebas."
"hmmm...baguslah jika anda tak berniat untuk menganggu nyonya Tiara lagi. apa ada lagi tuan?"
"tidak ada." Dewa memutuskan sambungan telponya tanpa permisi. dia sangat kesal karena Leo tidak mengetahui kenapa Tiara meninggalkan rumah pemberiannya,dan Leo mengingatkannya kalau dia sudah membuang Tiara dan jangan mengagnggunya lagi.
🥀🥀🥀🥀
Dewa terbangun dari tidurnya setelah mendengar alarm ponselnya berbunyi.ia meraih ponselnya dan melihat jam berapa sekarang masih pukul tujuh pagi,ia melihat ke arah Calista yang masih setia tertidur.ia tak ingin mengingat Tiara lagi,ia mencoba membuka hatinya untuk Calista lagi.
di belai wajah calista,ditatapnya wajah cantik itu dengan lembut,dia mengecup sekilas bibir Calista.
"maafkan aku,karena sudah memikirkan wanita lain.aku berjanji tidak akan ada wanita lain selain kamu." ucapnya.
setelah mengucapkan itu Dewa lebih memilih untuk mengguyur tubuhnya berharap bayangan Tiara akan menghilang bersama air yang mengalir ditubuhnya.
setelah selesai dia memasuki walk in closet,untuk mencari bajunya. setelah selasai ia keluar menuju dapur di sana sudah terhidang sarapan dan secangkir kopi.
"selamat pagi tuan." sapa Bi Ani art yang di tugaskan untuk mengurus apartemen Calista.
Dewa hanya berdehem dan duduk untuk menikmati sandwich dan segelas kopinya.
Ting...
bunyi ponsel Dewa mengalihkanya dari kopi yang mengepul. ia meraih gawainya melihat pesan ada sebuah pesan.
Dewa mencengkram erat ponsel yang di pegangnya sembari menahan amarahnya.
Calista...
teriknya mengglegar....
Calista yang kaget Dewa berteriak seketika bangun mencari sang kekasih yang terlihat marah.
🥀🥀🥀🥀🥀
di lain tempat Tiara sedang berjuang memuntahkan isi perutnya,tetapi nihil hanya cairan bening yang keluar.
dengan tertatih Tiara keluar dari kamar mandi,perlahan ia mendudukkan tubuhnya di atas ranjangnya,sungguh ini sangat menyiksanya apa lagi tidak ada seorangpun yang menemaninya. ia teringat tentang pertemuannya dengan Dewa, sungguh rasanya ia ingin memeluk lelaki itu,tetapi ia tak bisa apa-apa dia hanya bisa diam dan menahan segala rasa yang ada di dadanya.
"seandainya kamu tahu aku hamil anakmu,apa kamu akan semangat atau justru menyuruhku untuk menggugurkannya?" tanyanya pada diri sendiri.
"apa aku kerumah kakek saja ya?aku takut Dewa akan tahu kalau aku hamil apalagi sepertinya dokter Arya mengenalnya. tenang saja sayang mama akan membawamu ketempat yang jauh lebih aman,dan maaf kalau mama menjauhkanmu dari papamu." ucap Tiara mengelus perutnya yang masih rata."
Ting...tong...
bel pintu berbunyi menandakan ada orang yang datang kerumahnya. Tiara berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang telah datang pagi-pagi begini.
Tiara membuka pintu,matanya melotot melihat siapa yang datang,
"dokter Arya kenapa disini? ah..maksudku bagaimana bisa tahu rumahku?"
"apa kau takkan menyuruh tamumu masuk?"
"ah...mari silahkan masuk dokter."
Arya masuk kedalam rumah Tiara yang sederhana tetapi nyaman untuk di tempati.
"silahkan duduk dokter,saya akan bikinkan teh hangat dulu."
Tiara berlalu ke dapur untuk membuatkan dokternya itu teh hangat
"ada apa ya dokter Arya pagi-pagi sudah kesini?" berbagai pertanyaan muncul di otak kecil Tiara.