Tiara membawa teh hangat yang dibuatnya ke ruang tamu.
"ini dokter tehnya." ucap Tiara lalu mendudukan bokongnya di sofa single yang berhadapan dengan Arya.
Arya mengangguk,dan mengambil teh yang dibuat Tiara lalu meminumnya.
"kamu terlihat pucat,apa kamu masih mengalami morning sicnes?"
Tiara hanya mengangguk,
"sekarang katakan kenapa dokter bisa ada disini?" tanya Tiara mengintimidasi.
Arya langsung salah tingkah dengan pertanyaan Tiara,dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"emmmm..... sebenarnya saya kesini ingin pergi kerumah teman saya,dia memberikan alamat rumah ini,setelah saya memencet bel ternyata kamu yang membuka pintu, akhirnya saya mampir saja sekalian mungkin saya salah rumah." ucapnya jujur
"boleh saya lihat alamat teman anda?" tanya Tiara,ia ingin membuktikan kalau Arya ini tidak mengada-ada alias modus.
Arya lalu mengangguk dan mengambil ponselnya di tas yang ia pakai,lalu ia mencari alamat yang semalam temanya berikan.
"ini lihatlah,bukankah ini alamat rumah ini?" ucap Arya sambil menyodorkan ponselnya agar Tiara bisa melihat dan tak mencurigainya kalau dirinya telah mengikutinya.
Tiara mengambil ponsel milik Arya kalau melihat alamat temanya itu.alisnya mengerut ia berfikir sejenak.
"memang alamatnya disini dokter,tapi ini nomor rumahnya beda,disebelah rumah saya ini baru rumah teman dokter,jadi dokter salah alamat." ucap Tiara sambil mengembalikan ponsel milik Arya.
"oh....jadi begitu,pantas yang membuka bukan teman saya malah kamu,sungguh kebetulan yang menyenangkan." ucapnya
"maaf dokter bukan maksud saya mengusir,lebih baik anda cepat habiskan teh anda dan cepat pergi,saya takut kalau kedatangan anda akan menjadi fitnah."
"baiklah,saya akan segera pergi.tapi ingat jangan lupa minum vitamin dan pereda mualnya."
"his....iya iya bawel." ucap Tiara kesal.
Arya hanya terkekeh lalu ia berjalan menuju pintu keluar diikuti Tiara di belakangnya.
"dokter apa anda kenal dengan Dewa?"
langkah kaki Arya berhenti dan berbalik menatap Tiara ketika mendengar pertanyaan Tiara.
Tiara yang sedang berjalan menunduk dan menabrak dada bidang sang dokter.
"aduh..." ucap Tiara mengadu sambil mengelus keningnya.
"maksudmu Dewa yang kemarin?"
"iya.."
"kenapa apa kau mengenalnya?" bukanya menjawab ia malah balik bertanya.
"his...lupakan pertanyaan ku,dan pergilah." ucap Tiara kesal,ia tidak tahu kenapa akhir-akhir ini ia mudah marah dan tersinggung.
"dasar bumil sensitif sekali. aku tidak mengenalnya tapi papa ku kenal karena dia rekan kerjanya."
Tiara hanya manggut-manggut mengerti.
dirasa tak ada lagi obrolan Arya lebih memilih pergi dari rumah Tiara dan menuju kerumah temanya yakni di sebelah rumah Tiara.
setelah yakin Arya pergi meninggalkan rumahnya,Tiara masuk ke dalam untuk membersihkan dirinya dan bersiap-siap untuk bekerja. dia akan melihat situasi dan kondisi jika Dewa tidak mengganggunya maka ia tidak akan pergi dari sini,jika Dewa menganggunya maka ia harus bersembunyi di rumah kakeknya.
sementara itu Arya sedang berada dirumah temanya Toni, ia terbahak mendengar temannya yang salah alamat saat ia ingin kerumahnya.
"gimana cantikan janda di sebelah rumah gue?"
"hah...maksudnya?" tanya Arya terkejut
"iya, tetangga sebelah gue udah janda hampir setahun. denger-denger dia baru saja cerai,karena si Andre suami Tiara itu punya cewe lain.setelah cerai Tiara gak tahu kemana.eh...tahu-tahu dia udah nongol aja di rumahnya." ucap Toni bercerita.
"jadi dia beneran janda,kasian mana lagi hamil."
"kalau lu kasian kenapa gak lu nikahin aja." ucap temanya spontan.
"enak ya,kalau ngomong gak pake saringan!"
"loh,emang kenapa?secara Tiara itu cantik dan mandiri loh. gue aja kalau gak ingat istri gue udah gue embat itu cewe."
"dasar Playboy emang Lo."
"la makanya,lu ambil aja. gue tahu Lo tertarik sama tu cewe."
Arya terdiam saat Toni bilang ia tertarik dengan Tiara saat pertama kali ketemu denganya. tetapi ia ragu untuk mendekati Tiara pasalnya Tiara sangat sulit untuk di dekati. iapun tak tahu pasti tentang perasaanya.
"udah,ah kenapa malah jadi bahas si Tiara sih?" ucapnya kesal. Toni hanya terkekeh melihat teman seprofesinya ini kesal.
Tiara mengeluarkan sepeda motornya,ia ingin berangkat bekerja. ia menyalakan mesin motornya lalu memanasnya sebentar.ia mengelus perutnya yang sudah sedikit membuncit.
"sayang doain mama ya,agar rejeki mama lancar supaya bisa beliin kamu banyak mainan." ucapnya sambil mengelus perutnya yang sedikit membuncit.
saat sedang menjalankan motor tiba-tiba ia di hadang oleh Arya.
"dokter,kalau mau bunuh diri jangan ke saya." kesal Tiara.
Arya menyentil kening Tiara,
"his...sakit tahu." ucap Tiara sambil mengelus keningnya.
"makanya kalau ngomong jangan sembarangan."
"terus apa maksudnya coba bersiri ditengah jalan?"
"aku mau numpang,tolong anterin saya ke rumah sakit karena ada pasien yang harus di operasi,karena kecelakaan sementara mobil saya tiba-tiba mogok."
mendengar penjelasan Arya Tiara lalu mengangguk dan segera menyuruh Arya untuk naik ke motornya.
"kamu turun,biar aku saja yang nyetir takutnya terjadi apa-apa nanti."
tak ingin mendebat Tiara menuruti perkataan Arya. Arya lalu mengambil alih Arya mengendarai motor dengan kencang,dengan reflek Tiara memeluk Arya dengan erat Karana ia takut ia akan jatuh,pasalnya Arya menaiki motornya seperti orang yang kesetanan.
sementara Arya yang di peluk awalnya ia kaget karena kedua tangan Tiara memeluknya erat.ia merasakan detak jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya,lalu tanpa sadar ia tersenyum.
Tiara semakin memeluk Arya karena ia ketakutan pasalnya hampir saja Arya menyrempet mobil yang ada di depannya.
tak butuh waktu lama mereka sampai di rumah sakit,Arya menggandeng tangan Tiara lalu masuk kerumah sakit,sementara Tiara tanpa sadar mengikuti langkah dokter Arya masuk kedalam rumah sakit sambil menggenggam erat tanganya.
setelah sampai di ruangannya,Arya baru sadar ia telah menggenggam tangan Tiara dan mengajaknya berlarian sepanjang di rumah sakit,ia melihat Tiara ngos-ngosan dan menahan sakit sambil memegangi perutnya.
"astaga,maafin aku Tiara aku panik tadi tanpa sadar aku ajak kamu lari-lari kamu baik-baik aja kan?"
Tiara tak menjawab nafasnya masih ngos-ngosan sungguh ia sangat lelah dan perutnya sakit, tiba-tiba matanya mulai menggelap dan ia tak sadarkan diri.
dengan cepat Arya menangkap tubuh Tiara saat melihat Tiara akan pingsan.
"maaf Tiara aku sungguh tak sengaja."
dengan cepat ia memeriksa Tiara dan memasang selang infus agar kondisi Tiara stabil.untunh tidak mempengaruhi kandungan Tiara,jika terjadi sesuatu dengan kandungan Tiara mungkin Tiara tidak akan pernah memaafkannya.
setelah yakin semuanya baik-baik saja Arya langsung menuju ruang oprasi,disana sudah ada beberapa dokter yang tengah menunggunya untuk membantu Arya menjalani operasi ini.
"dokter ibu ini mengalami pendarahan hebat dokter saat mengalami kecelakaan,dan harus segera di oprasi." ucap salah satu suster.
Arya memulai operasinya dan fokus menjalankan tugasnya dalam menyelamatkannya nyawa seseorang.