Chereads / My AL / Chapter 28 - Masih Bisa Bernapas

Chapter 28 - Masih Bisa Bernapas

Sial! Allesio benar-benar ingin membenturkan kepalanya di dinding manapun yang bisa ia raih dengan cepat. Allesio benar-benar sudah melakukan kesalahan dan ia harus bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan ini. Ia harus menjaga wanita ini, bukan malah merusaknya. Kenapa wanita ini harus mendatangi Allesio di saat ia malah menjadi seperti ini, sih!

Sialan!

"Hei, kau mendengarkanku, kan? Apa ada yang sakit selain ini?" seru Aleera lagi tidak kalah lembut dari apa yang ia ucapkan sebelum ini. Tapi, Allesio malah tertegun. Tangan Aleera yang bergetar ini menandakan kalau ia takut kepada Allesio, iya, kan?

Allesio bisa merasakan tangan Aleera yang bergetar di dekatnya.

Allesio masih diam saja. Sepertinya semua tidak akan berakhir baik kalau Allessio memutuskan untuk membiarkan wanita ini berada di dalam ruangannya. Lebih baik dia membiarkan wanita ini saja.

Allesio menjauhkan dirinya dari Aleera. Aleera hanya kelihatan binggung saja dengan apa yang Allesio lakukan. Tatapan mata Allesio memperlihatkan sebuah amarah. Semakin mengerikan saat melihat matanya yang juga terlihat sedikit memerah.

"Pergilah, aku tidak membutuhkan siapapun," kata Allesio pada akhirnya. Allesio berjalan terayun-ayun menuju ke kursi kebesarannya. Ia benar-benar tidak mau Aleera melihat dirinya yang seperti ini. Yasa yang merupakan orang terdekatnya pun tidak pernah melihatnya seperti sekarang ini. Mama dan papanya pun juga mengerti kalau di saat-saat seperti ini Allesio ingin dimengerti dan dibiarkan sendirian.

Siapa Aleera yang malah berhasil membuat Allesio terlihat jauh lebih waras? Yap, Aleera bukan siapa-siapa Allesio dan Aleera tidak berkewajiban untuk mengatur hidup Allesio, begitupun sebaliknya.

"Se-setidaknya, biarkan aku mengobati lukamu terlebih dahulu. Atau, biarkan aku setidaknya berada di sini lebih lama lagi agar aku tahu bagaimana keadaanmu," pinta Aleera. Permintaan dari wanita ini benar-benar aneh dan sudah kelewatan batas. Mana mungkin Allesio akan mengabulkan permintaan yang tidak masuk akal itu.

"Bagaimana mungkin seorang wanita dengan tangan bergetar ini berniat untuk mengobatiku. Kau takutkan kepadaku? Ya, jawab iya!" Teriak Allesio. Jadi, Allesio sudah berhenti dari perjalanannya menuju ke kursi singgasana miliknya itu, tapi Allesio sama sekali tidak berniat untuk berbalik atau melihat ke arah Aleera.

Akan sangat menyakitkan jika Allesio benar-benar mendapatkan jawaban sesuai dari apa yang ia perkirakan. Akan sangat menyakitkan baginya jika banyak orang yang menjauhinya dan bahkan ada orang yang takut kepadanya.

"Aku akan mengobati lukamu tapi di mana obat-obatannya?" Tanya Aleera yang sudah benar-benar ingin menangis. Kata-kata Allesio itu benar-benar menyakitkan. Bukan hanya menyakiti dirinya, tapi juga menyakiti Allesio sendiri.

Entah apa yang terjadi kepada laki-laki itu, tapi Aleera benar-benar hanya ingin berniat untuk membantu.

Allesio pun tidak punya pilihan lain selain membiarkan wanita itu mengobatinya. Setelah itu, mungkin, baru ia bisa mengusir Wanita itu pergi dari sini. Lagian, Apa tujuan wanita itu datang untuk menemui dirinya? Hal itu masih menjadi semua pertanyaan bagi Allesio. Sial, ia takkan mungkin menemukan jawabannya ketika kepalanya malah terasa sakit seperti sekarang ini.

Allesio menunjuk ke arah obat-obatan itu berada. Lalu, Aleera dengan sangat patuhnya langsung berjalan ke sana. Tunggu, Aleera yang Allesio temui kemarin terlihat seperti seorang wanita yang keras kepala dan tidak ada takut takutnya sama sekali terhadap sesuatu.

Tapi, Aleera yang ini malah terlihat manut. Wanita ini sangat penurut dan tidak terlalu banyak berkomentar. Apa ini adalah mode Aleera saat ia merasakan ketakutan?

***

Nash berjalan masuk ke ruangan pribadi milik papanya. Bukan hanya papa Allesio saja yang memiliki persentase keuntungan perusahaan terbanyak di perusahaan Raesha ini, tapi papa Nash juga memiliki persentase itu walaupun tidak sebanyak tuan Raesha atau bisa disebut juga dengan papa angkat Allesio.

Papanya tidak sendiri di dalam sini, ada orang lain yang sudah Nash kenal sejak kecil ikut berada di sana. Tempat ini rasa-rasanya seperti tempat reuni terbaik untuk keluarga mereka.

Bunyi tamparan terdengar. Di dalam ruangan itu ternyata ada Nero yang sepertinya baru saja ditampar oleh papanya. Nash hanya bisa diam saja tanpa membela adiknya itu. Adiknya ini memang sangat bodoh kalau berurusan dengan yang namanya perempuan. Nash tidak terlalu menyangkal hal itu. Mungkin hanya dirinya yang terlihat waras kalau bersangkutan dengan yang namanya perempuan.

Malah, Nash bisa dijuluki sebagai ahlinya para perempuan. Mungkin, Nash berniat untuk mendekati Aleera yang baru akan menjadi pasangan dari Allesio Aten Raesha. Seseorang yang sekarang telah menjadi CEO perusahaan Raesha.

"Sudah berapa kali Papa bilang, Kau lebih baik tidak usah mencari gara-gara dengan Allesio itu! Bocah sialan," kata papa Nash sudah benar-benar marah besar.

Bayangkan saja tangan besar milik papanya itu menampar kasar pipi Nero. Lihat sekarang, sebelah pipi Nero memerah dan terlihat mengerikan. Bahkan Nero juga terlihat sangat kesakitan dan tidak berhenti meringis. Pipi Nero terasa sangat kebas sekarang.

"Pa, dia yang mulai duluan. Dia yang membuat kekasihku pergi dariku dan—" Kata-kata Nero benar-benar seperti cambukan bagi papanya. Padahal papanya sama sekali tidak meminta Nero untuk menceritakan kisah lengkapnya mengenai perkelahian di antara Allesio dan anak bodohnya ini.

Apalagi kalau papanya tahu mengenai siapa dan bagaimana latar belakang wanita itu. Nero benar-benar akan habis dengan papanya. Nash menghela napas perlahan. Nero benar-benar tidak pernah belajar dari kesalahannya.

Padahal sejak dahulu papanya tidak pernah mau mereka berpacaran atau memiliki hubungan dengan orang-orang yang memiliki ekonomi dibawah keluarga mereka. Begini, sejujurnya keluarga mereka sangat membenci kedatangan Allesio yang merupakan salah satu dari orang yang memiliki ekonomi di bawah keluarga mereka.

Tapi, Nero sama sekali tidak pernah belajar mengenai hal itu dan ia malah memberitahukan semua detail kejadian juga latar belakang wanita itu kepada papanya.

Tamparan kedua Nero dapatkan di pipi satunya lagi. Setelah itu satu tinjuan di wajah dan semua itu berhasil membuat Nero terjatuh ke lantai dengan sedikit darah di sudut pipinya dan lecet di pipinya.

"Kau pikir, setelah kau menceritakan semua itu maka aku akan bangga? Kau pikir, setelah kau menceritakan semua itu maka aku akan membelamu? Ah, atau kau berpikir kalau aku akan membiarkan kau menyakiti dan membuat onar dengan Allesio?" Suara sinis, datar dan rendah itu benar-benar mengerikan.

Kalau dilihat-lihat, papa Nash ini hampir mirip dengan Nash. Apalagi saat sedang marah ataupun sedang berbicara. Sementara adiknya ini malah lebih mirip dengan ibunya. Lembut, ramah dan baik hati. Tapi bodoh, tentu saja!

Nero, kau harus benar-benar belajar cara menaklukkan papa atau kau malah akan dibunuh olehnya. Dibunuh padahal kau masih bisa bernapas, mengerikan, bukan?

Sadari di mana kakimu sedang berdiri, adikku, kecam Nash di dalam hatinya.

***

Bersambung